Cara Islam Mencegah Pejabat Korup dan Khianat (Bagian 1)
Oleh: Lia Fakhriyah
LenSa MediaNews__
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS Ar-Rum: 30)
Dari ayat ini, Allah ingin memberikan informasi kepada manusia bahwa Allah telah menciptakan manusia sesuai fitrah. Jika ingin melihat fitrah, maka Allah sudah menjelaskan dalam ayat yang lain. Fitrah manusia membutuhkan makanan, maka kita lihat perintah Allah untuk memenuhinya (QS 2: 168). Manusia membutuhkan istirahat, Allah berikan jalan keluarnya (QS 78: 9). Manusia membutuhkan pengakuan, Allah jelaskan bahwa manusia memiliki gharizah baqa (QS 3: 14). Manusia membutuhkan kasih sayang, Allah jelaskan bahwa manusia memiliki gharizah nau’ (QS 3: 14). Manusia membutuhkan sesuatu yang disembah, Allah jelaskan bahwa manusia memiliki gharizah tadayun (QS 7: 172). Tidak saja menjelaskan keberadaannya, namun Allah juga telah memberikan cara untuk memenuhinya.
Penampakan fitrah yang paling mudah kita lihat adalah pada seorang bayi. Gambaran bagaimana fitrah manusia itu mendorong manusia beramal, terlihat dari gharizah baqa seorang bayi, yang diperlihatkan dengan semangat dalam beramal. Dia tidak kenal lelah untuk mencoba berguling, duduk, berdiri, berjalan, berlari dan lain-lain. Bayi yang berbahagia saat mendapatkan kasih sayang penuh dari ayah dan ibunya dan keluarganya, sebagai pemenuhan terhadap kebutuhan gharizah nau’nya. Bayi yang selalu berbinar melihat keindahan yang berada disekitarnya. Sebagai pertanda jiwa manusia yang lemah selalu berbinar melihat keindahan dan kehebatan Sang Pencipta. Jika ada seorang anak yang punya keinginan, maka dia akan mencari jalan bagaimana agar keinginannya tersebut tercapai. Ini menunjukkan bahwa manusia punya fitrah untuk berpikir.
Seperti yang disebutkan di dalam surat Ar-Rum di atas, Allah menjelaskan bahwa tidak ada perubahan pada fitrah. Oleh karena itu manusia pada dasarnya semangat, senang belajar, disiplin, bahagia, senantiasa berpikir, berbicara apa adanya, kagum kepada sesuatu yang lebih dari dirinya, berpihak kepada kebenaran. Namun saat manusia dididik atau dibesarkan dengan hal yang merusak fitrahnya, maka manusia berubah. Manusia menjadi malas, belajar menjadi sesuatu yang berat, tidak disiplin, malas berpikir, berbohong, dan lain-lain sifat yang tidak mencerminkan fitrahnya. Hal ini sudah dijelaskan Rasulullah ﷺ dalam haditsnya:
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
Semua bayi (yang baru lahir) dilahirkan di atas fitrah (cenderung kepada Islam), lalu kedua orangtuanyalah yang menjadikannya orang Yahudi, Nashrani atau Majusi. (HR Bukhari & Muslim)
Dari hadits ini kita akan mendapat informasi bahwa manusia berubah fitrahnya oleh lingkungan. Dimulai oleh orangtuanya, orang dewasa sekitar, masyarakat sekitar dan pengaruh dari situasi dunia saat ini. Saat Al-Qur’an tidak digunakan lagi sebagai pedoman hidup, maka fitrah manusia mengalami perubahan. Karena pemenuhannya tidak sesuai petunjuk Allah ﷻ . Pemenuhan naluri yang sekarang terjadi, menggunakan aturan manusia. Aturan kapitalististik yang diberlakukan saat ini, membuat manusia mengukur segala sesuatu itu dengan uang. Manusia mencari ilmu agar mendapat pekerjaan yang baik, sehingga mendapat uang yang banyak. Kebahagiaan saat ini diukur dari seberapa besar uang yang dimilki, dan sebapa banyak benda yang dapat dimiliki. Manusia saat ini melihat yang hebat itu adalah uang. Sehingga mereka tunduk kepada orang yang memiliki uang, modal atau kapital. Kekuasaan pun saat ini diperoleh dengan mengeluarkan banyak uang. Dan saat sudah berkuasa, maka kekuasaan tersebut digunakan untuk mengumpulkan uang. Hal inilah yang membuat budaya korup itu muncul hampir di seluruh sendi kehidupan. Dan munculnya pemimpin yang korup.
Oleh karena itu jika kita ingin mencegah munculnya para pemimpin yang korup, maka jalan satu-satunya adalah dengan kembali kepada Allah. Kembali kepada aturan Sang Pencipta untuk seluruh manusia.
Pertama-tama, dengan mengingatkan manusia khususnya kaum muslimin bahwa Al-Qur’an adalah pedoman hidup manusia. Salah satu cirinya adalah terdapatnya kata يَا أَيُّهَا النَّاسُ sebanyak 20 kali.
Dan ini ma’nanya adalah ditujukan untuk seluruh manusia. Ditambah lagi dengan isi ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Al-Qur’an diturunkan untuk digunakan oleh seluruh manusia. Contohnya surat Al-A’raf: 58
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا
Artinya: Katakanlah: “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua.
(Bersambung ke bagian 2)