Mengembalikan Fitrah Perempuan sebagai Ummu wa Rabbatul Bait
Oleh Indriani, SE, Ak
(Ibu Rumah Tangga, Penulis dan Founder Sharing Wanita Sholeha)
LenSaMediaNews– Ibu, sosok hebat namun seringkali dipandang sebelah mata. Di tangannya, nasib generasi dan keluarga dipertaruhkan. Mirisnya, tidak sedikit ibu-ibu zaman now yang kurang mendapatkan apresiasi atas jerih payahnya sebagai seorang ibu yang fokus di rumah demi sebuah visi-misi yang mulia. Dari label kurang bergengsilah, buang-buang waktu, tidak produktif, sampai pada label pemenjaraan atas hak asasi kaum perempuan.
Begitulah fakta perempuan khususnya di negeri-negeri muslim, semenjak dideklarasikannya Hari Perempuan Internasional pada tahun 1977 oleh PBB hingga saat ini. Di satu sisi dihadapkan pada kewajiban atas keluarganya, dan di sisi lain, rongrongan dan gempuran opini agar kaum perempuan eksis di dunia publik sebagaimana kaum pria pada akhirnya membuat mereka terpengaruh dan tidak percaya diri atas fitrah sejatinya sebagai istri dan ibu yang mengurus keluarganya dengan kualitas dan kuantitas terbaik.
Dilansir dari kemlu.go.id, edisi 29 Juni 2019. Bahwasanya Presiden Joko Widodo mengangkat isu terkait pendidikan dan pemberdayaan perempuan saat berbicara pada sesi III KTT G20 Osaka dengan tema Addresing Inequalities & Realizing an Inclusive and Sustainable World. Dimana terkait partisipasi perempuan, Presiden Jokowi mengatakan bahwa perempuan di dalam ekonomi, politik dan kehidupan bermasyarakat masih jauh dari potensi yang ada. Padahal menurut Presiden, di era berbagai tren yang dipicu digitalisasi dan globalisasi, wanita bisa lebih unggul daripada pria.
Disadari atau tidak, tergiringlah kaum perempuan ke ranah publik dalam aktivitas yang mubah. Bukan dalam rangka aktivitas dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Ada yang melakukannya karena tuntutan faktor ekonomi, sehingga tetap berupaya memberikan pengurusan terbaik untuk keluarganya. Namun ada juga yang melakukannya karena faktor kesetaraan gender. Dalam artian, kaum pria saja bisa bekerja dan beraktivitas bebas di luar, mengapa kaum perempuan tidak?
Padahal ide kesetaraan gender ini adalah bentuk eksploitasi atas kaum perempuan khususnya untuk menopang ekonomi Kapitalisme. Maka berbondong-bondonglah kaum perempuan menunjukkan dirinya di ranah publik. Fatalnya, karena “keegoisan” kaum perempuan yang mengikuti ide kesetaraan gender ini berujung pada lalai dan abainya kaum perempuan atas kewajiban utamanya, sebagai ummu wa robbatul bait (ibu dan pengurus rumah tangga).
Dampaknya adalah munculnya generasi yang rusak moralnya, pecandu narkoba, pelaku seks bebas, dan lain sebagainya, akibat dari kurangnya perhatian ayah dan ibunya. Ditambah isu pelakor dan pebinor yang kian marak. Perceraian pun masih menjadi topik hangat di tengah-tengah masyarakat. Dan masih banyak lagi masalah keluarga lainnya.
Demikianlah, akibat mengerikan dari diterapkan sistem kapitalisme-liberalisme. Menjadikan kebebasan ada tanpa batasan. Dan ketika berbenturan dengan hak-hak kaum muslim, kebebasan itu akan dikebiri. Kebebasan yang dipropagandakan oleh Barat untuk merusak keluarga kaum muslim, setelah sebelumnya menghancurkan institusi negara yang menaungi kaum muslim, kemudian juga memalingkan kaum perempuan dari fitrah hakikinya, sehingga pada akhirnya akan berujung pada rusaknya kualitas dan kuantitas generasi yang dihasilkan untuk masa depan Islam.
Ini harus menjadi perhatian penuh bagi kaum perempuan yang menjadikan Islam sebagai pondasi dan pedoman hidupnya. Agar mengutamakan apa yang menjadi kewajiban utamanya, dan senantiasa waspada atas propaganda ataupun konspirasi Barat yang sejatinya ingin merusak keluarga dan generasi kaum muslim. Karena keluarga adalah pondasi terakhir dari sebuah sistem di masyarakat. Apabila tiap-tiap keluarga mampu membentengi diri dengan Islam dan Iman, dan giat dalam dakwah di masyarakat, menyadarkan bahwa hanya hukum Allah yang layak mengatur manusia, alam semesta dan kehidupan, maka itu akan menjadi pertahanan kaum muslim di tengah sistem Kapitalisme-Liberalisme saat ini.
Dan menjadi perjuangan penuh keluarga muslim, khususnya peran besar kaum ibu sebagai ummu wa rabbatul bait untuk mempersiapkan generasi terbaik masa depan, yang akan meneruskan estafet perjuangan dakwah Islam. Sekaligus menjadi perhatian kaum muslim agar tidak terpalingkan dari upaya penegakkan kembali Khilafah yang Insya Allah, dalam waktu dekat sebagaimana janjiNya, akan segera tegak. Seiring dengan pekatnya malam, maka fajar kemenangan Islam kian dekat kehadirannya. Dan saat itulah kaum muslim, khususnya kaum perempuan akan merasakan bagaimana dimuliakannya mereka di bawah naungan Islam.
Wallahua’lam bisshawab.
[LN/Fa]