Eliminasi Tuberculosis dan Kemiskinan; Butuh Solusi Mendasar

Eliminasi Tuberculosis dan Kemiskinan; Butuh Solusi Mendasar

Oleh: Zahidah

 

LenSaMediaNews.com – Kasus penyakit Tuberculosis (TBC) dikenal juga dengan TB saat ini menjadi ancaman serius baik di dunia internasional maupun di Indonesia. Sejak tahun 2020 diperkirakan 10 juta orang menderita TB seluruh dunia. Mencapai 1,5 juta orang meninggal akibat tuberkulosis (TB). Dan menurut penelitian TB adalah penyebab kematian terbesar ke-13 di dunia. Dan TB adalah penyakit menular penyebab kematian terbesar kedua setelah Covid-19 (di atas HIV/Aids).

 

Kasus TB setiap tahun terus meningkat, meskipun setiap tahun pula selalu diperingati. Sejak tahun 1995 WHO melaksanakan peringatan hari TBC sedunia secara resmi, tepatnya setiap tanggal 24 Maret.

Di Indonesia upaya yang sudah dan sedang dilakukan dan dianggap efektif untuk eliminasi TB yaitu deteksi kasus dengan mendeteksi meningkatkan jumlah kasus yang dilaporkan hingga menjadi 900 ribu dari 1 juta perkiraan kasus TB pada 2024,” kata Menkes Budi seperti yang dikutip InfoPublik Senin. (12/2/2024). 

 

Menkes Budi menjelaskan upaya Indonesia dalam memberantas TB antara lain berkolaborasi dengan masyarakat dan kader kesehatan untuk menyaring 2,2 juta populasi berisiko tinggi TB. “Kami melibatkan masyarakat untuk membentuk TB Army, sebuah komunitas terlatih bagi para penyintas TB yang membantu mendeteksi dan mengawasi pasien TB MDR (multidrug-resistant tuberculosis),” kata Menkes Budi.

 

Efektifkah upaya memberantas TB dengan perkuat kolaborasi multisektor untuk capai target eliminasi TB? Ada banyak faktor yang berpengaruh terhadap upaya eliminasi TBC. Tentu saja dibutuhkan solusi mendasar atas berbagai faktor yang berpengaruh terhadap penularan penyakit TBC, di antaranya adalah kemiskinan dengan segala dampaknya (rumah tidak sehat, gizi buruk), hygiene dan sanitasi termasuk riset metode pengobatan dan pencegahan yang efektif.

 

Disampaikan Kemenkes Budi, penyumbang kasus terbanyak TBC di Indonesia adalah kelompok masyarakat yang bekerja sebagai buruh, nelayan, wiraswasta, pegawai BUMN, dan PNS. Adapun perinciannya meliputi buruh sebanyak 54.887 kasus, petani atau peternak atau nelayan (51.941), wiraswasta (44.299), pegawai swasta atau BUMN atau BUMD (37.235), dan PNS (4.778). (Berita Satu, 17-3-2023).

 

Banyak kalangan bilang penyakit TBC adalah penyakit orang miskin karena berkaitan dengan lingkungan kumuh dan sanitasi air yang buruk. TBC dan kemiskinan adalah masalah yang berhubungan. Kemampuan ekonomi buruk memiliki kemungkinan tinggi untuk terjangkit TBC. Mereka terbatas mengakses layanan kesehatan. Selain itu masyarakat miskin terbatas juga mengakses layanan pendidikan hingga rendahnya pendidikan dan pemahaman tentang TBC. 

 

Namun hingga saat ini semua negara bahkan di Indonesia solusi pencegahan dengan menurunkan angka kemiskinan tidak dijadikan solusi mendasar untuk eliminasi TBC. Padahal terwujudnya masyarakat sehat adalah tanggung jawab negara, termasuk eliminasi TBC. Negara harusnya fokus mengentaskan kemiskinan sebagai kelayakan masyarakat hidup sehat. Hidup layak dan sehat dengan terpenuhi kebutuhan mendasar masyarakat. Namun di sistem kapitalis saat ini mampukah negara-negara di dunia bahkan di Indonesia memenuhi kebutuhan rakyatnya dengan layak. Oleh karena akar masalah dari tidak terpenuhi kebutuhan masyarakat dengan layak adalah diterapkan sistem kapitalis. 

 

Sistem ini menjadikan kebutuhan rakyat dikapitalisasi dan dikomersialisasi. Rakyat harus berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk sandang, pangan, papan bahkan kesehatan, pendidikan, keamanan. 

 

Kapitalis menjadikan jurang pemisah atau gap antara yang kaya dan miskin sangat jauh. Kapitalis yang memunculkan kemiskinan akut, karena sumber daya alam (SDA) negara yang begitu besar hanya dimiliki segelintir orang. Mayoritas masyarakat hanya memperebutkan remah-remahnya saja. Padahal seharusnya SDA dikelola negara dengan benar dan keuntungan diberikan seluruh utk kesejahteraan rakyat, bukan untuk segelintir orang

 

Berbeda dengan sistem kapitalis maka sistem Islam melalui negara akan mengupayakan secara serius pencegahan dan eliminasi TBC secara komprehensif dan efektif. 

Islam mewajibkan negara untuk  menjamin kesejahteraan rakyat termasuk penyediaan rumah sehat bagi rakyat dengan murah dan terjangkau. Negara akan mengelola SDA dengan benar sesuai dengan ketentuan syariat Allah. Keuntungan dari pengelolaan SDA akan diberikan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat dengan dibangunnya rumah sakit yang layak dan bisa diakses oleh seluruh rakyat. Keuntungan dari pengelolaan SDA bisa juga dengan dibangunnya sekolah yang berkualitas dan gratis, menyediakan sandang, pangan, papan yang bisa terjangkau rakyat. 

 

Negara menciptakan kehidupan rakyat sehat, terdidik, dan berperadaban tinggi untuk menghamba kepada Al Khaliq. Negara wajib mengupayakan berbagai hal untuk mencegah dan memberantas penyakit TBC,  termasuk mendukung riset untuk menemukan pencegahan dan pengobatan yang efektif. Juga mengedukasi  masyarakat tentang bahaya penyakit dan upaya mencegahnya.

Wallahu’alam bishowwab.

 

Please follow and like us:

Tentang Penulis