Konten Penistaan Kian Subur di Sistem Demokrasi Sekuler

Oleh: Sri Eni Purnama Dewi

 

Lensa Media News – Tak masuk akal, hanya demi konten viral banyak cara yang dilakukan diluar nalar. Melecehkan dan menista agama seperti dianggap lelucon oleh sebagian orang yang membuat konten. Menyedihkan, bukannya berbuat taat tapi malah bermaksiat dengan konten yang masuk ranah penistaan agama.

Santri laki-laki berusia 14 tahun menggegerkan publik usai rekaman suaranya tersebar di media sosial. Masyarakat digegerkan dengan rekaman suara dalam story WhatsApp yang berisi perkataan kasar dan hinaan kepada Nabi Muhammad. Dalam rekaman suara itu, santri di Cibeureum, Kota Sukabumi menyampaikan sempat mabuk dengan Nabi Muhammad, mengaku adik Dajjal, bahkan berpesta dengan 25 Nabi (www.detik.com, 11/05/2023).

Tak selang berapa lama beredar sebuah video viral di media sosial yang menunjukkan satu Al Quran diletakkan dalam posisi berdiri di tempat sesajen, di situ juga terlihat pisang, bunga, tasbih dan benda lainnya. Peristiwa ini menggegerkan warga Medan, Sumatera Utara.

Sudah kesekian kalinya peristiwa penistaan agama kerap terjadi di negeri ini. Tak jarang mereka yang melakukan pelecehan terhadap agama juga mengaku pemeluk agama tersebut, yaitu Islam. Diantara agama yang ada, Islam menjadi agama yang paling sering mendapatkan penistaan baik dari pemeluknya atau dari luar pemeluknya. Di luar negeri hampir setiap tahun terjadi pelecehan terhadap Nabi yang mulia Muhammad SAW. Baik itu dalam bentuk karikaturnya, cerita-cerita yang mendiskreditkan kehidupannya, hingga mencap dirinya dengan simbol-simbol keburukan. Anehnya itu dianggap sebagai kebebasan berekspresi dalam sebuah sistem Demokrasi atau sebuah seni.

Tidak adanya tindakan yang tegas kepada para pelaku, menjadikan penistaan itu terus terjadi. Bagi sistem Demokrasi hal ini memang bukan merupakan masalah dengan kehidupan sekuler yang terjadi ditengah-tengah masyarakat, mengolok-olok suatu agama dianggap hal biasa saja. Dibuat dengan candaan-candaan, yang melihatnya juga secara tidak sadar menikmati penistaan tersebut.

 

Mengaku Muslim Minus Ketaatan

Secara umum kita mengetahui perkembangan zaman yang ada saat ini, memberikan dampak perilaku manusia yang asing dengan agamanya sendiri. Sekulerisme membuat seseorang hanya cukup dengan mengatakan saya seorang muslim, namun perilakunya jauh dari nilai-nilai syariah. Hal ini yang sangat membahayakan, tanpa disadari lingkungan yang ada saat ini membentuk kepribadian yang jauh dari Islam. Wajar bila ada yang mengaku muslim dia biasa dan bangga dengan memakan atau minum sesuatu yang telah jelas diharamkan oleh Allah, yang lebih menyakitkan lagi hal tersebut dibuat sebuah konten untuk menaikkan popularitas dirinya. Bagi sistem kapitalisme segala sesuatu diukur dengan nilai manfaat dan materi. Bila dengan menista agama bisa memberikan nilai manfaat dan materi, maka itu akan dilakukan. Oleh sebab itu sering kita dengar alasan mereka melakukan penistaan diantaranya untuk kepentingan konten.

 

Merombak Total Pemikiran

Perilaku masyarakat terbentuk didasarkan adanya pola pikir dan tingkah laku. Dari mana seseorang mengambil sumber pemikiran. Maka hal itu yang akan membentuk perilaku seseorang. Hal ini disokong penuh dari ideologi yang berkembang di tengah -tengah masyarakat. Maka ideologi kapitalisme akan membentuk masyarakat yang memiliki pola pikir dan tingkah laku yang sekuler sebagaimana dasar dari ideologi tersebut sekalipun dia mengaku seorang muslim. Sebaliknya ideologi Islam akan membentuk pola pikir dan tingkah laku yang Islami di tengah-tengah masyarakat. Mengapa ideologi? “Sebab inilah yang menjadi dasar seseorang melakukan sebuah perbuatan dan terikat dengan perbuatan. Ketidak pahaman terhadap sebuah ideologi yang membuat masyarakat terombang-ambing pemikirannya, kondisi inilah yang dimanfaatkan para pembenci Islam untuk membentuk pola pikir masyarakat yang tidak Islami. Kondisi seperti ini yang harus dilawan dengan pemikiran yang Islam, meyakinkan para pemeluk Islam agar dirinya memiliki kepribadian Islam yang akan membentengi dirinya dari pengaruh buruk diluar Islam. Caranya dengan terus-menerus mendakwahkan tsaqofah Islam ke tengah-tengah masyarakat sebagaimana para pembenci Islam mendakwahkan tsaqofah barat.

Bukan hal yang baru penista agama sudah ada sejak Rasul SAW ada. Musailamah al khazzab, menjadi salah satu penista agama yang populer pada masa Rasul SAW, hingga Rasul SAW menurunkan pasukan untuk memerangi Musailamah dan pengikutnya bila tidak kembali kepada Islam yang sesuai dengan ajaran RasulNya. Kondisi saat ini akan sangat sulit mendapati sikap sebagaimana yang dilakukan Rasul Saw dahulu. Justru saat ini beberapa negara pun ada yang mengakomodir bahkan melakukan penistaan itu secara sistematis. Sebut saja Israel atau perancis yang sudah menjadi negara yang sering bersinggungan dengan penistaan agama. Hingga kapan ini terjadi?, tentunya hingga Islam tegak dengan ideologinya dalam sebuah institusi, saat itulah kita akan menemukan bagaimana Islam dijaga dari para pembenci. Wallahualam. 

 

[LM/nr]

Please follow and like us:

Tentang Penulis