Pengerdilan Makna Pengajian
Pengerdilan Makna Pengajian
LenSaMediaNews.com – Pernyataan Megawati Soekarno Putri yang mengatakan : “banyak ibu-ibu yang mengikuti pengajian sampai lupa mengurus keluarga”, menjadi viral di media sosial. Pernyataan hadir di pengajian dianggap melalaikan anak adalah tuduhan yang tidak berdasar. Ini merupakan salah satu bentuk salah paham terhadap aktivitas menuntut ilmu agama.
Sebagaimana yang kita tahu, bahwa hukum menuntut ilmu agama adalah fardu ‘ain bagi setiap muslim termasuk muslimah. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW : “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”, (HR. Ibnu Majah).
Juga firman Allah Ta’ala :
“Dan katakanlah, wahai Rabb-ku tambahkanlah kepadaku ilmu“, (QS. Thaaha : 114)
Pengajian menjadi tempat alternatif untuk memahami berbagai hukum Allah secara kaffah. Hal itu dibutuhkan dalam mengarungi kehidupan termasuk dalam mendidik anak. Seorang muslimah yang menuntut ilmu Islam secara kaffah dan memahaminya, tentu tidak akan melupakan aktivitas mengurus keluarga dan anak-anaknya. Mereka pastinya memahami kewajiban perempuan sebagai umm wa rabatul bait. Dalam mengaji, para ibu akan paham bagaimana menjalankan perannya agar selalu dalam rida Allah Ta’ala.
Ilmu agama dianggap tidak penting oleh kehidupan sekuler liberal. Terbukti, di bangku sekolah saat ini hanya diberikan waktu 2 jam/minggu untuk pendidikan ilmu agama. Bahkan juga diwacanakan untuk dihapus dari kurikulum. Hal tersebut terjadi karena sistem sekulerisme adalah sistem yang memisahkan agama dari kehidupan. Sehingga membuat manusia memandang agama hanya sebatas norma semata. Kehidupan manusia diatur sesuai keinginan mereka.
Berbeda dalam negara Islam yang disebut khilafah, mengkaji Islam secara kaffah merupakan bagian dari program pembinaan kepribadian setiap individu. Semua itu terintegrasi dalam kurikulum dan kebijakan negara lainnya. Secara teknis khilafah akan menerapkan sistem pendidikan Islam dengan kurikulum pendidikan yang berbasis akidah Islam. Sehingga menghasilkan generasi yang berkepribadian Islam dengan pola pikir dan pola sikap yang sesuai dengan Islam.
Khilafah mampu menghasilkan individu yang beriman dan bertakwa, tinggi taraf berpikirnya, kuat kesadaran politiknya. Terlebih lagi, semua itu menjadi bekal bagi para ibu untuk mendidik anaknya menjadi muslim yang berkepribadian Islam calon pemimpin masa depan.
Wallahu a’lam bishowwab.
Oleh : Eka, (Ciomas Bogor)