Co Empowering Imune: “Berbeda dengan Ukuran Indeks Kebahagiaan, Rakyat Masih Kesulitan Ekonomi”

Reportase – PKAD —Menanggapi masyarakat sering mengeluh susah karena ekonomi yang lemah dan bagaimana realitasnya di lapangan, Co Empowering Institut Muslimah Negarawan Kanti Rahmillah, M.Si menyampaikan bahwa berdasarkan data daya beli Indonesia menurun.

“Salah satu indikator ekonomi tidak sejahtera yaitu dilihat dari daya beli yang turun drastis,”ungkapnya di Insight ke-122 Pusat Kajian dan Analisis Data (PKAD): Cek!! Indeks Kebahagiaan Warga Indonesia: Hasilnya?, Senin, 03 Januari 2022, di YouTube Pusat Kajian dan Analisis Data.

Kondisi ini selain karena faktor masalah ekonomi juga karena kondisi sedang pandemi. Di lihat dari sisi pengeluaran pada kaum ibu, mereka pusing dengan harga-harga yang melonjak tinggi. Maka dari itu, menurut Kanti sangat jelas sekali terlihat bagaimana kesulitan ekonomi, baik bagi ibu maupun bapak-bapak sebagai pencari nafkah.

“Terakhir, harga minyak naik begitu tinggi. Padahal kita adalah produsen CPO terbesar. Namun luar biasa sangat timpang antara pertumbuhan ekonomi dengan harga-harga yang ada,”tandasnya.

Kanti menambahkan, “Belum lagi ditambah dengan banjir impor. Ini kan harga-harga naik ditambah dengan pungutan pajak dan juga iuran-iuran yang semakin tinggi. Tahun depan kan sembako naik ya, jadi sebelas persen pajaknya, tarif listrik juga sudah naik.”

Selain itu, “Tadi juga sudah digambarkan, sudah dihilangkan. Memang kita juga senangnya Pertamax ya daripada premium, kan bukan masalah itunya, bukan masalah dihilangkan atau tidaknya tapi bagaimana akhirnya tarif BBM ini semakin naik. Ini juga yang membuat kesusahan. Lagi-lagi nanti alasannya adalah subsidi tidak tepat sasaran.” Ungkapnya.

Sisi lainnya, harga yang tinggi dan pengeluaran-pengeluaran rumah tangga yang juga tinggi, itupun penghasilan menjadi turun. Karena jika dilihat, meski UMK tahun ini naik 1% dan walaupun masih ada perubahan, perubahannya tidak akan signifikan naik tinggi. Padahal menurut Kanti, tahun depan inflasi bisa sampai 7%.

“Artinya kan kalau inflasi 7% lalu pendapatan itu dia naik hanya 1%, itukan artinya penurunan yah bukan kenaikan upah tapi penurunan. Nah ini kan besar pasak daripada tiang, itu ya realitasnya begitu. Jadi itu. Kalau pertanyaannya sulit, sangat terlihat sekali. Jelas gitu ya. Bagaimana kaum muslimin di Indonesia bukan cuma muslim, non muslim pun seluruhnya terkena dampak dan sangat sulit ekonominya.”tutupnya.

 

(Hanif Kristianto, Analisis Politik dan Media) .

 

[ry/LM].

Please follow and like us:

Tentang Penulis