Family Zone: Waspadai Penyakit Menunda Kebaikan

Famzon_20250426_224312_0000

Oleh: Oni Pratiwi Anggraeni 

(MIMم_Muslimah Indramayu Menulis) 

 

LenSaMediaNews.com__Ustazah Dedeh Wachidah, menyampaikan materi dalam rubrik “Family Zone” di kanal YouTube Muslimah Media Hub, pada Selasa, 22-4-2025, bertema “Waspadai Penyakit Menunda Kebaikan.”

 

Di awal video beliau menuturkan bahwa mungkin kita pernah mengalami adanya dorongan ataupun sikap ingin menunda suatu kebaikan dengan berbagai alasan. Misalnya, melalaikan waktu salat dengan alasan nanti saja kalau sudah mandi supaya lebih khusyuk, berinfak kalau uangnya sudah banyak, akan aktif berdakwah kalau sudah lulus kuliah, ingin mengenakan jilbab tapi kalau sudah bersuami, atau ada pula yang berniat nanti akan rajin mengaji, pada saat anak-anak sudah besar sehingga tidak ada kendala dan tidak ada kewajiban lain yang ditinggalkan.

 

Ustazah mengungkapkan bahwa, sikap demikian kadang kalau disertai dengan komitmen, target atau batas waktu, serta dengan proses persiapan dan kesungguhan, maka kebaikan yang dipending tersebut, pada akhirnya bisa terlaksana dengan baik.

 

Namun, yang banyak dan sering terjadi, tidak sedikit dari kita yang menunda-nunda dengan kata “nanti”, berujung pada “lupa”, dan yang terjadi malah tidak melakukannya. Atau melakukan tapi dengan terburu-buru, seadanya, yang menyebabkan hasilnya menjadi tidak baik.

 

Ustazah menegaskan, tentu bukan itu yang kita inginkan. Apalagi jika kebaikan yang kita tunda menyangkut sesuatu yang wajib. Atau lebih parah lagi, bukan hanya menyangkut masalah diri atau keluarga kita, tapi kebaikan yang pelaksanaannya ditunda-tunda itu memengaruhi baik dan buruknya umat Islam.

 

Bagaimana kalau disebabkan penundaan kita terhadap dakwah Islam kaffah padahal kita mampu dan sempat, menyebabkan tertunda pula sampainya kebaikan itu kepada khalayak ramai, dan tertunda pula dari tercerdaskan dan termotivasinya umat Islam untuk sama-sama memperjuangkan Islam.

 

Maka menurut Ustazah, penting untuk kita memahami hukum dari pilihan mengatakan “nanti saja” beserta akibatnya. Serta penting pula mewaspadai agar sikap tersebut tidak hinggap pada diri, dan menyerang keluarga kita serta generasi umat Islam.

 

Ustazah melanjutkan penjelasan, bahwa ada sebuah nasihat yang disampaikan oleh ulama besar, yakni Imam Hasan Al-Bashri: “Jauhilah oleh engkau at-taswif (berkata” nanti”), yang engkau miliki adalah hari ini dan bukan esok hari”. 

 

Ustazah mengajak kita untuk fokus pada hari ini. Hari ini kita diberikan waktu, kesempatan, kesehatan, kemampuan untuk melakukan kebaikan. Karena itu, hari ini adalah milik kita, hari ini dalam kendali kita. Apapun bisa kita lakukan dengan Anugerah dari Allah SWT.

 

Lain halnya dengan besok hari. Kita tidak tahu apa yang terjadi esok. Sekarang sehat mungkin besok kita sakit, sekarang sempat tapi sejam lagi belum tentu. Bagaimana jika kemampuan ini diambil lagi oleh Allah SWT. Walaupun kita sudah banyak rencana untuk melakukan kebaikan, tapi kalau menundanya, itu amat beresiko. Sebab, hari esok itu sejatinya bukan milik kita. Kemampuan, kesanggupan, kebaikan apapun hanya milik Allah. Laa hawla walaa quwwata illa billah, tidak ada daya dan kemampuan kecuali atas izin Allah SWT.

 

Rasul mengingatkan kita dalam sabdanya: “Perhatikan, waspadalah kepada lima perkara sebelum datangnya lima perkara.” (Masa muda sebelum masa tua, sehat sebelum sakit, kaya sebelum miskin, waktu luang sebelum waktu sempit, hidup sebelum mati).

 

Ustazah pun mengungkapkan ada cara agar kita tidak dihinggapi penyakit at-taswif, di antaranya:

1. Harus menyadari landasan hukum, bahwa itu dilarang dalam Islam

2. Pahami dampak buruknya

3. Berdoa kepada Allah supaya dijaga agar tidak menunda kebaikan

 

Terakhir, Ustazah berharap semoga dengan kita bersegera, maka kita akan mendapatkan nilai terbaik di sisi Allah. Kita juga bisa memberikan kontribusi untuk menciptakan “Khoiru Ummah“. Bersegera untuk berdakwah semampu kita, di mana kita persembahkan untuk kemuliaan Islam dan kaum muslim lewat diterapkannya syariat secara kaffah. [LM/Ss]