Tak Ada Junnah, Gaza Makin Sengsara

Oleh: Elly Waluyo
Anggota Aliansi Penulis Rindu Islam
LenSaMediaNews.com__ Tanpa adanya junnah umat Islam akan terus dirundung kesengsaraan, terpecah belah, dan semakin terpuruk dalam kehinaan. Penjajahan yang makin brutal di Palestina menunjukkan bahwa Barat meremehkan dan menghina kelemahan umat Islam yang saat ini terpecah belah akibat nasionalisme. Nasionalime merupakan bagian dari sistem kafir sekuler yang menjadi biang kerok atas segala problematika umat di seluruh negeri-negeri muslim di dunia.
Kebrutalan Israel semakin menjadi-jadi setelah gencatan senjata tahap pertama. Klaim Hamas atas kepatuhannya menjalankan ketentuan perjanjian tersebut tidak membuat Israel jera melanggar gencatan senjata tahap dua yang berlaku di bulan Maret. Tanggal 17 Maret Israel pun menyerang Palestina melalui udara secara besar-besaran. Meski beralasan menargetkan Hamas yang dituding menolak membebaskan sandera, namun serangan tersebut telah menewaskan 1000 orang warga Gaza.
Yoay Gallant Menteri Pertahanan Israel mengancam bahwa serangan tersebut merupakan permulaan dan serangan akan berlanjut dengan kekuatan lebih besar lagi jika Hamas tak segera membebaskan 58 sandera yang tersisa dari total 251 orang sandera sejak 7 Oktober 2023. Gallant juga memberikan pilihan evakuasi bagi warga Gaza ke belahan dunia lain setelah pembebasan sandera. Merujuk statement Donal Trump, Presiden Amerika Serikat (AS) yang meminta Hamas mengambil keputusan bijak membebaskan sandera untuk masa depan warga Gaza atau menghadapi serangan brutal bagai neraka (beritasatu.com, 20-3-2025).
Ironisnya kekejaman penjajahan yang terjadi di Palestina tersebut tidak mampu mengetuk hati para pemimpin negeri-negeri muslim untuk bersatu dan menggerakkan seluruh bala tentaranya untuk membebaskan bumi Palestina. Mereka hanya mampu mengecam tanpa tindakan dan tersibukkan menyelesaikan permasalahan dalam negerinya masing-masing. Tanpa menyadari bahwa akar permasalahan yang terjadi dalam negerinya adalah akibat dari penerapan sistem kufur yang lahir dari sekularisme buatan entitas Yahudi dan memang bertujuan untuk memecah belah serta mengikis perasaan satu ikatan akidah dalam diri umat.
Oleh karena itu menjadi penting untuk menyadarkan umat secara terus-menerus terhadap persatuan umat yang memperjuangkan tegaknya kepemimpinan Islam dalam bingkai Khilafah. Penegakan kepemimpinan Islam merupakan kewajiban yang tercantum dalam dalil-dalil shahih. Melalui jama’ah dakwah Islam berasaskan ideologi Islam yang menjaga dan mengarahkan barisan perjuangan agar tidak keluar dari yang dicontohkan Rasulullah SAW. maka institusi Khilafah ‘ala minhaj al-nubuwwah akan terwujud dan mampu menjalankan syariat Islam secara sempurna sehingga menjadi rahmat seluruh alam. Jauh dari segala problematika umat seperti yang terjadi saat ini, termasuk persoalan Palestina.
Khilafah tak akan pernah menggantungkan keputusan pada organisasi dunia yang notabene merupakan boneka bentukan negara adikuasa yang penuh tipu muslihat untuk menutupi kebusukan Zionis yang ingin menguasai dunia. Posisi khalifah sebagai perisai dan pengurus umat, dimana umat berlindung dibelakangnya dan berjihad didepannya, dengan tegas mengirimkan pasukan untuk membebaskan Palestina serta mengembalikan kejayaan umat. Pasukan yang memiliki kekuatan luar biasa yang dahulu pernah mendobrak benteng Konstatinopel dan meruntuhkan benteng Romawi. [LM/Ss]