Suasana Hari Raya antara Indonesia dan Palestina
Oleh Sri Ratna Puri
Lensamedianews.com_ Belum lama Ramadan meninggalkan kita. Belum dua pekan kita berhari Raya Idulfitri. Hari saat umat Islam bersuka cita karena selesai menunaikan kewajiban menunaikan puasa selama satu bulan. Kini tiba Syawal tanda kemenangan. Tak hanya di Indonesia, tapi seluruh dunia, bahkan Palestina.
Bedanya, di Indonesia umat Islam berhari raya berkumpul dengan keluarga, bermaaf-maafan, makan-makan besar dan sebagainya, sementara di Palestina umat Islam menghadapi genosida. Dibantai sedemikian rupa oleh entitas Yahudi dan Amerika, tanpa sisa. Dihapus dari peta dunia, sekiranya bisa.
Korban Terus Berjatuhan Dunia Tetap Diam
Tercatat sudah lebih dari 300.000 korban meninggal, ratusan ribu lainnya memerlukan perawatan, baik luka berat maupun ringan, gedung-gedung dihancurkan; rumah sakit, sekolah, sampai ke tenda-tenda pengungsian jadi sasaran. Tak hanya itu saja, bantuan makanan, obat-obatan, logistik, ditahan masuk ke Gaza, Palestina. Mereka dibiarkan kelaparan selama Ramadan, bahkan di hari raya umat Islam pun bertabur penderitaan.
Tak hanya orang dewasa, kekejaman Zionis menarget wanita dan anak-anak tanpa dosa. Netanyahu menyebut masifnya genosida ini, sebagai tindakan cepat untuk membersihkan Hamas di Palestina. Padahal jelas, rakyat Palestina ditargetkan semua binasa, dan mereka ingin leluasa mencaplok seluruh wilayah negeri para Anbiya.
Kembali pada suasana berhari raya antara di Indonesia dan Palestina. Di Indonesia, para elit pejabat sibuk bersilaturahmi politik. Mereka saling memuji hidangan yang disajikan. Nambahnya jangan tiga kali, tapi harusnya lima kali seperti pancasila, kelakarnya. Coba kita tunggu, kebijakan apa yang dihasilkan dari negosiasi kekuasaan pascalebaran.
Sedang di Palestina, mereka pun sibuk berteriak meminta pertolongan dari saudara-saudara seimannya di negara sekitar. Sayangnya, teriakannya tak mampu menggerakkan kesadaran untuk menghentikan aksi pembantaian. Jangankan menolong, para penguasa negeri-negeri kaum muslimin malah sibuk menghamba pada sang tuan di negeri Paman Sam, karena perang dagang dengan kenaikan pajak yang dikenakan.
Sampai Kapan?
Hari raya yang seharusnya diisi dengan kebahagiaan, berganti nestapa dan derita tiada tara. Sampai kapan dunia membiarkan Palestina terkungkung derita? Apakah memang disengaja?
Jawabannya ada pada kita, manusia. Karena cukup menjadi manusia, pasti tidak akan dapat menerima perlakuan keji Zionis pada Palestina yang digenosida. Terlebih, sebagai manusia yang sama-sama berakidah Islam, Rasulullah saw, menyebutkan bahwa umat Islam bagaikan satu tubuh bila ada bagian yang terluka maka akan demam seluruh bagian tubuh lainnya.
Sekat nasionalisme yang diciptakan dunia Barat, menyebabkan keterbatasan ruang gerak umat Islam untuk bisa memberikan pertolongan dan perlawanan terhadap Palestina dan negeri-negeri muslim lainnya. Maka, tak ada cara lain selain dari menciptakan persatuan umat Islam, sebagaimana yang Allah dan Rasul-Nya perintahkan dalam QS. Ali-Imran ayat 103 untuk berpegangteguhlah kepada tali (agama Allah), janganlan bercerai berai.
Sedangkan faktor kesengajaan, Palestina memang menjadi barometer kondisi Umat Islam. Bila Palestina berjaya, berarti umat Islam dalam puncak peradaban yang gemilang. Sebaliknya, bila Palestina menderita, lemah pula keadaan umat nabi Muhammad.
Persatuan Umat Kirim Pasukan Jihad
Setelah umat bersatu di bawah komando pemimpin umat Islam sedunia, yakni sang khalifah dalam sistem Khilafah Islamiyah, akan mengirimkan pasukan jihad dengan persenjataan lengkap untuk mengusir penjajahan terhadap Palestina. Tidak hanya mengusir entitas Yahudi, tetapi sekaligus memberangus pihak-pihak yang berada di belakangnya, termasuk Inggris, Perancis, negara-negara sekutu, sampai Amerika.
Pengiriman pasukan jihad merupakan tombak terdepan dalam menegakkan keadilan. Sebab, tujuan dari jihad adalah menegakkan kalimat tauhid serta menyebarkan dakwah Islam yang membawa rahmat ke seluruh alam. Tidak hanya bagi Palestina, tapi negara-negara yang ada di dunia.
Hanya jihad satu-satunya solusi yang dibutuhkan Palestina. Jihad yang hanya bisa diperintahkan oleh Komandan Jihad di bawah perintah sang khalifah. Mari kita mewujudkannya agar suasana hari raya menjadi hari kebahagiaan umat Islam, khususnya Palestina, karena terbebas dari penjajahan dan genosida.
Kita harus terus menyuarakan kondisi Palestina. Selalu sertakan dalam doa, bangun kesadaran umat dengan bergerak mendakwahkan Islam kafah, agar umat segera merapat dalam satu perasaan, satu pemikiran dan satu aturan yakni aturan Islam dalam bingkai negara Khilafah Islamiyah yang pasti akan membebaskan Palestina. Wallahu ‘alam.