Gonjang-Ganjing Kerapuhan Ekonomi Global dan Domestik

Oleh: Maulinda Rawitra Pradanti, S.Pd

 

LenSa Media News.com, Dolar memang menjadi satuan mata uang dunia yang sedang merajai. Belum ada mata uang yang dijadikan patokan dunia lain layaknya dolar, meskipun ada pula mata uang yang nilai kursnya lebih tinggi dari dolar. Indonesia yang memiliki satuan mata uang sendiri juga tidak terlepas dari cengkeraman dolar. Ketika dolar menguat, maka rupiah anjlok.

 

Dikutip dari RTI, Jumat (20-12-2024) lalu, dolar AS menguat di angka Rp16.289 atau naik 4 poin dari sebelumnya Rp16.285. Meski begitu ternyata dolar melemah melawan euro Eropa, yen Jepang, yuan China, dan dolar Singapura. Hanya saja, Indonesia yang sejak dulu menjadikan dolar AS sebagai patokan maka tetap saja mengikuti pergerakan dolar AS.

 

Ketidakstabilan ekonomi global inilah yang menyebabkan kerapuhan pada ekonomi banyak negara. Dua raksasa ekonomi dunia, yaitu AS dan China, juga mengalami tekanan yang cukup tinggi di tahun ini. Inflasi yang menyerang negara-negara dunia menjadi salah satu masalah yang paling kentara. Dengan inflasi, maka daya beli masyarakat ikut menurun. Terlebih lagi persaingan dagang antara dua negara ini.

 

Di dalam negeri, kondisi ekonomi semakin tidak solid. Penurunan kelas menengah di Indonesia mencapai 10 juta orang dari tahun 2019 sampai 2024. Adanya wacana penambahan PPN 12% membuat kemiskinan di Indonesia semakin menjadi-jadi. Maka tak heran jika ketimpangan ekonomi semakin jelas dan nyata adanya karena distribusi kekayaan hanya beredar di kalangan menengah ke atas.

 

Jelas, hal ini disebabkan karena adanya peningkatan biaya hidup yang tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan. Harga pangan, biaya transportasi, harga BBM, tarif dasar listrik, semua hal asasiyah mengalami lonjakan yang signifikan. Alhasil untuk memenuhi kebutuhan itu, masyarakat mencari jalan cepat seperti pinjol, cyber crime, termasuk penjualan data di black market.

 

Inilah yang terjadi ketika menjadikan sistem ekonomi kapitalis sebagai poros dalam persoalan ekonomi global maupun domestik. Bukannya memecahkan masalah, ternyata menimbulkan masalah baru. Karena memang inilah sifat aslinya, yakni fokus pada pertumbuhan ekonomi tanpa memperhatikan aspek distribusinya. Distribusi dianggap sebagai pelengkap saja, tanpa adanya kewajiban negara untuk menjamin pemenuhan kebutuhan dasar setiap warga negaranya.

 

Berbeda dengan Islam, distribusi menjadi perhatian utama dalam prinsip ekonomi Islam, di mana negara berkewajiban untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar per individu rakyat, serta memastikan mereka mendapat fasilitas publik secara gratis. Islam juga menetapkan batas kepemilikan barang-barang ekonomi, mana yang milik individu, negara, dan masyarakat. Semua diatur secara jelas dan tidak boleh dikuasai individu atau kelompok tertentu.

 

Sistem moneter Islam juga bersandar pada mata uang dinar dan dirham sehingga nilai mata uang pasti stabil dan pengendalian inflasi lebih terjaga. Oleh karena itu, jawaban dari persoalan ekonomi dan persoalan kehidupan manusia hari ini adalah mengembalikan sistem Islam sebagai satu-satunya sistem dalam kehidupan.

 

Karena hanya sistem Islamlah yang memiliki solusi hakiki dari setiap problem kehidupan. Apalagi menjalankan sistem Islam bukan hanya karena ingin terlepas dari problem kehidupan, tetapi juga karena ingin menjalankan kewajiban menegakkan aturan Allah, al- Mudabbir. [ LM/ry ].

Please follow and like us:

Tentang Penulis