Tren Kejutan Ulang Tahun Merenggut Nyawa
Lensa Media News, Surat Pembaca- Perayaan ulang tahun sudah menjadi tren di masyarakat sejak dulu. Berbagai bentuk acara dipenuhi dengan makan dan minum, mulai dari acara pesta, tasyakuran, maupun sekadar bagi-bagi nasi kotak kepada tetangga, sahabat dan kerabat sebagai bentuk berbagi kebahagiaan orang yang berulang tahun.
Di kalangan remaja, tidak sedikit juga yang memberikan suprise party bagi yang berulang tahun. Bahkan tabur tepung, lempar telur, siram air dan masih banyak tren baru yang bermunculan dianggap sebagai bentuk rasa peduli terhadap bertambahnya umur seseorang yang dicintai. Tidak sekadar itu, tren kejutan ulang tahun menjadi bentuk eksistensi diri bagi remaja.
Bentuk kepedulian dan eksistensi diri bagi remaja seharusnya menjadi hal positif yang penting untuk dikembangkan, namun perilaku remaja seringkali spontan, tanpa disertai pemikiran mendalam, karena ketidakpahaman atas kaidah berpikir dan beramal, serta adanya pertanggungjawaban atas setiap perbuatan. Demikian pula mereka abai terhadap risiko yang mungkin terjadi. Seringkali perbuatan dilakukan sekadar bersenang-senang dan jauh dari produktif.
Seharusnya ulang tahun dimaknai dengan berkurangnya umur kita di dunia, sehingga kita harus banyak bersyukur dan berusaha meningkatkan ketakwaan kepada Pencipta, dikarenakan sejatinya usia kita makin mendekati kematian. Kejutan ulang tahun sebagai bentuk rasa peduli dan kasih sayang sesama seharusnya dalam bentuk yang berfaedah, bukan yang berdampak mencelakakan apalagi sampai terenggut nyawanya. Seperti contoh kasus yang baru-baru ini terjadi di SMAN 1 Cawas, Klaten, di mana Ketua OSIS sekolah tersebut tewas akibat tersetrum di kolam ikan seusai mendapat kejutan ultah dari teman-temannya dengan ditabur tepung dan diceburkan ke kolam, pada Senin (8/7/2024).
Semua itu akibat sistem pendidikan sekuler kapitalis yang diterapkan saat ini yang di mana kaidah berpikirnya berdasarkan materi dan kesenangan semata. Sementara itu dalam sistem pendidikan Islam, diajarkan kaidah berpikir benar yang akan menghasilkan amal produktif yang dihasilkan dari berpikir yang mendalam. Oleh karena itu, sudah saatnya kita berbenah dalam sistem pendidikan dan seluruh sistem kehidupan, agar hidup menjadi berkah dan terarah.
Dian Agus Rini, S.E
[LM, Hw]