Demi Cuan, Luntur Naluri Keibuan

Oleh: Sunarti

 

LenSa Media News–Akhir-akhir ini marak ibu-ibu yang mencari cuan dengan jalan pintas yakni dengan membuat konten-konten berupa video pendek. Harapannya dengan modal kecil bisa mendapatkan keuntungan yang banyak tanpa bersusah payah pula. Sayangnya, mereka yang tergiur dengan cara ini tidak memikirkan resiko terganggunya  moral.

 

Sebut saja kasus viralnya ibu-ibu yang membuat video vulgar bersama anak kandungnya. Kasus ini meskipun sudah ditangani pihak berwajib, namun video pendeknya sudah tersebar luas. Sejauh ini, total ada dua ibu muda yang ditetapkan sebagai tersangka yaitu AK (26) dan R (22) (Liputan6.com,9/6/ 2024).

 

Saat ini memang gadget telah memberikan fasilitas mudah dan termudah untuk meraup cuan dengan berbagai aplikasinya. Maka banyak pula masyarakat, mulai dari anak-anak hingga orang tua tak luput dengan fenomena ini. Asal video memenuhi syarat tertentu, maka dengan mudahnya para pengusaha meng-endorse konten mereka.

 

Dari sinilah pundi-pundi uang akan mengalir dengan mudahnya. Tak ayal banyak sekali orang yang tergiur membuat konten tanpa memandang resiko dirinya, keluarga maupun masyarakat secara luas. Segala macam cara akan ditempuh, selama menghasilkan uang.

 

Sistem Kapitalisme Rusak dan Merusak

 

Inilah tabiat (kebiasaan) alam kapitalis-sekular yang dengan mudahnya, menyeret penghuninya ke dalam ranah kapitalisasi pasar. Segala hal dianggap bisa menghasilkan uang meskipun cara yang ditempuh abnormal, bahkan di luar sopan santun atau adab.

 

Dalam sistem ini, manusia diajak berpikir uang dan uang. Maka wajar yang muncul adalah individu dengan kepribadian bebas. Bahkan seorang ibu tega menjadikan anaknya sebagai bahan konten dengan hal yang tidak senonoh.

 

Dari peristiwa ini, mencerminkan gagalnya sistem pendidikan dalam mencetak individu yang berkepribadian baik, yaitu berkepribadian Islam. Sehingga seorang ibu seharusnya siap mengemban amanah sebagai sosok pelindung anak-anaknya.

 

Di sisi lain juga menunjukkan lemahnya negara dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat. Sehingga warga negara semakin sulit memperoleh pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan. Apalagi di era kapitalis saat ini, negara hanya sebagai fasilitator bagi tujuan para pengusaha yang menguasai sumber daya alam yang seharusnya dikelola untuk kemakmuran rakyat.

 

Ini semakin melebarkan kesempatan bagi asing memperkaya diri. Akibatnya masyarakat dalam negeri hanya memiliki peluang sedikit dalam penguasaan materi. Akibat lebih parah, ibu-ibu tergoda berbuat maksiat demi mendatangkan cuan.

 

Kelemahan lain dari negara adalah dalam hal sosial media yang tidak ada filter untuk masyarakat. Tontonan yang hanya terfokus pada datangnya pundi-pundi uang yang sejatinya merusak, justru tidak ada batasan apakah layak ditonton ataukah tidak.

 

Sistem Pemerintahan Islam Solusi 

 

Begitupah fakta alam kapitalis-sekular yang menggerus naluri keibuan. Berbeda jauh dengan sistem Islam yang menjaga fitrah manusia dengan hukum sempurnaNya. Sistem Islam menjamin urusan ekonomi dengan sistem ekonomi Islam yang terpacu untuk mensejahterakan rakyat.

 

Pengelolaan sumber daya alam dilakukan semata untuk kemakmuran rakyat. Sehingga warga tidak menjadi jiwa yang rakus dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, karena riayah negara yang optimal. Warga negara akan paham batasan ke-halal dan keharaman dalam mencari cuan.

 

Berikutnya dalam sistem pendidikan, negara menjamin urusan pendidikan seluruh warga negara. Karena pendidikan termasuk kebutuhan dasar yang difasilitasi negara. Dan tujuan pendidikan adalah mencetak generasi yang beriman kepada Allah.

 

Individu yang taat kepada Allah adalah individu yang berkepribadian Islam yang bisa menjadi jiwa-jiwa yang takut kepada Allah. Sehingga punya standar dalam dia mencari rezeki. Apalagi seorang ibu yang menjadi sosok pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya.

 

Dari sudut sosial media dan informasi, negara menjadi filter utama, mana tontonan dan mana tuntunan. Meskipun sifatnya iklan atau promosi, negara juga wajib mengawasi apakah mempengaruh ketaatan rakyatnya ataukah tidak. Jika tidak, negara segera mengambil tindakan tegas bagi para produser ataupun pengguna sosial media.

 

Selain itu, bagi warga negara akan diberikan landasan keimanan yang selalu konsisten dan berlanjut. Sehingga suasana keimanan akan terjaga.

 

Beginilah sedikit gambaran sistem Islam dalam mengatur kehidupan masyarakat. Namun jika ini diterapkan dalam sistem sekular-liberal saat ini, maka tidak akan pernah berhasil. Semua aturan Islam tadi hanya bisa diterapkan dalam sistem Islam juga. Maka menjadi tanggung jawab kita semua untuk mewujudkan kembalinya sistem Islam di tengah kehidupan, agar kasus-kasus kejahatan tidak menjamur sebagaimana saat ini. Waallahu alam bisawab. [LM/ry].

Please follow and like us:

Tentang Penulis