Makan Siang Gratis, Ilusi Perbaikan Generasi

Oleh: Siska Juliana

 

 

LenSa MediaNews__Program makan siang gratis merupakan program unggulan dari Capres-Cawapres terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Hal itu sering kali diungkap saat kampanyenya. Program ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas gizi anak-anak Indonesia.

 

 

Untuk mendukung terwujudnya program tersebut, Prabowo Subianto dalam kunjungannya ke Cina sebagai Menteri Pertahanan (Menhan), mengamati pemberian makan siang gratis di sekolah di wilayah Beijing.

 

 

Selain itu, Gibran Rakabuming Raka mengirim perwakilannya ke India untuk mempelajari program makan siang gratis di sana. Sebab, pemerintah India telah mengadakan program serupa sejak tahun 2001. Anggaran yang dikeluarkan mencapai 116 miliar rupee atau Rp21,77 triliun. (kompastv.com, 03-04-2024)

 

 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartanto mengungkapkan bahwa program makan siang gratis merupakan bentuk investasi SDM. Harapannya anak-anak di Indonesia tidak ada yang kekurangan gizi. Dengan kualitas SDM yang baik, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia pun akan meningkat. (kompas.com, 07-04-2024)

 

 

Jika ditelisik, sungguh miris pernyataan tersebut. Karena cita-cita mewujudkan generasi berkualitas dibarengi dengan kepentingan ekonomi. Inilah fakta yang terjadi dalam sistem kapitalisme sekuler, segala sesuatu menjadi komoditas ekonomi.

 

 

Mewujudkan generasi berkualitas tidak cukup dengan makanan semata. Sebab, generasi berkualitas dipengaruhi oleh pemikirannya. Kita harus memahami bahwa bangkitnya seseorang tergantung pada pemikirannya tentang hidup, alam semesta, dan manusia, serta hubungan ketiganya dengan sesuatu yang ada sebelum kehidupan dunia dan sesudahnya.

 

 

Dengan proses berpikir, maka seorang manusia dapat mempunyai pemahaman yang kuat dan benar terkait kehidupan.

Oleh karena itu, program makan siang gratis yang hanya mementingkan isi perut tak akan mampu merealisasikan generasi berkualitas. Apalagi ditambah dengan tujuan terlepas dari middle income trap, maka hanya akan berbuah hasil yang semu.

 

 

Kerusakan generasi pun tidak bergantung pada satu sektor saja. Selain pendidikan dan ekonomi, generasi kita banyak diserang oleh pemikiran-pemikiran Barat, seperti hedonisme dan gaya hidup bebas.

Untuk mengatasi seluruh problematika tersebut, maka dibutuhkan solusi sistemis. Sehingga tidak hanya sebatas pada pemberian makan siang gratis. Perlu adanya perubahan yang hakiki untuk mewujudkan generasi berkualitas.

 

 

Generasi saat ini memang sangat jauh dari gambaran pemuda yang seharusnya. Mereka memiliki jiwa yang sangat rapuh, mudah menyerah dengan keadaan. Tak sedikit sampai mengakhiri hidup karena alasan yang sepele.

 

 

Di saat yang sama, banyak pemuda yang dipaksa untuk tangguh demi memenuhi kebutuhan hidup. Selain itu, kehidupan yang serba bebas semakin membuat kehidupan mereka tak tentu arah. Terbawa arus dan mengikuti mayoritas masyarakat, tanpa peduli halal dan haram.

Semua ini merupakan akibat dari sistem kapitalisme. Ideologi ini telah nyata meracuni pemikiran pemuda dan membajak potensi mereka.

 

 

Maka solusi satu-satunya adalah mengganti sistem kapitalisme dengan sistem sahih yang berasal dari Allah SWT yaitu Islam. Allah telah menyatakan standar kesuksesan generasi muslim dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 110 yang artinya:

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.”

 

 

Dengan demikian, jelaslah bahwa generasi muslim berkualitas adalah mereka yang berperilaku sesuai dengan aturan Allah. Mereka memiliki kepribadian Islam, yaitu pemikiran dan sikapnya Islam. Jalan yang ditempuh merupakan jalan dakwah yang akan menghantarkan pada kemuliaan hidup.

Alhasil, generasi muslim memiliki sikap berani, tangguh, berjiwa pemimpin untuk membela dan meneguhkan kemuliaan Islam.

 

 

Untuk mewujudkan pemuda muslim dengan predikat umat terbaik, diperlukan kerja sama antara individu, masyarakat dan negara. Individu yang bertakwa, masyarakat yang senantiasa melakukan kontrol sosial dan muhasabah pada penguasa. Serta negara yang menerapkan seluruh aturan Allah. Wallahu’alam bishshawab.

Please follow and like us:

Tentang Penulis