Kemacetan Mudik Lebaran Terus Berulang, Bagaimana Solusi dalam Islam?

Oleh: Endang Mustikasari

 

 

Lensamedianews.com– Mudik lebaran menjadi tradisi tahunan, yang sangat di tunggu-tunggu. Bertemu handai taulan dari beberapa generasi seolah menjadi tradisi tersendiri. Berbagai masakan menjadi persiapan tersendiri demi menjamu saudara yang lama tak bersua di kampung halaman tercinta.

Asalkan tidak melanggar syari’at, misalnya ikhtilat di antara saudara yang bukan mahram tradisi inipun boleh boleh saja. Untuk menyambung tali silaturahmi. Agar menambah ukhuwah mempererat tali kekerabatan.

Sayangnya, momen mudik lebaran sering terjadi kemacetan yang luar biasa tiap tahunnya. Seolah-olah tidak tersolusi dengan cermat. Beberapa kebijakan diambilpun menghadirkan polemik baru. Mulai dari Contraflow, one way, ganjil genap hingga pembatasan waktu operasional angkutan barang.

Contraflow adalah sistem rekayasa moda transportasi dengan tujuan mengurangi kemacetan dengan sistem satu ruas jalan tol dijadikan dua jalur yang berlawanan. Jalur ini membutuhkan konsentrasi tinggi, tersedianya logistik, kesehatan yang prima dan fokus. Karena jalur ini rawan terjadi kecelakaan lalu lintas.

Insiden laka lantas pun terjadi di KM 58 pengemudi grandmax dari arah Jakarta menuju Ciamis yang adu banteng dengan bus prima jasa yang berjalan menuju Jakarta di jalur Contraflow diketahui 12 orang meninggal. Ditengarai pengemudi mengalami microsleep karena kurang istirahat. Kompas.com (11 April 2024)

Selama masa arus mudik yang berlangsung sejak Kamis, 4 April 2024 hingga Jumat 12 April 2024 kepolisian mencacat terjadi 1.848 kasus kecelakaan lalu lintas (laka lantas) diseluruh wilayah Indonesia. Korban meninggal dunia 106 jiwa. Kontan.co.id (Sabtu, 13 April 2024).

Tentu ini miris sekali, butuh penanganan serius secara sistemik. Negara harus mengantisipasi jauh-jauh hari agar kemacetan dan laka lantas bisa di cegah. Memberikan pelayanan mudik gratis yang nyaman dan aman, agar rakyat bisa mudik lebaran menggunakan armada yang di berikan negara, dari sini bisa mengurangi banyaknya mobil pribadi. Pelayanan armada angkutan antar kota, antar desa yang memadai, gratis dan mudah di akses juga mewakili mobil pribadi yang kian hari menambah kemacetan.

Jalan tol pun harusnya diberikan gratis kepada rakyat karena ini menyangkut kebutuhan umum rakyat dalam bermobilisasi. Bukan hanya potongan dua puluh persen selama arus mudik dan balik lebaran saja. Begitulah jika Islam yang mengatur moda transportasi yang aman dan nyaman, murah dan gratis dalam pelayanannya.

Rakyat tidak akan berbondong-bondong mudik dengan travel gelap, rental mobil yang mahal di masa mudik, atau angkutan umum dengan tarif dua kali lipat. Negara akan menegur armada yang menarik karcis melampaui tarif di masa mudik dan balik lebaran.

Kasus di jalanan pun segera diatasi dengan adanya Qadhi Hisbah yang akan menyelesaikan jika ada keributan di jalanan. Tabrak belakang, adu banteng, dan menasehati para pengemudi yang mengantuk untuk segera beristirahat.

Semua ini akan terealisasi jika negara menerapkan Islam sebagai aturan kehidupan di setiap lininya. Dalam departemen perhubungan, departemen dalam negeri dan yang lainnya. Negara sebagai penjaga umat akan menjaga amanahnya dengan baik karena ridho Allah menjadi asas dalam setiap pelaksanaan tugasnya sebagai aparatur negara.

Tak ada lagi kemacetan dalam mudik lebaran jika kita mau menerapkannya. Saatnya kembali kepada Islam secara menyeluruh. Hingga Allah turunkan RahmatNya dari langit dan bumi.nAllahu a’lam bish showab. [LM/UD]

Please follow and like us:

Tentang Penulis