Habitat Monyet yang Tersisihkan
Prita Widya Putri S.Pd
(Guru SD di kota Bandung)
Lensamedianews.com– Pada waktu lalu sempat tersebar rekaman yang menampilkan sekelompok monyet merayap ke permukiman penduduk di Kampung Cibeureum Jati, Soreang, Bandung. Video tersebut menjadi populer di berbagai platform media sosial. Mereka terlihat melintasi atap rumah dan bahkan memanjat tiang listrik. (detikjabar.com)
Ganjar Cahyadi, S.Si., seorang kurator di Museum Zoologi Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung (SITH ITB), menjelaskan tiga kemungkinan penyebab monyet ekor panjang berkeliaran atau turun ke permukiman warga di Kota Bandung pada Rabu (28/2/2024).
Pertama, kelompok monyet merasakan adanya ancaman alam sehingga menjauh dari habitatnya dengan cepat. Reaksinya cepat karena insting yang kuat pada primata tersebut.
Kedua, hewan ini mencari makanan ke tempat lain karena sumber makanan yang menipis sementara populasinya banyak.
Ketiga, persaingan dengan kelompok monyet lainnya, di mana kelompok yang kalah akan menghindari area sebelumnya. Hal ini disebabkan kemampuan adaptasi yang tinggi pada monyet ekor panjang yang memungkinkannya bergerak bebas hingga ke permukiman.
Ganjar Cahyadi juga menyarankan agar warga tidak mengganggu, menyudutkan, atau memberi makan monyet ekor panjang tersebut, untuk mencegah perubahan perilaku yang dapat membahayakan manusia. Jika itu dilakukan, monyet bisa kehilangan rasa takut terhadap manusia dan menjadi agresif atau mencuri makanan dari manusia.
Apabila ditelaah pada kemungkinan ketiga, penyebab kawanan monyet turun ke rumah penduduk adalah persaingan dengan kelompok lainnya, persaingan ini sebenarnya bagian dari fitrah hewan, namun semestinya tidak mencapai pemukiman warga. Penyebabnya adalah pengurangan ruang hidup mereka, karena pembangunan massif yang mendekati habitat monyet ekor panjang.
Menurut Agung Ganthar Kusumanto, seorang spesialis mamalia satwa liar dan alumnus Program Studi Biologi, Institut Teknologi Bandung (ITB), habitat sangat penting bagi monyet ekor panjang. Mereka memiliki pola makan dan gaya makan seperti manusia. Apa yang dimakan oleh manusia, itu jugalah yang mereka makan. Hutan yang semakin berkurang, wilayah riparian sungai yang banyak dibangun tempat wisata dan perkebunan, menjadi suatu masalah baru bagi habitat monyet ekor panjang. Perebutan wilayah dengan manusia menyebabkan hewan tersebut terpaksa pergi ke pemukiman warga dan daerah perkotaan. Ketika habitat hewan rusak, mereka cenderung kalah atau mati. Namun, berbeda dengan monyet ekor panjang yang semi-cosmopolis, ini memungkinkan mereka untuk menyelamatkan diri dengan cara menghindar ke permukiman manusia. Disisi lain, hewan ini memiliki kemampuan belajar yang cepat dan menyadari bahwa manusia tidak begitu menakutkan, bahkan manusia sering kali takut pada monyet.
Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk merawat dan menyayangi hewan serta melestarikan kehidupannya sebagai ciptaan Allah SWT. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT menegaskan bahwa segala yang ada di alam, termasuk hewan, merupakan amanah yang harus dijaga. Manusia tidak memiliki hak tak terbatas untuk merusak keseimbangan ekologis alam. Islam tidak membenarkan penggunaan habitat hewan sebagai hiburan atau tempat wisata semata.
Nabi Muhammad SAW mengajarkan bahwa sikap dan tindakan manusia terhadap hewan akan mempengaruhi nasib mereka di akhirat. Sebuah hadis mengisahkan tentang seorang wanita pezina yang mengasihani seekor anjing kehausan, karenanya ia diampuni oleh Allah. Namun, jika manusia berlaku zalim terhadap hewan, tentu mendapat ganjaran sesuai perbuatannya.
Perlakuan baik terhadap hewan sama pentingnya dengan perlakuan baik terhadap manusia. Keberadaan hewan memiliki nilai penting dalam kehidupan. Islam menegaskan bahwa hewan memiliki hak untuk dilindungi dan dijaga kelestariannya.
Namun, dalam sistem berkehidupan kapitalisme yang mengutamakan urusan duniawi menjadikan manusia menonjolkan sifat tamaknya dan mereduksi sifat kasih sayang terhadap hewan. Demi menumpuk keuntungan dan kesenangan dunia, manusia tidak segan mengganggu habitat hidup hewan. Masalah ini tentu tidak akan menemui ujung pangkalnya selama tata kelola kota masih bersandarkan pada ekonomi kapitalistik. Hanya dengan menerapkan sistem Islam yang terpadu lah solusi tuntas itu akan dicapai, sebagaimana firman Sang Pencipta bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam, tidak terkecuali bagi seluruh spesies hewan, termasuk monyet ekor panjang. Wallahu alam bi ash shawab. [LM/UD]