Krisis Kepribadian Pada Pelajar, Kenali 3 Faktor Pemicunya
Krisis Kepribadian Pada Pelajar, Kenali 3 Faktor Pemicunya
Oleh : Yuyun Suminah, A. Md
(Guru dan Pegiat Literasi)
LenSaMediaNews.com – Pelajar merupakan bagian dari orang-orang yang berproses menjadi kalangan kaum intelektual yang sedang mencari ilmu. Di sekolah tempat mereka mencari ilmu, dibentuk kepribadiannya agar menjadi pelajar yang bernorma dalam situasi apapun dan di mana pun.
Namun, membentuk para pelajar tersebut memang tidaklah mudah, tapi tidak sulit juga ketika semua pihak menjalankan perannya masing-masing. Ketika abai terhadap perannya masing-masing berdampak kepada perilaku seseorang. Lihat saja fakta pelajar saat ini yang jauh dari kepribadian yang bernorma. Kasus-kasus yang dilakukan pelaku pelajar seperti tawuran, kenakalan remaja, bully, pergaulan bebas dan lainnya mewarnai kehidupan remaja.
Bahkan mereka pun berani membawa senjata tajam dalam aksi tawurannya. Fakta tersebut ada di beberapa daerah di Indonesia. Tidak sedikit dari aksinya tersebut, mereka harus berurusan dengan pihak yang berwajib, Polisi.
Terkadang orang di sekitarnya bingung apa yang menyebabkan para pelajar tersebut hilang kepribadiannya. Kepribadian yang mencerminkan seorang pelajar seperti disiplin, sopan santun dan menjunjung tinggi norma agama. Ada 3 faktor penyebabnya yaitu:
- Berkurangnya Peran Keluarga
Keluarga merupakan lembaga terkecil dalam sebuah negara. Di sana seorang anak mulai dibentuk kepribadiannya. Dimulai dengan pendidikannya. Di sini yang berperan adalah keluarga seperti ayah dan ibunya. Memberikan pendidikan adab atau akhlaq, mendapatkan kasih sayang, mendapatkan pengasuhan yang baik, asupan makanan yang halal, baik dan menyehatkan dan lainnya.
Namun faktanya saat ini peran keluarga tergerus oleh keadaan. Misalnya seorang ayah yang terbatas dalam menjalankan perannya sebagai pencari nafkah. Sehingga seorang ibu pun terpaksa harus turun tangan ikut membantunya keluar rumah.
Pendidikan yang seharusnya dapat dilakukan oleh seorang ibu sebagai madrasah pertama pun tak bisa dijalankan. Keluarga tidak lebih dari hanya status tanpa fungsi. Rumah tidak lebih dari hanya tempat singgah.
Wajar jika seorang anak mencari kebahagiaan dan kasih sayang di luar rumah. Meluapkan keluh kesahnya dengan cara yang tidak tepat. Tidak adanya tempat yang nyaman untuk berbagi satu sama lain penyebabnya.
- Minimnya Ilmu Agama
Pendidikan agama sangat krusial dalam kehidupan setiap individu termasuk para pelajar. Agama menjadi benteng pertama ketika melakukan perbuatan, rem dalam bertindak.
Dalam agama Islam, seorang pelajar akan banyak tahu tentang hukum perbuatan. Halal dan haram dan rasa diawasi oleh Allah di mana pun berada. Akan terbentuk rasa takut akan dosa ketika berbuat maksiat. Serta meyakini hari pembalasan kelak di akhirat.
Namun fakta saat ini justru peran agama dibatasi hanya perihal ibadah semata. Sedangkan dalam ranah kehidupan, peran agama tidak memiliki andil. Faktor inilah yang membuat para pelajar kebablasan dalam melakukan apapun. Menganggap tidak ada kaitannya dengan agama.
Padahal Islam mampu mengatur semua ranah kehidupan mulai dari ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lainnya. Termasuk membentuk para pelajar yang memiliki kepribadian yang baik menurut pandangan syariat.
Agama mampu membentuk pola pikir dan pola sikap. Dalam agama Islam, ketika memahami agama, pola pikirnya selalu disandarkan kepada Islam. Maka akan terpancar kepada perbuatan atau sikapnya. Dalam Islam, meletakan pendidikan adab atau membentuk kepribadian yang baik bagi para pelajar lebih didahulukan sebelum mengajarkan ilmu-ilmu lainnya.
“Anak saudaraku, pada hari ini siapa saja yang mampu mengendalikan pendengaran, penglihatan, dan lisannya, niscaya ia akan diampuni Allah.” (HR Ibnu Khuzaimah)
- Minimnya Peran Negara
Negara menjadi pondasi utama dalam kehidupan masyarakat, karena negara punya kekuasaan dalam mengkondisikan rakyat. Dengan kekuasaannya, mampu menciptakan aturan hidup, memaksa masyarakat untuk taat, mampu menjaga dan melindungi dari berbagai kemungkinan kerusakan moral.
Dalam hal ini, negara yang dipimpin oleh seorang pemimpin bertanggungjawab atas kepengurusan rakyatnya. Rasulullah bersabda yang artinya “Imam (pemimpin) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari).
Sehingga negara pun bertanggungjawab dalam membentuk kepribadian para pelajar agar terhindar dari kemaksiatan. Dengan demikian faktor penyebab hilangnya kepribadian pada diri seorang pelajar bisa diatasi ketika negara mampu mengkondisikan peran keluarga sesuai perannya masing-masing.
Selain itu pengetahuan ilmu agama pun akan didukung penuh. Ilmu agama yang didapatkan selama di lingkungan sekolah, di keluarga dan di lingkungan masyarakat. Sehingga pelajar akan memiliki kepribadian yang baik pun akan tercapai.
Wallahua’lam bishowwab.