Ngurung Diri di Kamar, Serius?

Oleh: Hasna Dieni R

 

LensaMediaNews__Ngomongin soal pemuda, jadi teringat nasihat Buya Hamka kepada pemuda :

“Bebanmu akan berat. Jiwamu harus kuat. Tetapi aku percaya, langkahmu akan jaya. Kuatkan pribadimu!”

 

Benar sekali bahwa beban pemuda di dunia saat ini sangatlah berat. Sehingga sangat perlu pemuda untuk menguatkan pribadinya. Apalagi di zaman ini banyak pemuda yang mengidentifikasikan dirinya terkena penyakit mental. Terbunuh rasa percaya dirinya dan lain sebagainya.

 

Dikutip dari Bbc.com pada 4 Juni 2023 lalu. Bahwa banyak pemuda di Korea Selatan mengurungkan dirinya di dalam kamar, dengan rentang waktu yang panjang.

“Park Tae-hong, mantan pengurung diri lainnya, mengatakan bahwa mengisolasi diri dapat menjadi hal yang “menenangkan” bagi sebagian orang.”

“Ketika Anda mencoba hal-hal baru, itu mengasyikkan, tetapi pada saat yang sama anda harus menahan rasa lelah dan cemas. Ketika anda hanya berada di kamar anda, anda tidak perlu merasakan hal itu. Namun, hal itu tidak baik untuk jangka panjang,” ujar laki-laki berusia 34 tahun itu.

 

Sekitar 340.000 orang berusia 19 hingga 39 tahun di Korea Selatan atau 3% dari kelompok usia ini dianggap kesepian atau terisolasi, menurut Institut Kesehatan dan Urusan Sosial Korea.

 

Dilansir juga dari Bbc.com bahwa, kaum muda di Korea Selatan merasa “tertindas” karena masyarakat mengharapkan seseorang untuk menjadi seperti apa yang diharapkan pada usia tertentu, kata Kim Soo Jin, seorang manajer senior di Seed:s, yang juga mengkhususkan diri dalam program-program untuk hikikomori.

 

“Ketika mereka tidak dapat memenuhi ekspektasi tersebut, mereka berpikir ‘saya gagal’, ‘saya terlambat untuk ini’. Atmosfer sosial seperti ini menekan harga diri mereka dan pada akhirnya dapat membuat mereka terasing dari masyarakat,” tambahnya.

 

Hikikomori adalah sebuah istilah di Jepang terhadap fenomena yang terjadi di kalangan pemuda, yang menarik dan mengurung diri dari kehidupan sosial. Mereka mengisolasi diri dengan berada di rumah dalam kurun waktu yang panjang. Bahkan selama 6 bulan. Dan mirisnya, hal ini terjadi juga pada kalangan dewasa dini di beberapa negara lainnya.

 

Ternyata salah satu yang menjadi persoalan adalah persepsi tentang kehidupan di dalam diri pemuda dan persoalan yang lebih tinggi lagi adalah pengurusan negara terhadap urusan individu rakyatnya.

 

Ya, para pemuda alias para remaja saat ini banyak sekali yang tidak memiliki gambaran kehidupan atau arah pandang hidup yang lurus. Misalnya, banyak dari mereka yang menjadikan standar kebahagiaan itu adalah memenuhi ekspektasi orang lain, bisa mencapai standar kesuksesan pada umumnya dan jika tidak tercapai atau tidak sesuai mereka menganggap itu adalah sebuah kegagalan.

 

Bisa saja mereka memiliki persepsi bahwa kesuksesan di dunia adalah tujuan dari kehidupannya. Dan kesuksesan yang dimaksud adalah ketika bisa menempuh jenjang pendidikan yang tinggi dan mulus, berkarir dengan gaji yang besar, berumah tangga, menjadi kaya raya dan berharap ujungnya bisa masuk surga.

 

Sebenarnya tidak juga salah dengan standar kesuksesan seperti itu, tapi perlu adanya tambahan yang menjadi tujuan hakiki dan dijadikannya standar kesuksesan hidup kita. Yaitu adalah menggapai rida dari Allah SWT. Sebagaimana yang telah Allah katakan dalam firmannya di Qur’an surat Az-Zariyat ayat 56,

Tidaklah Allah ciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk beribadah kepada Allah.”

So, dengan kita memiliki persepsi kehidupan yang harus meraih rida Allah dan juga meniatkan setiap perbuatan yang kita lakukan itu semata-mata untuk beribadah kepada Allah, akan menjadikan kita lebih fokus lagi akan tujuannya. Tidak perlu galau dengan standar kesuksesan dari orang lain, karena kita mengetahui bahwa Allah akan menilai dari proses yang kita jalani, apakah sesuai dengan aturan-Nya atau tidak?

 

Dan itu semua tidak bisa terjadi kecuali dengan dukungan dari negara yang bisa memfasilitasi pemuda khususnya agar bisa memiliki cara pandang yang sesuai. Tidak lain dari sisi pendidikan yang ditanamkan di dalam sekolah, hingga bisa menancapkan keimanan yang kuat di diri mereka, dan diaplikasikan pula dalam kehidupan bermasyarakat.

 

Di dalam Islam ternyata ini menjadi hal yang penting sehingga adanya jaminan dalam bidang pendidikan, dan juga ada jaminan kesejahteraan dalam penerapan Islam Kaffah yang membuat hak rakyat termasuk juga para pemudanya terjamin.

 

Sebagaimana dikatakan di dalam Al-Qur’an Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰۤى اٰمَنُوْا وَا تَّقَوْا لَـفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَا لْاَ رْضِ وَلٰـكِنْ كَذَّبُوْا فَاَ خَذْنٰهُمْ بِمَا كَا نُوْا يَكْسِبُوْنَ

Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.”
(QS. Al-A’raf 7: Ayat 96)

Wallahu a’lam bish shawab.

Please follow and like us:

Tentang Penulis