Kapitalisme Merusak Kesehatan Mental

Oleh: Eliya Nuryani, S.Sos.
Lensa Media News – Kasus bunuh diri di Indonesia mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir ini. Beberapa waktu lalu seorang mahasiswi Universitas Indonesia (UI) ditemukan tewas di sebuah apartemen kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Korban diduga bunuh diri dengan melompat dari lantai 18 apartemen sekitar pukul 23.45 WIB. Kepala kepolisisan sektor (Kapolsek) Kebayoran Baru Komisaris Tribuana Roseno, mengatakan MPD sempat meninggalkan pesan sebelum bunuh diri. Pesan itu berisi permintaan maaf kepada keluarga dan teman-teman melalui unggahan di media sosial (megapolitan.kompas.com, 12/03/2023).
Meningkatnya kasus bunuh diri ini tidak hanya di ibu kota, bahkan hampir di seluruh kota di Indonesia. Hal ini disebakan rendahnya mental kesehatan masyarakat terutama di kalangan remaja dan pemuda.
Kapitalisme-sekuler Menjadi Pemicu Mental Rusak
Dalam era globalisasi ini banyak tantangan yang harus dihadapi para remaja yang tinggal di desa maupun perkotaan. Tuntutan sekolah yang bertambah tinggi, akses komunikasi/ internet yang bebas, dan siaran media baik tulis maupun elektronik. Mereka dituntut untuk menghadapi berbagai kondisi tersebut baik yang positif maupun negatif, baik yang datang dalam diri mereka sendiri maupun yang datang dari lingkungannya. Dengan demikian remaja harus mempunyai berbagai keterampilan hidup sehingga mereka dapat sukses melalui fase ini dengan optimal.
Masa remaja adalah fase kritis dalam siklus perkembangan seseorang. Di masa ini banyak terjadi perubahan dalam diri seseorang sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Masa remaja masa yang dipenuhi dengan gejolak perubahan baik perubahan biologis, psikologis, maupun perubahan sosial. Keadaan serba tanggung ini memicu terjadinya konflik antara remaja dengan dirinya sendiri (konflik internal). Apabila hal ini tidak terselesaikan dengan baik, maka akan berdampak negatif terhadap perkembangan remaja di masa mendatang, terutama berkaitan dengan pematangan karakter yang tidak jarang memicu terjadinya gangguan mental.
Sistem kapitalisme saat ini sangat memengaruhi kesehatan mental seseorang, terlebih para remaja yang sangat rentan terkena dampaknya. Salah satu penyebabnya adalah kurikulum sekolah saat ini mulai meninggalkan atau mengurangi pelajaran agama, padahal sentuhan religius mampu memberikan dampak positif yang memunculkan ketenangan hati, pikiran, rasa bahagia, dan kedamaian. Hubungan ketenangan jiwa dan jasad ini adalah jika jiwa sehat maka ia akan memberikan ketenangan yang akan mempengaruhi kondisi fisik seseorang. Dan bahkan agama menjadi penguat jiwa seseorang atau penguat mental dalam menjalani kehidupan.
Islam Menjaga Kesehatan Mental
Kesehatan mental dalam kacamata Islam merupakan suatu kemampuan diri individu dalam mengelola terwujudnya keserasian antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian dengan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan sekitarnya secara dinamis berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai pedoman hidup menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
Beberapa upaya Islam untuk membangun kesehatan mental, yaitu:
Pertama, mengendalikan nafsu.
Allah menciptakan manusia beserta gharizah (naluri) dan hajatuludhawiyah (kebutuhan jasmani) yang menuntut untuk dipenuhi. Pemenuhan keduanya haruslah berdasarkan tuntunan syariat yang telah Allah berikan melalui Al-Qur’an dan As-Sunnah agar kehidupan manusia berjalan secara teratur, berkah, dan membawa kebaikan.
Misalnya saja naluri berkasih sayang (gharizah nau‘) maka ia harus disalurkan dengan benar melalui jalan pernikahan agar membawa ketenangan dan menghasilkan keturunan yang saleh dan salehah. Sebaliknya jika naluri berkasih sayang ini disalurkan melalui hubungan yang dilarang Allah seperti pacaran dan perzinaan, maka akan mendatangkan petaka berupa kehamilan yang tidak diinginkan, hingga tak jarang janin digugurkan atau justru bayinya dibuang ketika lahir.
Kedua, pembinaan jiwa dan pendidikan akhlak berdasarkan Al-Qur’an dan hadis. Cara ini merupakan langkah pembentukan manusia yang berakhlak dan bertakwa. Allah menurunkan Al-Qur’an dan mengutus Nabi Muhammad saw. agar umat manusia memiliki akhlak mulia dan terhindar dari akhlak yang buruk. Pembinaan ini haruslah berjalan secara komprehensif dan berkelanjutan dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Hal ini tentunya membutuhkan peran negara untuk merancang kurikulum pendidikan berbasis akidah Islam agar membentuk kepribadian Islam.
Cara-cara dalam membangun kesehatan mental di atas diharapkan dapat menjadi terapi bagi mereka yang memiliki gangguan mental dan bagi mereka yang memiliki kepribadian buruk menjadi kepribadian Islamiyah karena syariat Islam diterapkan secara kaffah.
Islam memandang manusia secara utuh dan menyeluruh, karena pembinaan manusia tidak hanya aspek fisik namun juga mental. Menjadikan akidah Islam sebagai asas sehingga menghasilkan manusia yang tangguh, sabar akan cobaan, dan yakin akan hari akhirat. Di sisi lain negara juga harus menjamin kehidupan sehingga mengurangi adanya tekanan.
Wallahu a’lam bishshawab. [LM/Ah]
Please follow and like us:

Tentang Penulis