Generasi Kian Sadis, Siapa Yang Salah?

Oleh: Nayla Shofy Arina

LenSa Media News- Sungguh prihatin melihat kasus kriminal yang kian hari makin beragam. Mulai dari kekerasan, pembunuhan, tawuran dengan senjata tajam, pemerkosaan dan tindakan kejahatan lainnya, dimana pelakunya adalah para remaja.

Terungkap baru-baru ini polisi telah menangkap pelaku yang memutilasi seorang perempuan menjadi puluhan bagian di Kaliurang, Yogyakarta. Kasus pembunuhan diikuti mutilasi ini merupakan setidaknya yang ketiga dalam beberapa bulan terakhir. Sebelumnya, beberapa hari lalu, polisi juga menangkap pelaku pembunuhan yang memutilasi korban menjadi empat bagian di sebuah apartemen di Tangerang, Banten, lalu dibuang di beberapa lokasi berbeda. Di penghujung tahun lalu, polisi juga mengungkap pembunuhan yang diikuti mutilasi di apartemen Taman Rasuna, Jakarta (Bbc.com, 23/3/2023).

Kasus lain, beberapa hari lalu dikabarkan, pembacokan terjadi yang pelakunya tiga remaja SMP dan korbannya adalah remaja SMP. Korban dibacok hingga tewas. Mirisnya lagi aksi tersebut ditayangkan secara langsung di Instagram. Peristiwa tersebut terjadi karena pelaku tidak terima dituduh melakukan vandalisme digedung sekolahnya.

Adalagi rencana tawuran berkedok perang sarung di Sukabumi dilakukan oleh sejumlah warga. Adapun barang bukti yang berhasil diamankan berupa sarung, celurit, pedang, stik golf dan besi-besi. Di lokasi kejadian, polisi mendapati beberapa anak yang masih dibawah umur membawa sarung diduga untuk ikut tawuran.

 

Peran Sistemik Membentuk Kejahatan Generasi Musa

Terulangnya kasus kejahatan yang terjadi, kian meningkat dari hari ke hari dan cukup meresahkan. Semakin jelas generasi makin nekat melakukan aksi kejahatan. Dimana dalam sistem sekuler liberal yang berlaku hari ini, generasi malah menjadi penyumbang kejahatan. Disebabkan paham ini menjauhkan aturan agama untuk mengatur kehidupan sehingga segala tindakan yang ditentukan secara bebas hingga bablas.

Paham sekular-liberal yang berhasil menjebak generasi dengan jebakan kebebasan berperilaku akhirnya lahirlah generasi krisis identitas juga krisis moral dan mudah terpengaruh pada perilaku negatif hanya untuk kepuasan pribadi. Berbagai model kejahatan pun tidak sedikit yang dijadikan contoh dalam menyelesaikan suatu masalah. Akibatnya perilaku-perilaku menyimpang terjadi begitu saja tanpa ada penyelesaian yang tuntas.

Generasi yang seharusnya sibuk menata masa depan dan menjadi harapan pencetak peradaban cemerlang tentu tidak akan terbentuk melalui sistem sekular-liberal sebagaimana yang berlaku hari ini. Begitu juga permasalahan tindak kriminal tidak akan pernah selesai karena pemberlakuan dan sanksi yang tidak jelas penerapannya dan tak kunjung memberikan efek jera.

Sebagaimana fakta yang sudah terjadi, bukti rusaknya sistem yang diterapkan, rusak pula tatanan kehidupan. Dan merusak moral khususnya bagi generasi hari ini. Artinya peran sistem sangatlah penting dan memiliki pengaruh besar dalam pembentukan generasi.

 

Kembali Pada Fitrah: Islam

Maka rusaknya generasi tentu membutuhkan solusi dari sistem Islam yang sempurna. Islam menetapkan ada tiga unsur yang memiliki peran untuk mengembalikan jati diri generasi sebagai seorang muslim sejati yakni baik dari keluarga, masyarakat, dan negara.

Keluarga sebagai pilar utama dalam meletakkan pondasi keimanan, dimana setiap orang tua terdorong rasa keimanannya dalam mendidik generasi tentang adab dan perilaku yang benar sesuai ajaran Islam juga menyadari mendidik generasi adalah bagian dari pertanggungjawabannya di hadapan Allah SWT. Para Orang Tua menyakini iman yang kuat serta pemahaman Islam yang sempurna akan menjadi benteng yang melindungi generasi dari perbuatan yang merusak diri.

Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya adalah para malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah atas apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. at-Tahrim [66]: 6)

Masyarakat juga mempunyai peran kontrol sosial dan sangat berpengaruh bagi pembentukan generasi. Karena di lingkungan ini terjadi interaksi antara remaja dan masyarakat dalam menjalani aktivitas sosialnya maka masyarakat berupaya menciptakan lingkungan positif saling tolong menolong (ta’awun) dan beramar ma’ruf nahi munkar.

Peran yang tak kalah penting adalah peran negara yang memiliki kewajiban membentuk kepribadian para generasi melalui pemberlakuan sistem pendidikan yang berasaskan pada Islam agar outputnya adalah generasi berkualitas yang memiliki kepribadian Islami.

Selain itu negara juga wajib menindak tegas terkait dengan penyebab rusaknya generasi seperti media-media yang bermuatan pornografi, konten kekerasan dan tren-tren menyesatkan yang memiliki pengaruh buruk terhadap pembentukan dan pembinaan generasi.

Akan tetapi, sistem Islam yang demikian tidak akan bisa diterapkan selama negara masih memberlakukan sistem sekular-liberal sebagaimana yang berlaku hari ini. Hanya negara yang menerapkan Islam secara menyeluruh yang mampu melaksanakan strategi membentuk generasi berkualitas.

Wallahu A’lam Bisshowab[]

Please follow and like us:

Tentang Penulis