Carut Marutnya Pemikiran Generasi
Oleh : Jessy Tiara Putri
Lensa Media News – Agaknya masih segar dalam ingatan, ungkapan seorang influencer muda Indonesia yang kini menetap di Jerman tentang Rahasia Awet Muda dengan Child Free pada feed Instagramnya. Hal ini menuai kontroversi diberbagai kalangan mulai dari remaja sampai ibu rumah tangga. Namun yang menjadi aneh ialah, ada segelintir orang yang seolah “mendukung” sudut pandangnya, yang dengan faktanya menyalahi fitrah seorang wanita.
Bukan hanya itu, memutar kembali memori jauh kebelakang, influencer itu juga pernah mengusung kesetaraan gender. Menganggap Indonesia banyak orang yang homophobic dan transphobic di situs kumparan.com, mengingat dia penganut agama Islam yang semestinya berpegang teguh pada ideologi Islam. Namun, malah bersebrangan dengan Islam.
Dari sini bisa kita telaah, bahwa pendidikan tinggi saja tidak cukup untuk menolong diri dari gerusan perang pemikiran pada hari ini. Beragama Islam hanya dengan hatipun tidak akan cukup untuk menyelamatkan diri dari gempuran arus sekulerisme. Perlu pembekalan ideologi Islam yang mengakar, dan tak cukup jika hanya benar sendiri. Namun, diperlukan juga lingkungan yang baik yang akan saling mengingatkan dan itupun diperlukan adanya kontrol dari negara. Sebab negara adalah benteng atau perisai ummat, yang sudah semestinya menjaga ummat dari pemikiran yang menyesatkan, serta menjaga akidah umat.
Bukan justru malah menghilangkan mata pelajaran agama di sekolah, dan membiarkan seseorang melakukan pengkerdilan makna pengajian. “Saya melihat ibu-ibu tuh ya maaf ya sekarang kan kayaknya budayanya beribu maaf, jangan lagi saya di-bully. Kenapa toh seneng banget ngikut pengajian ya? Iya lho maaf beribu maaf, saya sampai mikir gitu lho,” kata Megawati di acara yang dihadiri Republika.co.id tersebut.
Padahal dengan ber-Islam yang benar akan menghantarkan manusia pada kebaikan, dimana kriminalitas, kemaksiatan, depresi akan sangat minim, sehingga nuansa berlomba lomba dalam kebaikan akan sangat terasa. Negara dengan sistem Islam, yang memfasilitasi pendidikan agama secara kaffah dan totalitas, sebab menuntut ilmu syar’i hukumnya fardhu ‘ain bagi setiap individu muslim.
Selain itu, dengan mengkaji Islam secara kaffah menghasilkan individu yang beriman dan bertakwa, tinggi taraf berpikirnya, kuat kesadaran politiknya yang dengannya mampu menjadi bekal bagi para ibu dalam membentuk calon pemimpin yang beriman, cerdas dan tangguh di masa mendatang.
Hal ini menunjukkan bahwasanya dalam proses pembentukan calon pemimpin yang berkualitas harus dengan sistem yang benar, sebagaimana tanaman yang tumbuh ditempat yang subur akan menghasilkan buah yang besar dan lezat. Begitupun dengan manusia berkualitas hanya bisa dicetak dalam sistem yang benar yaitu sistem Islam.
Oleh sebab itu, tidak ada satupun alasan yang relevan untuk menolak penerapan sistem Islam, karena hanya dengan sistem Islam kita mampu terhindar dari pemikiran yang rusak. Maka dari itu, marilah kita bergegas memantaskan diri untuk menyambut kedatangan nasrullah dengan takwa.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنْ تَـنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَا مَكُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad 47: Ayat 7)
(LM/nr)