Peran Ibu Terdestruksi Sekularisasi

Oleh: Yuke Octavianty
(Forum Literasi Muslimah Bogor)
Lensa Media News – 22 Desember selalu rutin diperingati sebagai Hari Ibu. Peringatan tahun ini merupakan peringatan Hari Ibu yang ke-94 sejak tahun 1928. Hari Ibu kali ini mengangkat tema “Perempuan Berdaya, Indonesia Maju”, dengan subtema 1 “Kewirausahaan Perempuan, Mempercepat Kesetaraan, Mempercepat Pemulihan”. Subtema 2, “Perempuan dan Digital Economy”. Dan subtema 3, “Perempuan dan Kepemimpinan”. (news.detik.com, 21/12/2022)
Dari tema dan beberapa subtema yang disajikan, aktivitas utama peringatan Hari Ibu tahun ini difokuskan pada kegiatan ekonomi yang dijadikan sektor utama untuk mendongkrak perekonomian negara. Perempuan pun didorong untuk dapat aktif dan produktif dalam digitalisasi ekonomi, dan berfokus dalam kegiatan ekonomi. Tak hanya itu, perempuan juga didorong untuk menjadi pemimpin andal penuh wibawa agar setara dengan kepemimpinan kaum pria. Secara umum, perempuan didorong untuk mendapatkan dukungan penuh dari keluarga dan masyarakat agar dapat berperan aktif dalam setiap sektor kehidupan. Bebas tanpa batas.
Namun faktanya, setelah 94 kali peringatan Hari Ibu yang selalu terlaksana, justru nasib kaum hawa kian tersudutkan. Kekerasan seksual dan berderet masalah perempuan yang terus meningkat tanpa jeda. Memilukan.
Semua ini akibat sistem sekularisme yang mengendalikan segala bentuk jalannya kehidupan. Sistem rusak yang menjauhkan segala aturan agama dari kehidupan. Hingga akhirnya menabrak  batas yang telah Allah SWT tetapkan atas hak dan kewajiban perempuan dalam menjalankan kehidupan.
Perempuan sesuai penciptaannya, ditetapkan sebagai madrasatul ula (sekolah pertama) bagi anak-anaknya. Pendidik generasi demi terjaganya kemuliaan pribadi serta keluarganya. Namun kini, segala ketetapan tersebut dicabut sistem yang destruktif, yaitu sistem sekularisme yang kapitalistik. Seluruh potensi dan kepintaran perempuan dialihkan untuk mendongkrak sektor kehidupan, terutama sektor ekonomi. Alih-alih ingin setara dengan kaum pria, alih-alih ingin mandiri secara finansial, justru para perempuan akhirnya meninggalkan kewajibannya yang utama. Alhasil, masa depan generasi terabaikan. Meningkatnya kekerasan remaja, tawuran, bullying antarpelajar, pergaulan bebas, hingga aborsi.
Sungguh mengerikan. Semua ini sebagai akibat sistemik yang diakibatkan oleh “doktrin” sistem rusak yang mengiming-iming kesejahteraan. Padahal semua itu semu adanya. Para perempuan hanya dijadikan alat kapitalisme untuk meraup keuntungan yang tak ada habis-habisnya.
Islam menjaga kemuliaan perempuan dengan syariat-Nya yang serba sempurna. Demi kehormatan dan penjagaan-Nya terhadap kehidupan kaum muslimah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliah dahulu, dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai Ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (QS. Al-Ahzab:33)
Dengan adanya syariat Islam, segala perbuatan kaum muslim, termasuk muslimah, dapat terhindarkan dari beragam keburukan dan kezaliman.
Sebetulnya boleh-boleh saja, saat perempuan beraktivitas di ruang publik, namun syarat dan ketentuan tetap berlaku. Seperti harus ada izin dari suami atau orang tua, pembatasan waktu di luar rumah, serta tak mengabaikan kewajibannya sebagai ibu dan pendidik generasi. Hanya dengan Islam-lah perempuan dapat terjaga kemuliaannya. Muslimah yang terjaga dengan syariat, pasti akan menjaga kewibawaan keluarga serta menjaga tetap gemilangnya generasi.

Wallahu a’lam bishshawab.

[LM/Ah]
Please follow and like us:

Tentang Penulis