Hajatan Mewah Di Saat Rakyat Meregang Nyawa
Oleh: Ummu Ririn
LenSaMediaNews.com – Rakyat negeri ini kembali disuguhi tontonan “menarik” dalam acara pernikahan putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang-Erina. Acara diadakan di Kota Solo dan Yogyakarta pada Sabtu dan Minggu, 10-11 Desember 2022. Sekitar 10.800 personel gabungan TNI-Polri diterjunkan untuk mengawal perhelatan mewah tersebut (okezone.com, 10/12).
Sementara itu, di tempat berbeda, teroris KKB kembali melancarkan serangan beruntun pada warga sipil di Papua. Diketahui dalam Bulan Desember ini, kelompok kriminal bersenjata (KKB) sudah tiga kali menyerang warga. Serangan pertama, pada Senin (5/12) KKB menyerang tiga orang tukang ojek hingga terbunuh, di Pegunungan Bintang. Kedua, pada Selasa (13/12) KKB menembak mati seorang pegawai bank di Kabupaten Papua Puncak. Ketiga, pada Rabu (14/12) KKB menyerang iring-iringan polisi di kepulauan Yapen dan menewaskan seorang warga sipil (detik.com, 15/12).
Sungguh memilukan. Penguasa negeri ini, dengan penuh “sahaja”, menggelar pernikahan mewah nan megah sang putra tercinta, di saat rakyatnya meregang nyawa di tangan KKB. Pun, di saat rakyat menghadapi berbagai tekanan hidup, hingga marak terjadi bunuh diri.
Di sisi lain, dengan “gagah berani”, aparat keamanan bersiaga dengan pengamanan berlapis, yang justru tampak terlalu berlebihan. Padahal, nun jauh di timur sana, warga dicekam ketakutan, akibat serangan KKB terus dilancarkan dengan brutal. Sesungguhnya, rakyat Papua lah yang sangat urgen dan mendesak bagi negara untuk mengerahkan kekuatan militer, menghadapi teroris KKB Papua dan melindungi rakyat sipil di sana.
Sebagai orang nomor satu, seyogianya presiden bisa sedikit menahan diri untuk tidak bermewah-mewah di saat rakyat sedang dalam kesusahan. Ini bukan hanya tentang rakyat Papua. Namun, faktanya memang masih begitu banyak rakyat negeri ini hidup dalam kemiskinan dan serba kekurangan. Makan saja susah, apalagi untuk bermewah-mewah. Sepatutnya, penguasa bisa sedikit berempati. Rakyat ini sudah terlalu menderita. Biaya hidup mahal, PHK, cari pekerjaan susah, gaji kecil, dll. Paling tidak, sebagai pemimpin, tidak perlu mempertontonkan kemewahan, apalagi menggunakan fasilitas negara, sementara rakyat tak bisa menikmatinya.
Wallahua’lam bishowwab.