Kapitalisasi Gen Z dalam Digitalisasi

Back to Muslim Identity
Community dan Smart with Islam Meulaboh mengadakan nonton bareng interaktif di Aula STIKes Medika Seramoe Barat pada hari Ahad (29/10/2022) dengan tema “Gen Z & Digitalisasi : Rise Up for Islam or be A Victim”. Kegiatan yang dihadiri oleh seratus lebih peserta ini berasal dari pelajar tingkat sekolah menengah dan mahasiswi perguruan tinggi yang ada di Aceh Barat.

 

Kegiatan nonton bareng interaktif tersebut awalnya memang agak membingungkan peserta, tapi setelah host menjelaskan bahwa peserta harus fokus menatap layar untuk menyimak talkshow interaktif yang berpusat di kota hujan, Bogor tersebut barulah peserta menikmati sejumlah rangkaian acara yang ada seperti stand up dakwah, penyampaian materi, hingga pengumuman pemenang lomba video dakwah kreatif.

 

Stand up dakwah oleh Yuni, aktivis Jakarta menyampaikan, “jika generasi Z saat ini berbeda sekali dengan generasi sebelumnya yang mampu menjadi pejuang dan pembebas imperium besar seperti Shalahuddin Al-Ayyubi dan Muhammad Al-Fatih. Tak hanya itu, pemuda generasi Z cenderung tidak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri sehingga belum bisa menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri dan tak mungkin pula menjadi pemimpin apalagi pembebas seperti dua tokoh tersebut jika potensinya telah digerus media. Tujuan hidup pun hanya berupa materi dan cuan yang didapat dari media sosial yang terus menggerus pemikiran dengan konten-konten viral tapi amoral. Tak ayal jika yang dijadikan idola adalah orang-orang yang salah bukan saleh, oppa-oppa Korea bukannya Rasulullah teladan sempurna”, paparnya.

 

Setelah penyampaian stand up yang begitu mengunggah, kak Zikra Azril, S.E (Youth Care Expert dan Tim Riset IMuNe) juga makin membuka mata peserta terkait penyampaiannya tentang Gen Z yang dikapitalisasi melalui arus digitalisasi. Beliau memaparkan, “jika digitalisasi yang dikapitalisasi oleh sistem Kapitalisme tidak bisa dihadapi dengan diri sendiri atau sejumlah orang tertentu, tapi diperlukan sistem lain yang juga punya kekuatan untuk membendung arus informasi agar sesuai dengan Islam yaitu sistem khilafah Islamiyyah,” ungkapnya.

 

Selanjutnya, acara dilanjutkan dengan stand up dakwah oleh Nurina Hasna Kamila. Ia menuturkan, “gen Z yang tidak bisa lepas dari gadgetnya dan terus menerus fokus pada sosial media akan menjadi generasi stroberi, generasi yang punya potensi tapi di dalamnya lemah, insecure, baperan, dan mudah kena mental illness,” tuturnya.

 

Berkaitan dengan gen Z yang mudah rapuh, narasumber selanjutnya yaitu kak Putri R. Angelina, M.Pd.Kons juga menyampaikan, “kecanduan media sosial akan membuat seseorang mudah insecure, mudah mendapatkan ciberbulliying di media, merasa kesepian hingga depresi sehingga perlunya bagi gen Z untuk punya circle positif dan ikut kajian intensif karena di tengah sistem kapitalisme yang begitu rusak, sulit untuk menjadi sholeh sendiri lantaran hilangnya peran negara untuk menekan kemaksiatan,” jelasnya.

 

Tak hanya itu, narasumber selanjutnya kak Sayyidah Nisa sangat menyayangkan potensi gen Z yang begitu besar di dunia digital. “Gen Z itu muda, energik, kreatif, adaptif, dan kritis, tapi jika mudah ikut-ikutan dan labil tak akan bisa punya peranan besar di dunia digital.” Beliau juga menambahkan, “gen Z harus bisa menjadi konten kreator dakwah Islam dengan potensinya yang besar itu,” ujarnya.

 

Setelah semua narasumber menyampaikan tentang gen Z yang menjadi sasaran kapitalisasi digital, maka host yang berada di Bogor memberikan kesempatan bertanya bagi peserta online atau pun offline. Pertanyaan offline berkaitan dengan digitalisasi dalam Islam seperti apa dan cara serta langkah untuk bisa rise up for Islam. Sementara pertanyaan online, beda dari generasi Z dan alpha dan bagaimana agar tidak masuk dalam kapitalisasi digital.

 

Pertanyaan pertama dijawab oleh kak Zikra, “digitalisasi dalam Islam untuk mencari ridho Allah. Perkembangan teknologi adalah sarana yang mempermudah manusia sehingga dengan teknologi tersebut dijadikan wasilah untuk menuntut ilmu dan berdakwah kreatif dengan menyebarkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil’alamiin,” ungkapnya.

 

Untuk jawaban kedua dijawab oleh kak Nisa, “langkah awal untuk memulainya adalah ngaji dulu supaya tahu mana yang salah, mana yang benar, lalu upgrade diri dengan skill digital sehingga bisa membuat konten-konten dakwah kreatif,” terangnya.

 

Terakhir, beliau menutup perkataannya dengan, “jadilah konten kreator yang faedah bukan unfaedah.” Untuk pertanyaan ketiga dijawab oleh kak Putri, “gen Z lahir diantara tahun 1995-2009, sementara alpha generasi yang lahir setelah gen Z. Agar tidak masuk dalam sistem kapitalisasi ini maka harus cari circle positif, kajian intensif, dan terus dekat dengan orang-orang yang positif,” pungkasnya.

 

Akhirnya, acara ditutup dengan pengumuman pemenang video dakwah kreatif yang semakin memantik semangat peserta untuk bisa berkarya di dunia digital tanpa terjebak dalam arus kapitalisasi yang ada dengan semangat takbir yang disuarakan oleh host dari Bogor tersebut. Sementara itu, peserta aula STIkes Medika Seramoe Barat masih menantikan apa yang akan disampaikan oleh host. Ketika host bersuara dan menyapa peserta untuk memberikan tanggapan terhadap acara saat ini, beberapa peserta antusias untuk menyampaikannya, ada juga yang masih malu-malu.

 

Kendati demikian, semua peserta merasa senang ketika host bertanya bagaimana acara hari ini. Kompak semua mengatakan seruu! Dan ketika host kembali bertanya, seru atau asyik nih? Maka, peserta menjawab seru dan asyik. Akhir kata, host berkata “jika acaranya seru dan asyik, acara besar selanjutnya harus datang dan bawa teman-teman yang lain,” Semua pun mengangguk setuju.[]

 

Oleh: Julia
Aktivis Muslimah Aceh

Please follow and like us:

Tentang Penulis