Gagal Ginjal Misterius, Imbas Sistem Kapitalisme

Oleh: Galuh Metharia

(Aktivis Muslimah, DIY)

 

Lensa Media News – Kasus gangguan ginjal akut pada anak akhir-akhir ini cukup membuat para orang tua khawatir. Bagaimana tidak, Kemenkes sudah mengidentifikasi ada 241 kasus gagal ginjal akut dengan 133 kematian dari kasus tersebut. Mayoritas penyakit ini menyerang anak-anak dengan pasien paling banyak bayi di bawah lima tahun (balita). Kemenkes juga membeberkan dugaan terbesar penyebab kasus gagal ginjal akut anak ini karena adanya senyawa kimia yang mencemari obat-obatan sirop, yakni mengandung dietilen glikol (DEG) dan etilen glikol (EG) (kompas.com, 21/10/2022).

Dilansir dari halodoc.com, etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) adalah senyawa glikol (alkohol) yang salah satu fungsinya sebagai pelarut. Namun, pasalnya senyawa ini biasa digunakan untuk industri berat, otomotif, dan kosmetik, bukan untuk dikonsumsi. Tak hanya gagal ginjal akut, efek senyawa ini juga bisa menyebabkan gangguan fungsi hati, paru-paru, dan cacat kelahiran jika cemaran EG dan DEG masuk ke dalam tubuh.

Sistem ekonomi kapitalisme memang memberi kebebasan kepada siapa saja untuk melakukan kegiatan ekonomi. Prinsip ekonomi mereka dengan mengeluarkan modal atau pengorbanan sekecil-kecilnya dan memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Adanya temuan kasus tersebut menambah bukti industri kapitalis begitu jahat. Mereka menghalalkan segala cara untuk meraup keuntungan. Terlebih di era globalisasi, persaingan antar kekuatan kapital makin ketat dan masing-masing berusaha mencari pangsa pasar seluas-luasnya.

Di sisi lain, ciri yang menonjol dari sistem ekonomi kapitalis adalah minimnya intervensi negara. Kelalaian pemerintah hingga ditemukannya beberapa obat sirop anak yang disinyalir mengandung zat berbahaya merupakan salah satu imbas penerapan sistem yang rusak. Bisa jadi, negara sangat loyal kepada para pengusaha atau para kapitalis, karena nyatanya obat-obat itu secara resmi sudah terdaftar ijin BPOM, meskipun akhirnya ditarik dari peredaran.

Bobroknya sistem kapitalisme memang dapat dilihat dan dirasakan dengan minimnya peran negara dalam mengurusi hajat hidup masyarakat. Bahkan bisa dinilai berlepas tangan dari kebutuhan pokok rakyat, berupa pangan, sandang, papan, juga kesehatan, pendidikan, dan jaminan keamanan.

Berbeda dengan sistem Islam. Dalam sistem Islam pemenuhan kebutuhan pokok dan jaminan kebutuhan dasar masyarakat menjadi tugas negara dan hukumnya wajib. Solusi yang Islam berikan bukan sekadar tentang penanggulangan, namun juga memberi pencegahan. Penerapan aturan Islam yang sempurna dan menyeluruh akan melahirkan individu-individu yang taat dan tunduk dengan aturan Allah swt.. Para pelaku bisnis tidak sekadar memikirkan untung rugi, melainkan halal haram, surga atau neraka. Jauh berbeda dengan kapitalisme yang menjadikan kesehatan dan nyawa manusia sebagai komoditas bisnis.

Pada hakikatnya, Islam adalah agama yang paripurna, mengatur segala aspek kehidupan, baik dari ranah individu, masyarakat, hingga bernegara. Banyak catatan sejarah yang mengabadikan kisah kegemilangan sistem Khilafah Islamiyah yang pernah menaungi dua per tiga dunia ini. Segala penyelewengan dan perbuatan zalim tentu akan bisa dicegah. Segala upaya akan dioptimalkan sebaik mungkin untuk menjaga jiwa manusia. Maka sudah seharusnya umat memperjuangkan kembali penerapan sistem Islam dalam naungan Daulah Khilafah. Sistem yang aturannya berasal dari wahyu Allah swt. bukan hawa nafsu, bersandarkan pada halal haram bukan untung rugi.

Wallahu A’lam Bish Shawab.

 

[LM]

 

Please follow and like us:

Tentang Penulis