Banyak Duka Dalam Tembakan Gas Air Mata

 

Oleh : Nurfillah Rahayu

(Forum Literasi Muslimah Bogor) 

 

Sepak bola merupakan ajang pertandingan yang memiliki banyak penggemar. Sayangnya, baru-baru ini persepakbolaan Indonesia dirundung kabar yang sangat memilukan. 

 

Seperti dilansir dalam KOMPAS.com (2 Oktober 2022 ), Sedikitnya 129 orang dilaporkan tewas setelah terjadi kerusuhan suporter di Kanjuruhan, Malang pada Sabtu (1/10/2022). 

Nyatanya, kerusuhan suporter di stadion sepak bola tidak hanya terjadi di Indonesia.

Stadion di berbagai negara lain juga pernah menjadi saksi bisu tragedi yang menyesakkan dunia olahraga ini.

 

Kerusuhan yang terjadi di Kanjuruhan adalah potret buruk fanatisme golongan, yang sudah berulang terjadi, dan kali ini adalah yang sangat parah akibatnya. 

 

Berulangnya  kerusuhan dalam pertandingan sepak bola seolah menunjukkan  pembiaran negara atas hal ini. Di sisi lain, tragedi ini menunjukkan tindakan represif aparat dalam menangani kerusuhan yang terjadi.  Hal ini nampak pada penggunaan gas air mata, yang sejatinya dilarang penggunaannya dalam pertandingan sepak bola. 

 

Banyak duka dalam tembakan gas air mata. Kepanikan yang terjadi baik di pihak aparat maupun penonton jelas mencerminkan pemikiran dan sikap yang rusak dari bangsa yang katanya maju. 

Sistem yang ada sekarang nampak nyata tidak bisa menyelesaikan berbagai permasalahan ummat. 

Tragedi ini tak akan terjadi ketika fanatisme tak menjadi acuan dan aparat bertindak tepat dalam mengatasi persoalan.

 

Islam jelas sekali melarang sikap fanatisme golongan.

 Seperti dalam Firman Allah SWT

Dengan kembali bertobat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta laksanakanlah salat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.”

(Terjemahan Qur’an Surat Ar-Rum Ayat 31- 32) 

[AAH/LM]

 

Please follow and like us:

Tentang Penulis