Awas Ada Generasi “Nunduk”!

 

Oleh. Choirin Fitri

 

LenSaMediaNews.com – Sob, ngerasa enggak, sih, sudah jadi generasi “nunduk”?

Enggak ngerasa?

Wah, jangan-jangan kamu PKI! Eh, Pemuda Kurang Informasi.

 

Generasi nunduk adalah sebutan untuk mereka yang sering banget nunduk buat lihat ponsel. Uniknya, enggak sedikit kekonyolan yang terjadi akibat keseringan nunduk, bahkan mungkin sampai bikin celaka. Ada yang gegara nunduk sampai tertabrak kendaraan bermotor atau jatuh. Enggak asyik dong, ya?! 

 

Generasi “nunduk” memang efek dari perkembangan teknologi komunikasi yang melesat jauh melewati berbagai batas. Kini, yang jauh jadi dekat. Berbagai informasi tersebar hanya dalam hitungan detik. Itu pun enggak bisa dicegah atau dibendung. Ngalir kayak air. 

 

Sebenarnya enggak ada masalah jadi generasi “nunduk”, asalkan tahu batasannya. Jangan sampai gegara nunduk terus kita enggak tahu kanan-kiri. Enggak paham depan-belakang, sampai enggak ngerti mana atas atau bawah. Bisa bahaya pakai banget, kan. 

 

Apalagi sebagai seorang muslim tentu kemajuan teknologi komunikasi enggak boleh jadi bumerang. Misalnya nih, gegara sibuk selancar di medsos sampai lupa makan-minum, salat, mengkaji Islam, dan berbagai ibadah yang lainnya. Waduh, bisa rugi dong, ya! 

 

Ada lagi yang sukanya nunduk karena main game. Ini sih nunduknya lama pakai banget. Apalagi kalau sudah mabar alias main bareng kawan. Heeemmm, sejam dua jam enggak bakal cukup. Pasti nambah-nambah. Efeknya banyak ibadah yang terlalaikan. Astaghfirullah

 

Sob, teknologi informasi saat ini benar-benar ibarat dua mata pisau. Ada yang tajam. Ada yang tumpul. Tergantung kita gunakan untuk apa. Kebaikan atau kemaksiatan? 

 

Sebagai seorang muslim tentu standar kita adalah halal haram ya, Sob. Halal diambil. Haram dicampakkan. Jangan sampai terbalik ya! 

 

Nah, pemanfaatan teknologi informasi ini pun demikian. Jika kita menikmati menjadi generasi nunduk dalam rangka melihat atau membaca konten yang baik, bakal kebaikan plus pahala yang kita dapatkan. Sebaliknya, jika konten buruk, bisa jadi keburukan plus dosa yang kita dapatkan. Kamu pilih mana? 

 

Ya, sebagai muslim sejati enggak mungkin dong pilih keburukan. Efeknya itu ngeri banget. Dosa dan ancaman neraka. Nauzubillahimindzalik.

 

So, kita musti memilih jadi penikmat konten kebaikan. Atau kalau kita jadi content creator berarti dalam kebaikan dan ketaatan. Misalnya nih share ayat-ayat Al-Qur’an, hadis, ceramah para ulama, ilmu-ilmu duniawi yang bermanfaat, dan lainnya. Dari sinilah kita bakalan dapat pahala jariah. Pahala berlipat karena banyak orang yang terinspirasi dari konten kita. Mau? 

 

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

 

إِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ عِلْمًا عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ أَوْ بَيْتًا لِابْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ أَوْ نَهْرًا أَجْرَاهُ أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ

 

Sesungguhnya yang didapati oleh orang yang beriman dari amalan dan kebaikan yang ia lakukan setelah ia mati adalah:

Ilmu yang ia ajarkan dan sebarkan.

✍ Anak saleh yang ia tinggalkan.

✍ Mushaf Al-Qur’an yang ia wariskan.

✍ Masjid yang ia bangun.

✍ Rumah bagi ibnu sabil (musafir yang terputus perjalanan) yang ia bangun

✍ Sungai yang ia alirkan.

✍ Sedekah yang ia keluarkan dari harta ketika ia sehat dan hidup.

Semua itu akan dikaitkan dengannya setelah ia mati.” (HR. Ibnu Majah),

 

Masyaallah, banyak banget lho, Sob amal-amal jariah yang bisa kita ambil. Sebagai generasi “nunduk” kita juga bisa ambil peran seperti dalam hadis Rasulullah ini. Ayo-ayo kamu mau pilih mana?

 

Batu, 30 September 2022

 

[AAH/LM]

 

Please follow and like us:

Tentang Penulis