Krisis Iklim Memicu Buruknya Kehidupan

Yuke Octavianty
Forum Literasi Muslimah Bogor

Lensa Media News – Krisis iklim menjadi ancaman serius masyarakat dunia. Tanggal 23 September 2022 lalu, komunitas pemuda peduli lingkungan mengajak masyarakat Indonesia turun ke jalan. Sejumlah komunitas dan organisasi lingkungan hidup mengadakan aksi Jeda Iklim, “Global Climate Strike” di sejumlah kota di Indonesia. Demi memperjuangkan keadilan iklim secara global (bbcindonesia.com, 23/9/2022). Aksi yang sama pun dilakukan di sejumlah kota di seluruh dunia.

Global Climate Strike, mengangkat tajuk ” Tetap Bergerak, Tanpa Kekerasan, Aksi Serentak Demi Kehidupan”, untuk menyuarakan betapa pentingnya pengelolaan alam yang benar demi masa depan generasi.

Dunia pun menyolusikan segala masalah krisis iklim dengan program G20, yang digadang-gadang dapat menjadi forum untuk mengatasi isu global. Termasuk krisis iklim. Namun, faktanya, jauh dari harapan (ig: @jedaiklim, @climateranger, 23/9/2022). Segala program yang diciptakan justru hanya menyandarkan segala masalah pada sektor ekonomi, profit semata. Bukan tentang alam dan pengelolaannya yang mensejahterakan rakyat. Maka tak heran, saat ini, alam pun mulai “berontak“.

Produksi bahan pangan mulai terganggu karena cuaca tak menentu. Lahan-lahan mulai kekeringan, karena eksploitasi berlebihan. Lantas, dimana program pemeliharaan alam? Inilah fakta yang menyedihkan bagi rakyat. Wajar saja, saat ini, kelaparan dan kemiskinan pun semakin meningkat dari waktu ke waktu.

Fakta yang tak kalah menyedihkan, diprediksikan, wilayah Jakarta, khususnya bagian utara, bakal tenggelam pada tahun 2050 (CNBCIndonesia.com, 9/8/2022). Hal ini diungkapkan oleh Direktur Utama PAM Jaya, Arief Nasrudin. Pemakaian air tanah yang tak terselesaikan menjadi penyebab utama. Hal tersebut mengakibatkan penurunan atas permukaan tanah. Demikian lanjutnya.

Buruknya wajah bumi saat ini, tak lain karena sistem yang kini hanya mengutamakan keuntungan. Tanpa memperhatikan kebutuhan rakyat. Padahal rakyat butuh pemenuhan segala kepentingan hidupnya. Dan itu semua memerlukan pengelolaan segala sumberdaya dari negara. Namun, sistem sekuler kapitalistik, tak pernah menilik hal tersebut. Justru sistem ini semakin memperparah keadaan, karena eksploitasi alam tanpa henti. Diperburuk lagi dengan sistem ekonomi liberal, yang mengekor dari kebijakan asing. Tentu, hal ini menumbangkan kedaulatan negara. Memprihatinkan.

Negara Indonesia, penuh dengan sumber daya melimpah. Semua itu dapat memenuhi seluruh kebutuhan rakyat jika dikelola dengan amanah oleh negara. Tanpa campur tangan asing dan swasta. Dapat mandiri berdaulat, mandiri ciptakan sumber energi dan pangan dalam negeri. Sedih rasanya, saat kelaparan terjadi di negeri khatulistiwa yang penuh pangan dan sumberdaya. Ironis.

Mengingat dalam sebuah hadist Rasulullah bahwa “Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air, dan api”. (HR. Abu Dawud dan Ahmad).

Gamblang tertuang, bahwa segala sumberdaya yang ada adalah milik umat. Negara wajib mengelola sepenuhnya demi tercapainya seluruh pemenuhan kebutuhan.

Dengan penerapan syariah yang menyeluruh, alam pun akan memberikan hasil terbaik bagi seluruh umat. Inilah Rahmatan lil A’lamin. Tercurahnya berkah dari langit dan bumi. Sebagai bentuk ridhonya alam pada syariat Allah SWT, Sang Pencipta.

Islam-lah satu-satunya sistem yang amanah. Sistem yang mengelola segala sumber daya dengan optimal dan maksimal, demi terpenuhinya kebutuhan seluruh rakyat. Sistem yang menyandarkan segala urusan hanya pada syariat Islam. Dalam bingkai institusi yang shahih, sesuai teladan Rasulullah SAW, Khilafah manhaj An Nubuwwah. 

Wallahu a’lam bisshowwab.

[LM, Ak] 

Please follow and like us:

Tentang Penulis