Perempuan dalam Ancaman “Program Pemberdayaan”

Oleh : Yuke Octavianty

(Forum Literasi Muslimah Bogor)

Lensa Media News-One Global Women Empowerment (OGWE), satu program B20, Forum Business of 20,yang diperkenalkan akhir Juli 2022 lalu. Sebagai usaha untuk mendongkrak kelas UMKM, dengan perempuan sebagai pelaku utama. Tujuannya untuk mendorong UMKM yang dilakukan para perempuan nasional agar naik kelas hingga taraf global (katadata.id, 10/8/2022).

 

Ketua B20 Indonesia, Shinta Kamdani, mengungkapkan bahwa OGWE adalah gebrakan dalam Presidensi G20 Indonesia. _Platform_ inilah yang akan menghubungkan UMKM dengan perusahaan-perusahaan besar bertaraf internasional. Tak perlu ada kekhawatiran tentang pendanaan, karena semua hambatan telah disiapkan solusinya dalam program pendanaan khusus UMKM perempuan. Lewat OWGE inilah, diharapkan integrasi dan kolaborasi dapat tercipta demi mencapai kelas ekonomi bertaraf global. Demikian lanjut Shinta.

 

Namun, betulkah program ini dapat memperbaiki nasib perempuan beserta perekonomiannya?

 

Program pemberdayaan perempuan dalam lingkaran kapitalisme terus digalakkan demi harapan dan masa depan kehidupan yang lebih baik dalam sistem saat ini. Perempuan diyakini dapat mendongkrak perekonomian keluarga, daerah bahkan diduga kuat dapat memperbaiki perekonomian negara.

 

Inilah narasi yang terus digemborkan Barat. Pemberdayaan perempuan serta narasi kesetaraan gender terus disosialisasikan demi kesejahteraan perempuan. Parahnya lagi, narasi ini ditujukan untuk mendukung kepentingan Barat. Dr. Arum Harjanti, Pengamat Masalah Perempuan, Keluarga dan Generasi, mengungkapkan bahwa kaum muslimin semestinya waspada. Karena segala rencana ini justru memperberat tugas kaum perempuan. Bukan mensejahterakannya (muslimahnews.net, 15/8/2022).

 

Di satu sisi, perempuan harus berperan sebagai ibu, istri, pendidik sekaligus penjaga generasi. Sedangkan di sisi lain, perempuan harus mencari penghidupan demi mencapai kata “sejahtera”. Bukankah ini beban yang sangat berat?

 

Tak hanya itu, program Pemberdayaan Perempuan juga memaksa perempuan agar mandiri di setiap bidang. Terutama di bidang ekonomi. Inilah bentuk eksploitasi terselubung. Demikian lanjut Dr. Arum.

 

Pemberdayaan perempuan pun memantik adanya kesetaraan gender. Secara langsung, sistem kapitalisme, yang menjadi dasar berpikir saat ini, membentuk pribadi dengan prinsip kapital (materi). Hanya untung rugi yang diperhitungkan, tanpa menilik dampak buruk yang akan timbul.

 

Tak hanya itu, program pemberdayaan perempuan juga memancing rasa ego yang tinggi pada perempuan yang akhirnya rasa ini merasuk dalam pemikirannya. Sehingga tak jarang, perempuan merasa mandiri, tanpa perlu lagi peran laki-laki di sampingnya. Sehingga wajar adanya, jika program pemberdayaan perempuan mengakibatkan tingginya angka perceraian dan rusaknya rumah tangga kaum muslimin.

 

Islam telah sempurna mengatur kehidupan. Memposisikan perempuan sebagai ibu sekaligus pengatur rumah tangga. Dan laki-laki sebagai pemimpin bagi kaum perempuan. Dari sinilah tercipta keseimbangan sesuai kodrat yang telah Allah SWT. tetapkan.

 

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, yang artinya, “Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. … “(QS. An-Nisa’: 34)

 

Islam pun menetapkan bahwa negara memiliki kewajiban untuk menjamin nafkah perempuan dan anak-anak agar sejahtera. Demi terjaganya tugas mulia kaum perempuan, yaitu penjaga generasi. Karena dari generasi gemilang-lah, peradaban yang cemerlang dapat diraih. Wallahu a’lam bisshowwab. [LM/Emma]

Please follow and like us:

Tentang Penulis