Fashion Week Vs Hijab Everyday

Oleh : Raihana Radhwa

(Ibu Rumah Tangga)

 

Lensa Media News – Citayam Fashion Week (CFW) menjadi perbincangan berbagai kalangan akhir-akhir ini. CFW muncul berawal dari kreatifitas anak-anak muda yang kerap nongkrong di Dukuh Atas. Mereka mulai menggunakan tempat penyeberangan sebagai arena catwalk layaknya di kota mode Paris, Perancis. Beragam model berpakaian dari yang stylish hingga yang nyeleneh mereka tampilkan. Banyak dari mereka pun menjadikannya konten media sosial lantas viral (kompas.com, 25/07/22). Bahkan tak jarang outfit mereka bernilai jutaan.

Selang beberapa minggu kemudian berbagai kota dan kabupaten lainnya menyusul hendak merealisasikan ide serupa. Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Bandung, Medan, hingga kabupaten Madiun dan Sukabumi (travel.kompas.com, 27/7/22). Tak ketinggalan pula Kota dan Kabupaten Bekasi dimana penulis berdomisili.

Banyak pengamat memberikan tanggapan dari berbagai sudut pandang. Pakar sosiolog Universitas Indonesia, Hari Nugroho, mengatakan munculnya fenomena CFW akibat dari minimnya ruang publik yang dapat digunakan sebagai wadah ekspresi bagi anak muda menyalurkan kreatifitasnya. Selain itu, Hari juga menambahkan munculnya gelaran Citayam Fashion Week menunjukkan adanya suatu gaya hidup tertentu yang tidak dapat dicapai oleh remaja-remaja tersebut secara semestinya sehingga mereka menciptakan versi jalanan ala mereka.

Sebagai seorang muslim, tentu memandang CFW tidak lepas dari tuntunan Allah dalam berpakaian. Fashion ala Islam itu seperti apa?

Pertama, kalau CFW tak memberi batasan tuntunan pakaian maka Islam tak begitu. Islam tidak membiarkan bagian-bagian tubuh yang merupakan aurat terlihat di ruang publik. Stylish boleh tapi bukan gaya bebas. Laki-laki wajib menutup pusar hingga lututnya. Perempuan harus menjulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh ditambah dengan kerudung yang menutup dada. Cantik hanya terlihat wajah dan telapak tangannya. Sayangnya banyak konten kreator CFW tak memperhatikan hal ini.

Kedua, fashion hijab dalam Islam memiliki tujuan yang mulia, cermin manusia berperadaban tinggi. Remaja-remaja di CFW berpakaian dengan gaya mereka sebagai bentuk eksistensi diri. Ingin bergaya ala model di Paris dan terbilang trendy tak ketinggalan mode. Hijab pun pada dasarnya adalah menunjukkan identitas kemusliman seseorang, pilihan dalam hidup yang esensial. Karena itu filosofi berpakaian dalam Islam adalah ketaatan kepada Tuhan, ketundukan terhadap Allah yang menciptakan.

Ketiga, fashion bersifat musiman. Setiap musim berganti. Tapi hijab tak mengenal musim. Setiap hari dikenakan. Jilbab dan kerudung dikenakan muslimah setiap kali keluar rumah, apapun musimnya, apapun trendnya. Kemanapun tujuannya, hijab adalah fashionnya. Ke kantor, ke toko, ke tetangga, ke sekolah, semuanya dikunjungi dengan berhijab. Maka setiap hari bagi muslimah adalah gelaran fashion di hadapan Allah. “Inilah ya Allah pakaian taatku”, begitulah yang tertanam di benak muslim dan muslimah.

Keempat, CFW menggambarkan street fashion ala remaja sekitaran ibukota yang ingin modis namun budget terbatas. Bahkan mau minta ke orang tua masih maju mundur, apalah daya belum bisa berpenghasilan mandiri. Street fashion jalanan itu ternyata menarik para pemilik modal untuk mempatenkan brand “Citayam Fashion Week”. Sindiran “Creating by the Poor, Stolen by the Rich” mencuat karena brand CFW direbutkan oleh tiga perusahaan besar termasuk PT. Tiger Wong milik artis Baim Wong dan Paula Verhoven. Begitulah kapitalisme bekerja. Pemilik modal akan melakukan apa saja yang menguntungkan perusahaan bahkan sampai mencaplok hasil karya orang lain. Sementara itu, remaja tak berduit yang hanya bermodal kreatifitas lagi-lagi akan terpinggirkan setelah sesaat menikmati keuntungan populer kagetan.

Hijab jelas berbeda. Kemunculannya dari wahyu Allah. Kreatifitas manusia diberi ruang dalam desain, motif, model, tanpa meninggalkan pakem jilbab dan kerudung yang ada dalam surat Al-Ahzab 59 dan An-Nur 31. Sejak kemunculannya, kewajiban hijab menyasar pada muslim dan muslimah baik miskin maupun kaya, tanpa terkecuali. Orang kaya yang ikhlas pasti akan berhijab dengan sendirinya tanpa menunggu viralnya hijab demi meraih kemuliaan di sisi Allah, bukan untuk kepentingan mencari untung dari keviralan.

Demikianlah sekelumit perbandingan hebohnya Citayam Fashion Week dengan kampanye Hijab Everyday. Sebagai muslim, tentu kita akan memilih di antara keduanya yang akan mendatangkan rida Allah. Islam tidak menutup pintu kreatifitas anak muda, namun Islam memberikan ruang kreatifitas pada wadah dan cara benar. Sungguh disayangkan bila di dunia ketenaran didapat, namun di akhirat surga terlewat.

 

[nr/LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis