Seruan Genosida Muslim di India, Seruan Kebencian Sejak Zaman Penjajahan
Oleh: Yuke Octavianty
(Komunitas Pejuang Pena Dakwah)
Lensa Media News – Minoritas muslim India tengah mengalami ancaman serius. Pasalnya, ramai seruan tentang genosida muslim di India oleh kelompok ekstrimis Hindu di Haridwar, Uttrakhand, India, Desember 2021 lalu (Cnbcindonesia.com, 16/01/2022). Seruan genosida ini terjadi pada satu konferensi di India. Para ekstrimis Hindu, dengan pakaian keagamaannya menyerukan pembunuhan massal terhadap kaum muslim India guna “melindungi” negaranya.
Mahkamah Agung India telah mengirimkan pemberitahuan kepada pemerintah negara bagian Uttarakhand untuk menjelaskan mengapa mereka yang dituduh menyerukan genosida tidak ditangkap (Republika.co.id, 13/01/2022). Kemudian dilansir dari salah satu media India, Sky News (13/01/2022), pemerintah baru akan melakukan penyidikan pekan depan. Tanpa ada penangkapan pada pelaku penyeruan genosida.
Kebencian kaum ekstrimis Hindu yang terjadi, bukan hal yang baru. Konflik antara kaum Hindu dan muslim India sudah lama terjadi. Seperti yang dituturkan oleh Budi Mulyana, Pengamat Hubungan Internasional dalam Mediaumat.id (01/01/2022), setidaknya sejak penjajahan Inggris terhadap India. Menurut Budi, sejak dulu Inggris berusaha mengambil alih wilayah India dari Kesultanan Mughal menggunakan strategi penguatan komunitas Hindu. “Sebetulnya, mereka saat itu dalam keadaan damai aman di bawah kekuasaan Islam”, lanjutnya.
Selama masa penjajahan, perlawanan kaum muslim sangat kuat. Dan Inggris memberikan dukungan penuh pada komunitas Hindu dengan merangkulnya dan menghadiahinya kekuasaan. Inilah awal mula pertikaian komunitas Hindu dan muslim di India. Dan hal ini terus dikobarkan hingga sekarang. Fitnah dilakukan penjajah Inggris terhadap kaum muslimin India melalui jalur mayoritas kaum Hindu. Hingga akhirnya tertanam kebencian yang selalu membara di lubuk hati kaum Hindu terhadap kaum muslimin di sana.
Buruknya tingkah penjajah Inggris yang mengadu domba kaum beragama, merupakan jalan kehancuran bagi kerukunan antar umat beragama. Apalagi didukung sistem yang meniadakan aturan agama dalam pengaturannya. Negara sama sekali angkat tangan, tak mau mencampuri. Padahal negara seharusnya berperan dominan dalam penyelesaian masalah pertikaian semacam ini.
Sekularisme dan liberalisme menciptakan kekacauan dalam kehidupan beragama dan bernegara. Sekularisme, pemisahan aturan agama dalam kehidupan, menihilkan peran negara dalam pengaturan kehidupan umat. Ditambah liberalisme, nafas barat yang menggaungkan “penjajahan” atas nama gold, glory, and gospel. Menghancurkan kaum muslimin secara menyeluruh.
Sejarah menampakkan kesejahteraan umat dalam penerapan syariah Islam di Spanyol. Kaum Muslim, Nasrani dan Yahudi hidup berdampingan. Bahkan sampai dikenal oleh sejarawan Barat, Spain in three Religion with Chalipate. Spanyol di bawah naungan Khilafah Islam, hidup aman, damai dan sejahtera. Hal ini juga diakui secara jujur oleh banyak intelektual Barat seperti sejarawan Philip K. Hitti dalam History of Arab. Dia mengatakan, “The term Islam may be used in three sense: originally a religion, Islam later became a state, and finally a culture.”
Urgensi penerapan syariah Islam sangat dibutuhkan dalam menuntaskan segala jenis pertikaian antar bangsa. Syariat Islam mengatur segala segi kehidupan dengan tujuan kemaslahatan dan kesejahteraan seluruh umat. Meskipun berbeda-beda agama, namun tetap sejahtera dan damai dalam naungan syariah yang adil dan bijaksana.
Wallahu a’lam bishshawab.
[ah/LM]