Harga Minyak Goreng Meroket, Salah Siapa?

Baru-baru ini kisruh terkait melambungnya harga minyak goreng menjadi pembicaraan panas dikalangan ibu rumah tangga. Para ibu rumah tangga mengeluhkan harga minyak goreng yang melonjak karena hal ini menjadi problematika baru yang semakin menyulitkan keadaan.

Tak hanya itu netizen pun angkat bicara terkait meroketnya harga minyak goreng jenis curah yang pada tanggal 1 November masih Rp16.750/kg berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) kini telah naik melonjak hingga Rp17.350/kg (12/11).

Harga minyak goreng melonjak drastis hingga mencapai Rp19.800 per liter. Hal ini membuat pusing emak-emak. (02/12)

Salah satu alasan mengapa terjadi lonjakan harga pada minyak goreng karena produksi minyak nabati dunia mengalami gangguan dan juga alasan lain karena ketergantungan bahan baku pada Crude Palm Oil (CPO) internasional.

Di sisi lain Indonesia merupakan negara penghasil sawit bagaimana bisa negara penghasil sawit yang notabennya adalah bahan pembuat minyak goreng justru tak mampu untuk segera menstabilkan harga minyak goreng.

Meski pemerintah tengah berupaya untuk menstabilkan harga minyak goreng dan juga memastikan ketersediaan stok. Namun pemerintah juga harus berupaya secara komprehensif dan rinci mencakup seluruh proses produksi minyak goreng hingga mendistribukannya pada masyarakat sebagai bentuk ri’ayah penguasa terhadap masyarakatnya.

Tentu saja dibutuhkan sistem yang ideal untuk mengatur perekonomian negara. Termasuk dalam mengurusi ketersediaan minyak goreng hingga pendistribusiannya kepada masyarakat dan mengontrol harga yang beredar di masyarakat.

Namun, hal tersebut menjadi mustahil ketika sistem yang diterapkan masih sistem ekonomi kapitalis liberal. Sebab asas dari sistem kapitalis ini adalah mengutamakan kepuasan materi dibanding dengan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Maka dibutuhkan sistem ekonomi yang dapat mengatasi problematika ini secara menyeluruh yang tidak lain terdapat pada sistem Islam yang telah terbukti berjaya 1.400 tahun lamanya.

Wallahu’alam bi showab.

 

Shafiyyah AL Khansa,

(Kebumen) 

 

[faz/LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis