Pedasnya Kondisi Petani Cabai Negeri Ini

Nasib tragis dialami oleh para petani cabai di negeri ini. Pasalnya harga cabai anjlok hingga menyentuh harga yang tidak wajar. Hampir semua petani di berbagai daerah mengalami hal serupa. Contohnya nasib yang menimpa para petani cabai di Kulonprogo (DIY) dan Majalengka (Jabar), mereka lebih memilih membakar dan membagikan cabai segara gratis kepada warga yang membutuhkan. Masalahnya harga cabai merah keriting dan rawit hanya berkisar antara Rp. 2.500-3.000 per kilogram. Sementara harga untuk mencapai Break Event Poin (BEP) harusnya di kisaran Rp. 10.000,- per kilogram.

Sekretaris Dirjen Holtikultura Kementerian Pertanian, Retno Sri Hartati menerangkan bahwa diantara penyebab anjloknya harga cabai adalah setelah diberlakukannya kebijakan PPKM. Terlebih pembatasan mobilitas terjadi pada masa panen cabai yakni bulan Juli-Agustus. Retno menambahkan di masa PPKM beberapa restoran, katering hingga pariwisata tidak jalan sehingga permintaan cabai berkurang. Akhirnya stok cabai melimpah dan menyebabkan surplus sebanyak 4.439 ton tidak terserap optimal ke pasar.

Sementara itu, Anggota Komisi IV DPR RI, Slamet mengatakan kepada Parlementaria, Jumat (27/8/2021), bahwa harga cabai yang anjlok di pasaran ditengarai karena adanya impor di tengah surplus produksi. Slamet mengungkapkan, berdasarkan data BPS, impor cabai sepanjang semester I-2021 sebanyak 27.851,98 ton dengan nilai 59,47 juta dolar AS. Angka tersebut meningkat jika dibandingkan dengan realisasi impor pada semester I-2020 yang hanya sebanyak 18.075,16 ton dengan nilai 34,38 juta dolar AS.

Selain harga jual komoditas yang anjlok, penderitaan petani pun bertambah oleh persoalan biaya produksi, terutama pupuk. Kartu Tani yang diperoleh sebagian kecil petani pun nyatanya tak bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan pupuk bersubsidi. Pasalnya harga pupuk bersubsidi faktanya tetap mahal, sistem penyaluran yang berbelit, pupuk sering terjadi kelangkaan di pasaran dan banyak penyelewengan lainnya. Lengkaplah sudah derita petani, di bumi pertiwi nan asri, sungguh ironi.

 

Hanah Nuraenah

[faz/LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis