Atasi Aliran Sesat Tanpa Berlarut

Sekelompok orang merusak dan membakar masjid jemaat Ahmadiyah di Sintang, Kalimantan Barat, Jumat (3/9/2021). Massa merusak dan membakar bangunan Masjid Jemaat Ahmadiyah di Desa Balai Harapan, Kecamatan Tempunak, Kabupaten Sintang.

Perusakan itu, merupakan buntut dari penolakan masyarakat sekitar terhadap keberadaan jemaat Ahmadiyah di desanya. Lagi-lagi konflik sosial terjadi di masyarakat. Mengapa ini terus berulang? Apa sebetulnya akar masalah terkait Ahmadiyah ini?

Jika kita telusuri akar masalah sering kali terjadi bentrok antara umat Islam dan Jamaah Ahmadiyah, adalah ketidaktegasan pemerintah untuk menghilangkan eksistensi aliran sesat termasuk dalam hal ini Ahmadiyah.

Meskipun sudah ada SKB 3 menteri agar Ahmadiyah menghentikan segala aktivitasnya, namun fakta di lapangan Ahmadiyah melanggarnya. Sayangnya pemerintah tidak memberikan sanksi terhadap pelanggaran ini. Maka tak heran hal tersebut berulang memancing reaksi umat Islam.

Padahal jika ingin mengakhiri konflik sosial ini tanpa berlarut-larut, cukuplah pemerintah membubarkan Ahmadiyah jika Ahmadiyah tetap teguh menyatakan diri sebagai bagian dari Islam. Namun, jika jamaah Ahmadiyah menyatakan diri bukan bagian dari Islam dan berdiri sendiri sebagai agama baru, maka umat Islam tak akan lagi mempersoalkan keberadaan mereka.

Penyelesaian konflik sosial terkait Ahmadiyah hanya sesederhana itu. Namun, mengapa pemerintah begitu sulit memutuskan yang demikian?

Jawabannya karena pemerintah mengadopsi nilai liberalisme dan HAM. Akhirnya dengan dalih kedua nilai ini, pemerintah justru melindungi Ahmadiyah yang sudah jelas-jelas melakukan penodaan terhadap Islam.

Nilai Liberalisme dan HAM yang berasal dari Barat ini seharusnya tidak diadopsi oleh muslim terlebih lagi Pemerintah. Nyatanya nilai-nilai ini justru bertentangan dengan syariat Islam dan terbukti tidak menyelesaikan persoalan yang dihadapi masyarakat.

Agu Dian Sofiyani

[hw/LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis