Berdo’a Senjata Langit, Mana Senjata Buminya?
Oleh: Yuyun Suminah
(Member Komunitas Bacayuk di Karawang)
“Doa adalah senjata seorang Mukmin dan tiang (pilar) agama serta cahaya langit dan bumi. ” (HR. Abu Ya’la)
Sobat, sudah tidak asingkan dengan hadis tersebut? Yap, hadis yang memerintahkan kepada kita umat muslim untuk selalu berdoa dalam keadaan lapang maupun sempit. Terlebih memohon pertolongan dan perlindungan dari pandemi yang saat ini entah kapan berakhirnya.
Berdoa juga jadi himbauan pemerintah loh, untuk mengadakan gerakan doa bersama keluarga di rumah. Seperti yang disampaikan oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar mengatakan “Doabersama dilakukan bersama keluarga di rumah masing-masing.” (detiknews.com 03/07/21)
Bagus ya himbauannya, namun cukupkah menyelesaikan pandemi hanya dengan senjata langit (berdoa)? Ibarat ketika sakit kita hanya berdoa meminta kesembuhan tapi tidak tidak melakukan ikhitar untuk berobat, kira-kira sembuh tidak? Begitu juga dengan malasah pandemi yang dihadapi saat ini. Belum cukup jika hanya mengandalkan doa saja tanpa ikhtiar nyata.
Himbauan doa bersama artinya pengakuan bahwa manusia butuh pertolongan Allah menghadapi wabah, namun jangan hanya dihimbau untuk keluarga tapi juga bagi pengambil kebijakan yaitu negara. Karena negara adalah garda terdepan dalam melindungi masyarakat dari segala ancaman termasuk ketika terjadi wabah. Memang benar kita membutuhkan pertolongan Allah mestinya tidak sekadar doa saja, namun juga taubatan nasuha seluruh Masyarakat dan pemerintah dengan kembalinya ke hukum Allah secara kaffah.
Aturan secara kaffah (menyeluruh) hanya ada di sistem Islam, sistem yang mengatur semua aspek kehidupan tidak hanya ibadah loh, pokonya aturan sepele sampai yang bertele-tele Islam punya panduannya. Keren ya, dalam Islam tidak ada satu perkara pun yang luput dari aturannya. Termasuk bagaimana sistem Islam menyelesaikan pandemi ini.
Selain doa, ikhtiar apa lagi yang bisa negara lakukan sebagai bentuk ikhtiar buminya, Ikhtiar riil dalam menyelesaikan pandeminya. Sudah ko, melakukan 3T (Tracing, Testing, Treatment) dan gerakan 5M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas). Tapi kebijakan tersebut hanya sebagai pemutus mata rantai penyebarannya.
Lantas seperti apa ya sahabat, sistem Islam mengatasi pandemi yang berkepanjangan ini. Tenang sob, Islam punya solusinya. Di masa Khalifah Umar Bin Khatab pernah terjadi wabah, saat itu Umar sebagai kepala negara mengelaurkan kebijakan yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah. Dengan mengunci daerah yang terpapar dan melarang rakyat keluar masuk ke daerah tersebut.
“Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.” (HR Bukhari)
Itu dilakukan sebagai bentuk ikhtiar bumi sedangkan untuk memperkuat spiritualnya ikhtiar langit pun dilakukan yaitu dengan berdoa meminta kesembuhan dan kesabaran dalam menghadapi ujian ini dan berharap semoga Allah catat sebagai kebaikan.
Wallahu a’alam.
[ra/LM]