Gerakan Keluarga Berdoa (Saja), Bisakah Mengatasi Bencana?

Oleh: Misalina

 

Lensa Media News – Setiap hari kasus Covid-19 semakin marak, bahkan meningkat dua kali lipat. Membuat masyarakat semakin cemas, dan tidak bisa berbuat apa-apa. Terdiam seakan tak berdaya. Butuh solusi tuntas, dalam menangani kasus COVID-19. Kemudian, tidak hanya imbauan untuk berdoa bersama di rumah masing-masing. Tetapi, negara harus memiliki peran penting dalam menangani pendemi tersebut.

Dalam menyikapi kondisi melonjaknya angka Covid-19 di Indonesia, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT), yaitu Abdul Halim Iskandar mengirimkan surat resmi kepada kepala desa, pendamping desa, dan warga desa untuk menggelar doa bersama. Beliau mengatakan, “Doa bersama dilakukan bersama keluarga di rumah masing-masing”. Kemudian, berdoa bersama keluarga diharapkan digelar secara rutin di desa-desa, yang dimulai serentak pada minggu (04/07/2021), pukul 18.00 waktu setempat di kediaman masing-masing (Detik.com, 03/07/2021).

Namun, apakah dengan gerakan keluarga berdoa, mampu mengatasi bencana, seperti pendemi saat ini?

 

Kegagalan Sistem Menangani Pandemi

Virus Covid-19 sudah banyak menelan korban, bahkan terus semakin bertambah. Upaya yang dilakukan seperti, gerakan 5M yaitu menjaga jarak, menggunakan masker, mencuci tangan, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas, merupakan perilaku hidup sehat yang bermanfaat untuk menghindari penularan virus. Namun sayang, cara hemat ini pun kurang diindahkan masyarakat, meski operasi yustisi terus digalakkan di tengah-tengah masyarakat.

Kesalahan fatal dalam menangani wabah yaitu, saat pemerintah tidak menutup pintu masuk dan keluar negeri. Sehingga TKA dan WNA bebas masuk ke Indonesia. Jika sedari awal sudah salah dalam menangani pandemi, tentu saja akan semakin sulit dan parah untuk mengatasinya. Maka, tidak heran jika virus Covid-19 semakin melonjak.

Apakah ini disebabkan ketidakpatuhan masyarakat terhadap prokes? Tidak juga, pemerintah hanya berdalih. Sejatinya pemerintahlah yang tidak mampu me-riayah rakyat dan menunjukkan tidak ada lagi wibawa kepemimpinan mereka di mata rakyatnya. Sehingga, rakyat tidak peduli dengan solusi yang disampaikan oleh pemerintah.

Seharusnya, pemerintah bisa menangani permasalahan pandemi ini, selain gerakkan 5M dan 3T (testing, tracing, and treatment), bisa dengan cara memberi edukasi yang benar tentang Covid-19 dan informasi yang utuh mengenai COVID-19 ini. Edukasi yang selama ini masih minim bisa jadi, menjadi penyebab ketidakpahaman tentang bahanya Covid-19. Dalam hal ini, pemerintah harus benar-benar serius dan memberikan contoh yang baik dengan sikap tegas dan konsisten terhadap penanganan Covid-19.

 

Islam Solusi Tuntas dalam Menangani Pandemi

Maka, sebaiknya harus ada pemimpin yang mengurusi dan menangani pandemi ini. Pemimpin dalam Islam, tidak akan menunggu-nunggu dalam memutuskan kebijakan saat wabah terjadi. Maka, segera mengisolasi wilayah yang terpapar wabah dan tegas menutup wilayah tersebut agar proses penularan berantai dihentikan. Saat isolasi dijalankan, maka negara tidak akan berlepas tangan, dan akan menjamin semua kebutuhan dasar masyarakatnya. Tidak hanya itu, perawatan, pengobatan, dan pelayanan akan diberikan cuma-cuma oleh negara. Lalu, obat-obatan dan vitamin untuk memperkuat daya tahan tubuh, dipenuhi oleh negara, agar pasien bisa melewati masa kritisnya, sehingga angka kematian dapat diminimalkan.

Sementara itu, masyarakat diminta untuk saling membantu dengan dorongan keimanan. Misalnya, ketika ada seorang yang terpapar wabah, lalu diisolasi dan butuh bantuan, maka masyarakat sekitarnya harus membantunya. Bukan malah menjauhinya atau mengusirnya dari wilayah tersebut.

Imbauan gerakan keluarga berdoa di rumah masing-masing adalah sebuah ikhtiar. Namun, imbauan tersebut tidak hanya untuk rakyat, tetapi juga bagi pengambil kebijakan. Jadi, imbauan doa bersama artinya pengakuan bahwa manusia butuh pertolongan Allah dalam mengahadapi wabah tersebut. Di sini terlihat, bahwa manusia itu lemah, dan membutuhkan Sang Pencipta. Jika benar, membutuhkan pertolongan Allah, maka tidak hanya doa, namun harus disertai taubatan nasuha seluruh masyarakat dan pemerintah.

Selain itu, harus kembali kepada hukum Allah yakni al-Quran dan as-Sunnah. Allah berfirman, “Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? (hukum) siapakah yang lebih baik dari pada (hukum) Allah bagi orang-orang yang menyakini? “ (Al-Ma’idah ayat 50). Maka, sebaik-baik pembuat hukum adalah Allah Swt., manusia harus tunduk dan patuh atas hukum yang Allah buat.

Wallahu a’lam.

 

[ah/LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis