Pengrajin Tahu Menjerit
Harga adalah sebuah nilai yang harus dipenuhi untuk mendapatkan sesuatu. Dalam sistem sekuler liberal yang dianut seluruh negara di dunia ini, tidak mengherankan apabila satu bahan baku menjadi mahal merambat pada yang lainnya. Inilah juga yang mempengaruhi harga kedelai yang berimbas pada makanan tahu dan tempe.
Para pengrajin tahu harus memutar otak untuk bisa tetap memproduksinya karena banyak masyarakat yang pasti mengkonsumsi makanan ini karena harga yang terjangkau. Belum lagi para pegawai atau buruh yang bekerja memproduksinya pun harus dibayar dengan layak.
Dalam sistem Islam, sesungguhnya para pengrajin tidak perlu memikirkan hal lain selain produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar. Dan kekhilafahan bertugas mengawasi setiap praktek yang dilakukan para pedagang. Khilafah akan memastikan harga di pasar tidak akan pernah berubah apapun masalahnya. Bayangkan saja bila dibandingkan dengan saat ini, harga 1 ekor kambing masih hanya 1 dinar sedangkan harga dalam rupiah misalkan setiap tahun selalu berbeda dan cenderung naik.
Maka mari renungkan bersama bagaimana bisa harga kedelai di tanah khatulistiwa bisa naik tajam sedangkan negeri ini adalah negeri agraris. Tidaklah masuk akal apabila pengrajin tahu harus membeli kedelai dengan harga tinggi. Sudah saatnya kita kembali pada aturanNya, aturan yang berasal dari Allah Swt. Ia yang Maha Tahu, Maha Bijaksana. Tidaklah aturan yang diturunkan untuk kita sebagai ciptaanNya akan menyengsarakan kita.
Wallahu’alam.
Danis Nursani
[hw/LM]