Benarkah Indonesia Bangsa yang Tangguh?
Oleh : Emmy Emmalya
Lensa Media News – Berdirinya organisasi Boedi Oetomo, 20 Mei 1908 dijadikan sebagai rujukan bagi Penetapan Hari Kebangkitan Nasional. Tema peringatan Kebangkitan Nasional ke 113 tahun ini adalah “Bangkit! Kita Bangsa yang Tangguh!.” (http://komin.fo/Harkitnas202l).
Tapi apakah benar negara Indonesia sudah menjadi negara yang tangguh? Jangan-jangan itu hanya sebagai jargon saja tanpa ada faktanya. Bagaimana akan menjadi negara yang tangguh apabila kedaulatan dalam mengatur kebijakan negaranya saja masih dikendalikan oleh pengaruh negara lain.
Sudah menjadi rahasia umum kalau Indonesia merupakan negara yang memiliki utang luar negeri yang sangat besar. Utang terakhir saja pada kuartal I – 2021 sudah mencapai 415,6 miliar dollar AS atau setara Rp 5.943,1 triliun (asumsi kurs Rp 14.300 per dollar AS), (Kompas, 21/05/21).
Bagaimana akan bangkit jika secara ekonomi saja masih bergantung pada utang luar negeri? Padahal, kita ketahui bersama jika secara ekonomi masih bergantung pada negara lain maka negara itu akan selalu berada di bawah bayang-bayang negara pengutangnya.
Lalu mampukah Indonesia menjadi negara yang tangguh? Tentu sangat mampu, apalagi Indonesia memiliki potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam yang berlimpah.
Asalkan arah menuju negara tangguh sudah dilakukan berdasarkan landasan berpikir yang benar. Seperti apa jalan yang seharusnya ditempuh agar Indonesia menjadi negara yang tangguh dan bisa bangkit menjadi negara yang dihormati oleh negara-negara lain?
Sebelum menjadi negara yang tangguh maka terlebih dulu kita harus mengetahui apa definisi dari kebangkitan sebuah negara.
Menurut Syekh Taqiyuddin An-Nabhani dalam kitab Sistem Peraturan Islam, menyatakan bahwa kebangkitan sebuah masyarakat itu tergantung pada pemikirannya tentang hidup, alam semesta dan manusia serta hubungan ketiganya dengan sesuatu yang ada pada sebelum dan sesudah kehidupan dunia.
Inilah yang disebut dengan akidah alias pemikiran mendasar tentang kehidupan yang nantinya akan mempengaruhi tingkah laku manusia dalam menyikapi kehidupannya.
Oleh karena itu, sebelum berbicara sosok manusia yang tangguh apalagi sebuah negara, maka pemikiran mendasar inilah yang harus dijadikan fokus untuk menuju kebangkitan.
Jika landasan berpikirnya berdasarkan pada sistem kapitalis maka hasil bentukan pendidikannya akan memiliki pola pikir sekuler karena sistem ini menganggap peran Tuhan hanya sebatas menciptakan tanpa mengatur kehidupan manusia.
Sehingga manusia bisa membuat hukum sendiri sesuai hawa nafsunya. Akibatnya, ketika manusia yang serba terbatas diberikan ruang untuk membuat aturan maka akan melahirkan masyarakat yang materialistis, egois dan kering dari nilai-nilai agama.
Saat ini Indonesia menjadikan sistem kapitalis sebagai acuan dalam mengatur tatanan kehidupan bernegaranya, sehingga bentukan pendidikan yang dihasilkan pun mengacu pada sistem tersebut.
Bentukan manusia yang dihasilkan dari sistem ini adalah generasi yang hanya unggul dalam IMTEK tapi payah dalam hal IMTAQ sehingga banyak generasi muda bunuh diri karena stres dengan segala kompetensi kehidupan yang harus dijalani.
Unggul hanya dalam hal IMTEK tidak berbanding linier dengan kebangkitan suatu bangsa, karena bangsa yang bangkit adalah bangsa yang bisa memimpin dunia dengan menguasai ilmu akhirat sekaligus ilmu dunia.
Gambaran generasi tersebut hanya bisa lahir dari sistem yang sahih dan berasal dari pencipta kehidupan yaitu Allah Swt. Sistem itu adalah sistem Islam.
Islam memiliki definisi yang benar tentang memaknai sebuah kebangkitan yang berasal dari akidahnya. Menurut Islam untuk menuju kebangkitan yang hakiki, harus benar dulu landasan berpikirnya dalam memandang kehidupan sehingga jalan menuju pada kebangkitan pun akan benar.
Jika sistem kapitalis memandang kehidupan semata-mata untuk mendapatkan kepuasan materi semata, tidak demikian dengan Islam.
Islam memandang bahwa kehidupan di dunia ini dalam rangka beribadah kepada Penciptanya sehingga semua orientasi kehidupannya ditujukan untuk pengabdian kepada Rabb Pencipta alam semesta.
Dalam al-Qur’an sudah diterangkan secara jelas bagaimana manusia bisa mencapai kemuliaannya jika bertakwa kepada Allah Swt, sebagaimana firman Allah dalam surat al-Hujurat ayat 13 :
اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.”
Sehingga dengan demikian manusia akan bangkit pemikirannya dan otomatis akan menuju sebuah peradaban yang tangguh serta mampu untuk memimpin dunia.
Oleh karena itu, jika Indonesia ingin menjadi negara yang tangguh maka Indonesia membutuhkan sumber daya manusia yang memiliki pemikiran yang tinggi dan tidak terjajah oleh negara lain.
Sehingga bangkit menjadi negara yang tangguh itu tidak sekadar jargon atau sebagai pemanis belaka yang dipajang di acara-acara seremonial negara. [LM/El]