Media: Alat Utama Propaganda dalam Konflik Palestina-Israel
Oleh: Yuke Octavianty
Lensa Media News – Takbir hari raya masih terngiang di telinga, namun saudara muslim di Palestina masih berbalut duka, darah dan air mata. Tak ada secuil pun suka di wajah para saudara muslim kita di sana. Muram. Sedih. Tak tahu hingga kapan perang mendera.
Di tengah konflik yang terus memanas, media elektronik adalah alat utama dalam pengarusan opini dunia. Inilah yang dimanfaatkan Israel untuk memutarbalikkan fakta atau menghilangkan jejak-jejak kebiadaban mereka. Salah satu caranya adalah dengan mengebom Associated Press (AP) dan Al-Jazeera. Keduanya merupakan kantor berita resmi Palestina. PBB pun mengecam aksi Israel tersebut (tempo.com, 16/5/2021).
Dilansir dari Mediaumat.news (16/5/2021), Farid Wadji, seorang pengamat politik internasional mengungkapkan bahwa pemboman tersebut untuk membungkam kejahatan-kejahatan para penjajah Yahudi. Padahal keberadaan pers sendiri sebetulnya tidak terlalu condong pada salah satu pihak yang berkonflik. Hanya saja, kekerasan yang dilakukan Israel terlalu vulgar sehingga tak bisa menutupi mata dunia. Farid Wadji pun menambahkan, Israel sama sekali tak memiliki legitimasi apapun untuk melakukan kejahatan. Intinya, Israel statusnya sebagai penjajah di negeri Palestina. Tak masuk akal pernyataan “Kami diserang karena Hamas yang menyerang duluan.”
Banyak sekali media-media mengabarkan tertindasnya Israel karena serangan Hamas. Atau berita-berita sejenisnya yang menimbulkan sentimen dunia agar tercipta opini dukungan terhadap pihak lawan. Dikutip dari aljazeera.com (17/05/2021), pada hari ke-8 serangan Israel terhadap Palestina, terdapat 209 warga Palestina yang terbunuh, sedangkan dari pihak Israel hanya 10 orang terbunuh. Data yang terluka, Palestina sebanyak 5.508 orang sedangkan Israel 564 orang. Rumah warga Palestina yang hancur sebanyak 400 unit, sedangkan Israel tidak ada rumah hancur. Lantas, bagaimana Yahudi dikatakan sebagai korban perang dan ingin membela diri?
Setiap media memiliki tuan. Berita -berita yang disuguhkan berbagai media, bergantung pada si pemilik. Apa yang diharapkan dari pemberitaan tersebut? Opini umat untuk berada di pihak Israel atau Palestinakah? Tentu hal ini harus diwaspadai. Warganet memiliki kewajiban tatabu‘ secara menyeluruh dari sumber berita yang valid dan terpercaya. Kita pun perlu mewaspadai pengalihan isu dan pemutarbalikkan fakta. Jangan sampai terbawa arus oleh berita hoaks!
Sesungguhnya, negara memiliki peran dominan terhadap berita yang dimuat media. Negara wajib berstrategi dalam pengarusan opini. Apalagi sekarang, berita dari media dengan mudah dijangkau dalam genggaman. Hal ini bagian dari kewajiban negara dalam mengatur maslahat umat dan pelaksana syariat sehingga berita yang teraruskan adalah kabar valid, tanpa hoaks.
Dalam kitab Struktur Daulah (Pemerintahan dan Administrasi), yang ditulis oleh Syekh Taqiyuddin An Nabhani, pada Bab 12 tentang Departemen Penerangan, sub bab Strategi Pengaturan Informasi oleh Negara, dituliskan bahwa negara akan mengeluarkan undang-undang yang menjalankan garis-garis umum politik negara dalam mengatur informasi sesuai dengan ketentuan hukum-hukum syariah. Hanya dalam bingkai Khilafah minhaj an nubuwwah, negara dapat sempurna menjalankan kewajibannya dalam menerapkan syariat Islam. Dengan syariat, umat pun terjaga. Termasuk terjaganya umat dari serangan opini-opini sampah yang menyesatkan pikiran.
Palestina adalah tanah para Nabi yang harus dijaga dan dibela. Allah SWT. berfirman:
يَا قَوْمِ ادْخُلُوا الْأَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ الَّتِي كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَلَا تَرْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ
“Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi” (QS. Al-Maidah: 21). Maka menjadi kewajiban kita sebagai kaum muslimin untuk menjaga dan membela saudara kita di Palestina karena kita satu tubuh.
Wallahu’alam bisshawwab.
[lnr/LM]