Pluralisme Agama Berbalut Toleransi

Oleh: Ika Nur Wahyuni

 

Lensa Media News – Menteri Agama, Yaqut Cholil Choumas menjadi perbincangan publik setelah usulan yang dirasa kontroversial yaitu doa lintas agama. Menurutnya doa lintas agama didasari karena Kementerian Agama tidak hanya menaungi agama satu saja, dan hal sebatas saran internal di lingkungan Kemenag saja. Dikutip dari Antara, Rabu (7/4) usai mengisi seminar pemikiran di UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, Tulungagung, Jawa Timur. (Kumparan, 7/4/2021)

Anis Malik Thoha dalam bukunya Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis menuliskan bahwa pluralisme memiliki empat karakteristik yaitu humanisme sekuler, teologi global seperti yang digagas Sosiolog Amerika Serikat Robert N. Bellah (agama sipil), sinkretisme, dan filsafat perenial. Semua bermuara pada legitimasi yang sama pada semua agama.

Saat ini pluralisme dimaknai sebagai paham yang mengajarkan bahwa semua agama sama. Karenanya tiap pemeluk agama dilarang mengklaim agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah. Apabila hal itu dilakukan maka akan mengakibatkan perpecahan antar umat beragama dan terjadinya intoleransi.

Allah berfirman dalam al-Quran yang artinya :
“Sesungguhnya agama di sisi Allah adalah Islam tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu karena kedengkian diantara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah maka sungguh Allah sangat cepat perhitungannya. (QS. Ali Imran : 19)

Berdasarkan tafsir Muyassar, ayat ini menunjukkan bahwa kebenaran Islam itu mutlak karena hal itu dikabarkan secara langsung oleh Allah bukan pengakuan sepihak dari umat Islam seperti yang selama ini dituduhkan oleh kaum liberal yang didukung para kafir dan munafik. Pluralisme bukan ajaran Islam namun bentuk propaganda yang terus menerus dihembuskan oleh kaum liberal.

Pluralisme mampu menumbuhkan hidup berdampingan secara damai, bertoleransi, dan saling menghormati antarumat beragama adalah bentuk nyata klaim sepihak dari kaum kafir. Pada kenyataannya ketika umat Islam menjalankan syariat secara kafah seringkali dilabeli dengan kaum radikal bahkan dituding intoleransi dan berpotensi tinggi menjadi teroris.

Toleransi di dalam Islam adalah membiarkan umat agama lain menjalankan ibadahnya dengan leluasa dan aman. Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi toleransi. Ini tidak terbantahkan bahkan diakui oleh para sejarawan Barat. Seorang Filsuf dan Sejarawan Will Durant dalam bukunya “The Story of Civilization” menggambarkan keharmonisan antara umat Muslim, Yahudi dan Kristen di Spanyol di era Khilafah Bani Umayyah.

TW. Arnold, seorang Orientalis dan Sejarawan Kristen dalam bukunya “The Preaching of Islam, A History of Propagation of The Muslim Faith (hal. 134)” memuji toleransi beragama yang ditunjukkan oleh umat Muslim, yang sebelumnya tidak pernah dilakukan bahkan dikenal di daratan Eropa di era pemerintahan Turki Usmani selama kurang lebih 2 abad setelah penaklukan Yunani.

Namun karena masifnya propaganda pluralisme saat ini, umat Islam sering terjebak dalam sinkretisme agama yaitu pencampuradukkan keyakinan, paham atau aliran agama. Contoh nyata adalah salam lintas agama yang kini menjadi salam kenegaraan, doa lintas agama yang digagas Menteri Agama, perayaan natal bersama dan banyak lagi yang semacamnya.

Semua itu bukanlah bentuk dari toleransi tapi merupakan cerminan pluralisme yang batil lagi haram hukumnya di dalam Islam dan sangat membahayakan akidah umat. Majelis Ulama Indonesia (MUI) bahkan mengeluarkan fatwa terkait hal ini, sebagaimana termuat dalam surat nomer 7/MUNAS VII/MUI/II/2005. MUI menilai pluralisme, sekularisme, dan liberalisme agama bertentangan dengan Islam.

Bagi umat Muslim cukuplah akidah dan syariat Islam saja yang menjadi tolok ukur dan pedoman dalam hidup. Umat Muslim tidak membutuhkan pluralisme berbalut toleransi yang rusak dan berujung pada sinkretisme yang menyesatkan. Akidah dan syariat adalah kunci kebangkitan umat dan sumber kebahagiaan dunia dan akhirat.

Menjalankan Islam secara kafah (menyeluruh) tanpa ada keraguan sedikit pun untuk kembali menjadi khayru ummah (umat terbaik) yang akan memimpin kembali dunia dan mampu membawa rahmat bagi seluruh alam. Wallahu a’lam bis-shawab. [LM/Mi]

Please follow and like us:

Tentang Penulis