Kerinduan yang Kian Membuncah
Oleh : Leni Setiani
(Aktivis Muslimah Karawang)
Lensa Media News – Pada 10 November, bertepatan dengan Hari Pahlawan, Habib Rizieq Shihab menginjakkan kakinya ke tanah air. Setelah 3,5 tahun lamanya menetap di Arab Saudi, akhirnya beliau kembali (Jakarta.suara.com, 10/11/2020). Umat pun menyambut dengan kerinduan yang sangat mendalam. Setibanya beliau di Bandara Soekarno Hatta, lautan manusia menyambutnya. Ghirah Islam muncul ke permukaan, melihat sosok Habib Rizieq Shihab mengingatkan pada kekasih kita semua, Rasulullah SAW. Beliau ulama yang patut dijadikan panutan.
Ulama sebagai warosatul anbiya adalah harapan umat Islam. Ulamalah yang akan senantiasa menjaga ajaran Islam dan meneruskan tugas Nabi. Ulama bertugas untuk mengayomi, membina dan membimbing umat baik dalam masalah-masalah agama maupun masalah sehari-hari. Maka Ulama pantas dijadikan panutan dalam bersikap dan berbuat.
Umat sangat antusias menyambut seorang tokoh besar yang lantang menyuarakan kebenaran ini. Selain karena pribadi beliau yang memegang teguh kebenaran, pasalnya umat juga merindukan keadilan seperti yang sedang diperjuangkan oleh para ulama, salah satunya HRS. Umat sadar bahwa saat ini mereka terus menerus dizalimi. Tidak tahu kemana lagi harus mencari keadilan dan mereka merasa apa yang diperjuangkan HRS inilah yang akan membawa mereka pada keadilan. Hal inilah yang menimbulkan kerinduan mendalam pada sanubari umat.
Berbagai problematika yang kian hari semakin ruwet, menunjukkan bahwa problem-problem tersebut memerlukan solusi menyeluruh. Jika kita telusuri penyebab utama semua problem yang hadir, maka akan kita temukan pada satu titik tengah yang bernama sistem. Sistem inilah yang melahirkan aturan-aturan zalim. Maka lahirnya kezaliman bukan hanya karena keburukan individu atau rezim, melainkan hasil sistem demokrasi yang rusak dan merusak.
Sistem demokrasi lahir dari akal manusia yang terbatas dan dangkal. Aturan-aturan yang lahir pun disesuaikan dengan kondisi. Ada pihak yang sangat diuntungkan sementara pihak lain terzalimi. Begitulah watak asli sistem demokrasi, melahirkan kezaliman dimana-mana.
Berbeda jika Islam yang diterapkan. Islam adalah sistem yang lahir dari Yang Maha Menciptakan, yaitu Allah SWT. Sistem ini sudah terbukti mampu melahirkan kesejahteraan. Selama tiga belas abad, Islam menorehkan tinta emas kemakmuran dan keadilan yang tak hanya dirasakan oleh muslim, namun juga non muslim.
Sudah semestinya umat sadar akan kebutuhannya pada sistem kepemimpinan berstandar syariat yang akan melahirkan para pemimpin adil. Sistem yang bukan hanya menyelamatkan di dunia, tapi juga di akhirat. Maka proses yang ditempuh adalah dengan mewujudkan revolusi pemikiran dan pergantian sistem. Berpindah dari pemikiran dan sistem kufur menuju pemikiran dan sistem Islam. Jika umat telah melakukan keduanya, maka revolusi (perubahan menyeluruh) akhlak yang saat ini hendak diterapkan akan menjadi hasil dari pemberlakuan sistem Islam.
Wallahu’alam.
[lnr/LM]