Mengajarkan Budaya Santun Kepada Anak

Oleh: Sri Purwanti, Amd.KL
(Pegiat Literasi, Founder RumBa cahaya Ilmu)

 

Parenting Memiliki anak yang santun dan paham tata krama merupakan dambaan setiap orang tua. Namun. kadang realita tak seindah ekspektasi, anak-anak tumbuh menjadi anak yang kasar, tidak sopan dan bertingkah semaunya. Ini merupakan PR besar yang harus diselesaikan oleh orang tua, karena semakin cepat ditemukan solusi maka akan semakin baik.

Sopan santun dan tata krama hendaknya diajarkan sejak dini, karena pada fase ini anak masih mudah dibentuk. Anak-anak terbiasa mengamati dan meniru apa yang ada di sekitar mereka. Orang tua harus melatihnya dengan penuh kesabaran, konsisten dalam memberikan contoh, karena ini merupakan proses panjang yang memerlukan perjuangan yang luar biasa.

Ada beberapa hal yang bisa kita terapkan dalam melatih anak-anak untuk bersikap santun dalam kehidupan sehari-hari.
Pertama, orang tua harus menyadari bahwa pendidikan anak adalah tanggung jawab orang tua, jadi kita tidak boleh menyerahkan sepenuhnya urusan pendidikan anak kepada pihak lain (sekolah). Orang tua sebaiknya bermitra dengan pihak sekolah dalam penanaman karakter anak. Dengan memahami tanggung jawab tersebut maka kita akan merasa ringan dalam menjalankan amanah mendidik anak.

Kedua, kita mengajarkan sopan santun sesuai tingkat pemahaman anak. Sebaiknya kita jelaskan kepada mereka mengapa harus bersikap santun dan menghargai orang lain, seperti menghormati orang tua, meminta maaf jika bersalah, mengucapkan kata ‘tolong’ ketika memerlukan bantuan. Hal ini akan membuat anak belajar memahami aktivitas yang kita ajarkan kepada mereka.

Ketiga, kita perlu memahamkan kepada anak bahwa kedudukan semua manusia sama di hadapan Allah, ketakwaannya lah yang akan membedakan. Dengan begitu. anak akan berusaha menghargai dan memahami setiap perbedaan yang ada, mencegah terjadinya bullying hanya gara-gara status sosial maupun kondisi fisik.

Keempat, berusaha memberikan contoh yang baik terhadap anak seperti membiasakan hal kecil mengucap salam, mencium tangan, minta izin ketika mau meminjam milik kawan, berterimakasih ketika ada yang memberikan sesuatu dan lain sebagainya.
Sebagus apapun teori yang kita pelajari dan kita ajarkan kepada anak tanpa diimbangi dengan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari, maka akan sulit untuk mereka aplikasikan.
Kedua orang tua perlu memberikan apresiasi ketika anak mampu menerapkan apa yang kita ajarkan. Hal itu bisa memotivasi mereka untuk terus belajar bersikap santun.

Kelima, orang tua perlu memberikan koreksi dengan bijak ketika anak berlaku kurang santun. Hal ini bisa dilakukan face to face dan memperhatikan pemilihan kata yang tepat sehingga tidak melukai harga diri anak. orang tua perlu menghindari mengoreksi anak di depan umum karena hal itu akan membuat mereka malu dan kehilangan kepercayaan diri.

Keenam, orang tua perlu memahamkan anak bahwa bersikap sopan adalah bagian dari ajaran Islam. Kita bisa memotivasi mereka dengan memberikan gambaran bahwa anak yang santun akan disayangi Allah, memiliki banyak teman, dan disayangi oleh orang yang ada di sekelilingnya, sehingga akan muncul kesadaran dalam diri mereka supaya terus bersikap santun.

Rasulullah sebagai uswah hasanah pernah bersabda “sesungguhnya dalam dirimu ada dua sikap yang dicintai Allah, yakni sifat santun dan malu” (HR Ibnu Majah). Hadis ini menunjukan betapa tingginya kedudukan sikap santun dalam Islam. Sikap santun bisa menghindarkan kita dari kesalahpahaman, menjauhkan permusuhan, sehingga bisa mewujudkan kehidupan yang harmonis.

Wallahu a’lam

 

[LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis