Mengembangkan Karakter Positif pada Anak

Oleh: Sri Purwanti, Amd.KL
(Pegiat Literasi, Founder RumBa Cahaya Ilmu)

 

Parenting – Setiap anak terlahir dengan karakter yang unik, namun tempat dia tumbuh dan berkembang memiliki peran besar dalam pembentukan karakternya. Keluarga merupakan salah satu wadah utama untuk membentuk karakter anak, karena anak harus terdidik akhlaknya (karakternya) sejak dini. Oleh karena itu, orang tua yang memiliki peran besar untuk membentuk dan menguatkan karakternya.

Karakter positif pada anak bisa dibangun melalui interaksi dengan orang tua. Sebagai rule model utama anak, orang tua perlu menunjukan karakter yang baik seperti jujur, amanah, adil, bertanggung jawab, memiliki empati yang kuat terhadap sesama. Dengan contoh nyata maka anak akan mudah meniru, sehingga lambat laun akan melekat kuat pada diri anak.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua supaya anak memiliki karakter positif yang kuat.

Pertama, tanamkan akidah yang kuat. Ajak anak mengenali siapa Rabb-nya, serta potensi yang sudah Allah anugerahkan kepada ciptaan-Nya. Mengenalkan perintah dan larangan Allah, sehingga ketika anak melakukan sesuatu bukan semata-mata untuk kepuasan saja tetapi juga bernilai ibadah. Memastikan setiap aktivitas anak tidak keluar dari koridor syara.

Kedua, orang tua harus menerapkan pola lembut terhadap kekurangan maupun kegagalan anak. Tidak memberi label negatif ketika anak tidak bisa menjadi apa yang diharapkan oleh orang tua. Hargai setiap usaha yang dilakukan oleh anak, sembari mengarahkan mereka supaya bisa belajar dari kegagalan sebelumnya sehingga bisa mengambil hikmah

Ketiga, orang tua tidak perlu membandingkan anak dengan saudara maupun kawannya, karena hal ini akan merusak karakter anak. Biarkan anak tumbuh menjadi dirinya sendiri, sesuai dengan ciri khasnya.

Keempat, menjadi pendengar yang baik, Hal ini bertujuan agar orang tua mengetahui dan memahami kesulitan yang dihadapi anak, sehingga bisa mengambil sikap yang bijak dalam menghadapi anak.

Kelima, memberikan kepercayaan dan tanggung jawab kepada anak. Orang tua perlu memberikan kesempatan kepada anak supaya mereka bisa belajar mengambil keputusan untuk diri mereka sendiri. Orang tua tidak perlu terlalu mendikte anak, sehingga mereka bisa menemukan dan mengembangkan potensi yang mereka miliki.

Keenam, mendorong anak untuk bersikap mandiri. Mandiri dalam pandangan Islam berarti anak mampu memenuhi kebutuhannya baik gharizah (naluri) maupun hajatul udhawiyah (kebutuhan fisik) tanpa tergantung kepada orang lain. Orang tua bisa mengajari anak untuk makan, mandi, bahkan memilih pakaian sendiri. Semakin dini mengajarkan kebiasaan ini kepada mereka maka akan semakin cepat mereka menguasai keterampilan ini.

Ketujuh, orang tua menerapkan pola asuh yang lembut namun tegas. Dalam mendidik anak perlu dipahamkan batasan dan konsekuensi, sehingga akan terjalin komunikasi yang baik. Ketika anak melakukan kesalahan tidak berarti orang tua bebas meluapkan emosi, namun tegurlah dengan lembut sehingga anak menyadari kesalahannya tanpa merasa dihakimi. Orang tua juga hrus memberikan dukungan , pujian, bahkan reward ketika anak berhasil meraih prestasi yang memuaskan.

Pola asuh yang tepat akan menempa anak menjadi generasi yang berkualitas, memiliki rasa percaya diri yang tinggi, penuh empati terhadap sesama. Setiap orang tua harus mempersiapkan anak-anak menjadi generasi yang berkualitas. Rasulullah bersabda “ Didiklah anak-anakmu karena mereka dijadikan untuk menghadapi masa yang bukan masamu.”

Mendidik anak sesuai tuntunah Allah dan Rasulnya merupakan salah satu kewajiban orang tua. Hal ini memang tidak mudah. Namun jika kita mampu bersabar dalam prosesnya, maka kelak kita akan meninggalkan generasi yang kuat dan berakhlak mulia. Semoga Allah memudahkan ikhtiar kita dalam mempersiapkan generasi yang cemerlang.

Wallahu a’lam

 

[LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis