Khilafah: Dinanti atau Dibenci?

Oleh: Lia Aliana

(Aktivis Muslimah)

 

LensaMediaNews – Tegaknya khilafah terasa semakin nyata. Gaungnya kian membahana, bukan hanya di Indonesia tapi seantero dunia. Beritanya selalu menjadi trending topic di berbagai media massa. Terlebih saat ini, umat semakin tersadarkan dan berlomba-lomba untuk memperjuangkannya.

Hal serupa terjadi di Turki. Pasca kembalinya Hagia Sopia ke pangkuan kaum muslimin sebagai masjid, kata khilafah kembali viral. Majalah Gercek Hayat menerbitkan berita berupa ajakan pada umat untuk membangkitkan kekhilafahan. Dilansir dari beritakaltim.co, “Sekarang Hagia Sophia dan Turki bebas. Bersiaplah untuk kekhalifahan,” demikian tercantum dalam sampul Gercek Hayat terbitan 27 Juli 2020. “Jika tidak sekarang, lalu kapan? Jika bukan kamu, lalu siapa?” tanya sampul itu.

Wajar saja, jika masyarakat Turki begitu rindu untuk menerapkan Islam kaffah. Karena disana jejak khilafah sangat dekat. Sultan Muhammad al-Fatih adalah moyang mereka dari Dinasti Utsmaniyah. Selama 4 abad lamanya hukum Islam dijunjung tinggi, hidup rukun berdampingan dengan berbagai latar belakang suku dan agama yang berbeda. Kondisinya menjadi kacau ketika Mustafa Kemal Attaturk mengubah konstitusi negara menjadi sistem sekuler. Penindasan, penderitaan, dan penistaan terus menghantui kaum muslim di berbagai negeri Islam. Ini menegaskan bahwa umat mendambakan perubahan yang mendasar disebabkan kegagalan sistem sekuler dalam memberi solusi.

Namun, geliat kebangkitan khilafah yang dinanti umat justru dibenci, menuai kecaman dan perlawanan rezim. Seperti cacing kepanasan, rezim sekuler menyikapi seruan khilafah dengan melaporkan tindak pidana terhadap Albayrak Media Group selaku pemilik majalah.

Dikutip dari Republika.co.id, Asosiasi Bar Ankara mengajukan pengaduan pidana terhadap Gerçek Hayat. Majalah yang dimiliki oleh Albayrak Media Group ini, mengeluarkan seruan untuk membangkitkan kembali kekhalifahan Islam. Adapun tuduhan yang diberikan adalah: menghasut orang-orang untuk melakukan pemberontakan bersenjata melawan Republik Turki, menghasut masyarakat membentuk kebencian permusuhan, dan menghasut untuk tidak mematuhi hukum.

“Menimbang bahwa seruan pembentukan kekhalifahan tidak dapat diwujudkan dalam hukum, dengan cara tidak bersenjata dan damai, jelas tindakan para tersangka menghasut orang-orang untuk melakukan pemberontakan bersenjata,” ujar Asosiasi Pengacara Ankara saat membacakan pengaduan pidana dan diserahkan ke Kantor Kepala Kejaksaan Umum Istanbul, dilansir dari Duvar English, Selasa (28/7).

Bahkan kepanikan juga tampak pada penguasa rezim sekuler Turki. Juru bicara Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) pada Senin (27/7/2020) meyakinkan kaum skeptis bahwa Turki akan tetap menjadi republik sekuler. “Republik Turki adalah negara yang demokratis dan sekuler berdasarkan aturan hukum,” kata juru bicara Omer Celik dalam sebuah cuitan di Twitter (beritakaltim.co, 31/7/2020).

Tak masuk akal, jika ide khilafah dipandang oleh pihak sekuler sebagai seruan yang utopis hingga tidak dapat diwujudkan dalam hukum. Padahal bukti-bukti sejarah dengan gamblangnya telah membuktikan kekeliruan ini. Sebelum menjadi negara Republik, eksistensi Turki sebagai penguasa, sangat disegani. Wilayahnya mencakup sepertiga luas dunia. Bangsa Eropa menyebutnya sebagai kekaisaran Ottoman atau yang lebih dikenal di dunia Islam dengan sebutan Daulah Khilafah Utsmani.

Pun terlalu berlebihan apabila dianggap sebagai pemberontakan senjata. Karena faktanya ajakan yang dilakukan oleh para pengemban khilafah hanyalah seruan berupa pemikiran politik dan spiritual. Tidak seperti sistem sekuler yang bar-bar menebar kebencian dengan menghalalkan berbagai cara.

Maka dapat dipastikan bahwa semua tuduhan itu adalah fitnah keji dan ujaran kebencian yang senantiasa dipropagandakan para pengusung sekulerisme. Monsterisasi terhadap ajaran Islam dan kriminalisasi kepada para pejuang khilafah, merupakan upaya mereka untuk menghalangi fajar kebangkitan Islam.

Ibarat sebuah pohon, semakin tinggi maka semakin kencang angin yang menerpa. Tampaknya, kondisi ini tengah menimpa kaum muslimin di dunia. Hari demi hari keyakinan dan tuntutan umat akan bisyaroh (kabar gembira), tentang tegaknya khilafah semakin membuncah. Seiring dengan permusuhan rezim sekuler yang kian nyata.

Karena sejatinya, perseteruan antara al-haq dan al-batil akan senantiasa ada dan terus berlangsung. Masing-masing memiliki penyokong serta bala tentara yang siap tanding. Oleh sebab itu Allah SWT. telah berpesan pada kaum muslim dalam firman-Nya: “Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya.” (QS. Ash-Shaff: 7).

Wallahua’lambishshawab.

Referensi:
https://republika.co.id/berita/qe5wi7430/serukan-khilafah-majalah-turki-diadukan-asosiasi-bar
https://beritakaltim.co/sistim-negara-khilafah-ditolak-partai-berkuasa-turki/

 

[lnr/LM] 

Please follow and like us:

Tentang Penulis