Kalung Anti Virus Corona

Oleh : Apt. Rismawati, S.Farm

 

Lensa Media News – Kementerian Pertanian (Kementan) lewat Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) telah menciptakan kalung berbahan eucalyptus (kayu putih) yang disebut bisa menangkal virus corona. Namun, sesungguhnya kalung eucalyptus ini belum teruji praklinis dan klinis untuk membunuh virus corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 (CNN Indonesia, 6/7/2020).

Pemberian nama sebuah produk dalam bidang kesehatan bukanlah persoalan sepele. Pemberian nama penyakit ataupun obat harus disertai dengan kajian bahasa. Ketidaktepatan memilih kata dalam penamaan sebuah penyakit dan obat berpeluang menimbulkan persepsi yang salah di kelompok masyarakat, dan dapat membahayakan kesehatan, bahkan dapat mengancam jiwa.

Meski baru-baru ini Kementan telah menganulir pernyataannya terkait kemampuan klaim kalung sebagai anti-virus, namun pemberian label dengan nama Anti Virus Corona Eucalyptus dalam kemasan memperlihatkan bahwa pemerintah gegabah, tidak berbasis bukti penelitian dalam menyusun strategi pengendalian wabah. Langkah ini jelas melewati batas dan menyalahi prosedur ilmiah. Pemerintah, terlalu terburu-buru mengklaim, Tidak berfikir efek samping kedepan bagi perilaku masyarakat.

Dalam mengeluarkan klaim untuk obat, harus melewati beberapa tahap uji klinis dan publikasi ilmiah hingga mendapat respons positif, bukan hanya berdasar pada testimoni satu atau dua orang saja. Karena ini berhubungan dengan nyawa rakyat.

Paling berbahaya adalah imbas kepada perilaku masyarakat. Kita tidak bisa menyangkal bahwa masyarakat saat ini menantikan terobosan-terobosan obat ataupun vaksin yang mampu meredakan penularan virus. Sehingga kehadiran kalung anti-corona dikhawatirkan menjadikan masyarakat mengabaikan protokol kesehatan dengan tidak memakai masker, tidak jaga jarak, dan tidak sering cuci tangan pakai sabun karena menganggap kalung anti virus corona mampu menjaganya melawan virus.

 

Aroma Kapitalisasi Tercium

Dari perilaku over klaim pihak Balitbangtan ini tercium ada upaya kapitalisasi produk, agar produk ini laku keras di pasaran, hal ini dapat dilihat bahwa balitbangtan menggandeng perusahaan swasta untuk pengembangan inovasi dan hilirisasi terhadap produk berbahan eucalyptus yang disebut dapat menangkal virus corona.

Walaupun sudah diklarifikasi, akan tetapi masyarakat sudah terlanjur mengetahuinya, informasi awal bahwa kalung berbahan dasar eucalyptus ini sebagai antivirus korona, menancap di benak – benak mereka, sehingga ada keinginan untuk mencoba kemudian berbondong-bondong membeli produk tersebut.

Dalam sistem kapitalisme, kerjasama semacam ini merupakan suatu kewajaran, Penguasa menjadi mitra bisnis pengusaha, untuk menciptakan suatu produk yang akan di jual ke rakyat untuk mencari keuntungan, sehingga dapat dikatakan penguasa bukan sebagai pelayan rakyat, tetapi pelayan para kapital.

 

Solusi Islam 

Islam selalu menunjukkan keunggulannya sebagai agama sekaligus ideologi yang lengkap. Islam mengatur semua hal dan memberikan solusi atas segenap persoalan.

Semua hal tersebut bisa terwujud karena negara Islam (khilafah) mempunyai visi dalam menjamin kesehatan penduduknya dengan cara:

Memberikan akomodasi sebesar-besarnya bagi ilmuwan untuk mengembangkan penelitian dengan dukungan dana, sarana dan prasarana, perlindungan, serta kebijakan pemanfaatan hasil penelitian. Tidak bertindak mencari keuntungan dari hasil penelitian tersebut. Penguasa harus menjamin semua hasil penelitian di manfaatkan untuk kepentingan umat semata.

Di saat yang sama negara berperan besar mencegah penularan agar semakin tidak meluas, tidak berlepas tangan terhadap urusan urgent yaitu kesehatan penduduknya baik itu yang berhubungan dengan pelayanan di rumah sakit maupun pengadaan obat- obatan.

Artinya di sini benar- benar dibutuhkan peran negara yg sadar akan tanggung jawab besarnya bagi umat.

Seperti sabda Rasulullah SAW:
Imam (Khalifah) yang menjadi pemimpin manusia, adalah (laksana) penggembala. Dan hanya dialah yang bertanggung jawab terhadap (urusan) rakyatnya.”

Peran sentral penguasa untuk menjaga kesehatan warganya saat terjadi wabah penyakit menular sangat diperlukan. Penguasa tidak boleh abai. Para penguasa Muslim pada masa lalu, seperti Rasulullah saw. dan Khalifah Umar bin al-Khaththab ra. telah mencontohkan bagaimana seharusnya penguasa bertanggung jawab atas segala persoalan yang mendera rakyatnya, di antaranya dalam menghadapi wabah penyakit menular.

Wallahu a’ lam bish showab. 

 

[ry/LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis