Khilafah, Terlalu Indah untuk Difitnah
Oleh: Ita Mumtaz
Lensa Media News – Mulut adalah cermin hati dan pikiran. Sekjen PDIP, Hasto Kristianto telah membuat sensasi sekaligus menyibakkan isi kepalanya kepada umat Islam. Menurutnya, PDIP setuju penambahan ketentuan menimbang untuk menegaskan larangan terhadap ideologi yang bertentangan dengan Pancasila, seperti Marxisme-Komunisme, Kapitalisme-Liberalisme, Radikalisme serta bentuk Khilafahisme. Artinya jika RUU HIP disetujui jadi Undang-undang, penyebar paham Marxisme-Komunisme, Kapitalisme-Liberalisme, Radikalisme dan Khilafahisme akan diburu dan ditangkap karena bertentangan dengan ideologi Pancasila (Tribunnews.com, 15/06/2020).
Sesungguhnya pernyataan itu menggambarkan permusuhan nyata pada ajaran Islam yang sangat mulia, dan upaya menutupi dari masalah yang sebenarnya terjadi di negeri ini. Pernyataan tersebut harus dijawab karena dapat menyesatkan umat. Telah nyata, ada niatan busuk dari politisi PDIP ini. Dengan lancangnya dia membuat perbandingan antara Komunisme-Marxisme dan Khilafah. Dengan kata lain, ia menyamakan ideologi kufur yang muncul dari kepongahan manusia dengan ajaran Islam yang bersumber dari wahyu Allah. Dalam pandangannya, Komunisme maupun seruan Khilafah itu sama-sama ingin menegakkan sebuah tatanan negara yang baru berideologi selain Pancasila. Tentunya persepsi demikian adalah sebuah kesalahan fatal. Sungguh sesat logika jika dia mengatakan bahwa komunisme dan ajaran Islam khilafah sama saja.
Menyejajarkan Komunisme-Marxisme yang anti Tuhan dengan ajaran Islam yang mulia berdasarkan wahyu Sang Pencipta adalah kejahatan yang luar biasa. Tidaklah level antara ajaran keji dengan Islam yang suci. Komunisme memiliki fikrah dan thariqah yang sangat berlawanan dengan Islam. Secara fikrah tak mampu diterima akal sehat dan tidak sesuai fitrah manusia. Thariqahnya pun culas, licik, kejam, dan tidak berperikemanusiaan. Indonesia tidak akan lupa serangan biadab dalam tragedi berdarah yang dilakukan terhadap para jenderal dan ulama.
Peristiwa Madiun 72 tahun silam tak pernah pupus dari sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Pemberontakan yang dilakukan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1948 itu merupakan peristiwa kelam yang telah merenggut banyak nyawa ulama dan tokoh-tokoh agama. Peristiwa pemberontakan G30S/PKI 1965 pun menjadi pengingat betapa mengerikan ancaman komunisme di Indonesia sebab meninggalkan jejak pembantaian massal. Antropolog Amerika, Robert Jay, yang ke Jawa Tengah pada tahun 1953 mencatat bagaimana PKI melenyapkan tidak hanya pejabat pemerintah, tapi juga penduduk, terutama ulama-ulama, santri dan mereka yang dikenal karena kesalihannya. Mereka ditembak, dibakar sampai mati, atau dicincang-cincang. Masjid dan madrasah dibakar, bahkan ulama dan santri-santrinya dikunci di dalam madrasah, lalu madrasahnya dibakar. Rumah-rumah penduduk muslim yang taat kepada ajaran Islam dirampok dan dirusak.
Komunisme dan Khilafah Tak Layak Bersanding
Jika komunisme yang diwakili oleh PKI di Indonesia telah mempertontonkan kebiadabannya. Maka Khilafah tampil memesona dalam bingkai emas masa kejayaan Islam. Sungguh merupakan landasan historis yang nyata. Khilafah pun termaktub dalam kita Alquran, hadist dan kitab para ulama. Sebuah pijakan normatif yang kokoh. Thariqahnya pun lembut dan manis sesuai yang dicontohkan oleh Rasulullah. Jauh dari kebiadaban dan tangan besi. Ada edukasi pemikiran yang menghasilkan kecemerlangan dalam berpikir sehingga mewujudkan pribadi muslim yang tepat dalam menyikapi kehidupan dunia dan kuat menghadapi ujian sebesar apapun. Penuh optimisme dalam sebuah perjuangan dakwah. Dakwah kepada Khilafah merupakan ajakan kepada kaum muslimin untuk kembali kepada penerapan Islam secara sempurna. Sebab tiada kemuliaan tanpa Islam, tiada Islam tanpa syariah, dan tiada syariah tanpa Khilafah. Hanya Khilafah yang mampu menyelamatkan negeri ini dari semua bentuk penjajahan, baik Kapitalisme maupun Komunisme-Marxisme. Hegemoni mereka pun terancam dengan kekuatan Khilafah Islam. Walhasil tiada jalan lain bagi muslim yang mendambakan keberkahan selain berjuang melangsungkan kehidupan Islam. Sekaligus waspada terhadap segala upaya yang akan membelokkan dan melenakannya dari perjuangan hakiki. Sungguh musuh-musuh Islam akan terus berupaya memadamkan cahaya Allah. Busuknya fitnah mereka terhadap ajaran Islam telah digambarkan Allah dalam firman-Nya: “Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, sementara Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya meski orang-orang kafir tidak menyukai.” (QS. at-Taubah: 32).
[lnr/LM]