Kabar Gembira untuk Roma
Oleh: Ummu Aerina
LensaMediaNews – Bisyarah atau kabar gembira dari Nabi Muhammad saw. merupakan spirit utama kaum muslimin untuk terus berjuang. Baik melalui Alquran ataupun melalui lisan nabi, kabar gembira itu menjadi sumber kekuatan yang tak mampu dihentikan oleh siapa pun. Keyakinan terhadap janji-janji yang disampaikan tersebut menjadi pelecut motivasi kaum muslimin untuk merealisasikannya. Sebab, seluruh janji nabi itu pasti akan terjadi. Nabi tidak pernah berbicara kecuali itu sesuai dengan arahan wahyu ilahi.
Sejarah telah mencatat sekian banyak kesuksesan perjuangan umat Islam berawal dari semangat merealisasikan janji Nabi. Sebut saja pembebasan Syam, Persia dan Yaman oleh para sahabat. Semua itu termotivasi oleh kabar gembira yang disampaikan Nabi ketika perang Ahzab. Demikian juga dengan Kota Mesir, kabar tentang pembebasannya juga pernah disampaikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di hadapan para sahabat.
Berikutnya Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan kabar gembira kepada para sahabatnya, “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” (HR. Ahmad)
Hadits itu memotivasi setiap pemimpin kaum muslimin untuk merealisasikannya. Upaya serius penaklukan Konstantinopel telah berlangsung sejak masa Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan (668-669 M). Walau mengalami kegagalan demi kegagalan, karena Konstatinopel terkenal dengan kota yang aman, dilindungi benteng-benteng alam dan darat yang sangat kokoh, tak membuat gentar dan menyerah kaum muslimin untuk menaklukkannya. Hingga setelah 8 abad berlalu, pada pemimpin ke tujuh Daulah Utsmaniyah yaitu Muhammad Al-Fatih memiliki ide yang fenomenal yang tak dinalar oleh siapapun sebelumnya.
Muhammad Al-Fatih adalah seorang yang saleh. Sejak baligh, tidak pernah meninggalkan kewajibannya dan senantiasa memperbanyak amalan sunah. Al-Fatih juga memperbanyak jumlah pasukannya hingga mencapai 250.000 personil. Memperkuat pelatihan pasukan dengan berbagai seni tempur dan ketangkasan bersenjata, dan juga menanamkan nilai-nilai tauhid dan keislaman sehingga pasukannya benar-benar memiliki ruh jihad yang kuat.
Setelah hampir dua bulan melakukan pengepungan dan serangan, yaitu dari 26 Rabi’ul Awal hingga 19 Jumadil Ula 857 H (6 April – 28 Mei 1453 M), dan dengan mengerahkan berbagai strategi termasuk memindahkan kapal-kapal melalui bukit, membuat terowongan-terowongan, dan membuat benteng bergerak dari kayu, akhirnya pada 20 Jumadil Ula 857 M (29 Mei 1453 M) Konstantinopel berhasil dibebaskan pasukan Islam.
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam ditanya, “Kota manakah yang dibebaskan lebih dulu, Konstantinopel atau Roma?” Kemudian Rasul menjawab, “Kotanya Heraklius dibebaskan lebih dulu, yaitu Konstantinopel,” (HR. Ahmad)
Tidak hanya Konstantinopel, hadits di atas juga mengandung kabar gembira dari Rasulullah saw. bahwa umat Islam kelak akan berhasil membebaskan Roma. Penyebutan Roma setelah Konstantinopel tampaknya merupakan mukjizat tersendiri karena hingga sekarang Roma merupakan simbol agama Nasrani dan juga peradaban Romawi (Barat). Syaikh Al-Albani ketika mengomentari hadits di atas. Ia menulis;
“Penaklukan pertama (Konstantinopel) telah berhasil direalisasikan melalui tangan Muhammad Al-Fatih al-‘Utsmani. Seperti yang telah diketahui, penaklukan itu terealisasi setelah lebih dari delapan ratus tahun sejak kabar gembira itu disampaikan oleh Nabi saw. Dan pembebasan kedua (yaitu penaklukan kota Roma) dengan izin Allah juga pasti akan terealisasi. Sungguh, beritanya akan anda ketahui di kemudian hari. Tidak diragukan juga bahwa realisasi pembebasan kedua itu menuntut kembalinya Khilafah Rasyidah ke tengah-tengah umat Muslim.” (Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, jld. 1, hlm. 33, no hadits. 1329)
Meskipun setelah penaklukkan Konstatinopel tujuh abad yang lalu, hingga sekarang umat Islam belum berhasil membebaskan kota Roma. Bukan tugas kita untuk memastikan kapan itu terjadi, sebab kabar gembira ini merupakan perkara gaib. Namun yang pasti, hal tersebut tidak lepas dari jihad fi sabilillah, pengerahan pasukan, dan peperangan besar di akhir zaman. Dan hal itu tidak akan terwujud tanpa sebuah Daulah Islam yaitu Khilafah. Tugas umat Islam bukan menunggu. Tapi terus mempersiapkan diri dan berusaha mewujudkan Khilafah segera tegak kembali dan agar bisa bergabung dengan mereka bila Allah menakdirkan kita menjadi bagian dari penakluk Roma.
Wallahu ‘alam bi showab.
[el/LM]