Pelindung Umat, “Al-Imamu Junnah”

Oleh: Nurul Latifah

 

LensaMediaNews— Muslim Uighur di Cina mendapat pembelaan dari pesepak bola Mesut Ozil. Mesut Ozil memperlihatkan dukungannya melalui sosial media kepada etnis muslim Uyghur yang kabarnya masuk di kamp dan ditahan di Xianjiang. Dalam Instagramnya, Ozil menuliskan, “Di Cina, Qur’an dibakar, masjid ditutup, sekolah Islam dan madrasah dilarang, pemuka agama satu persatu dibunuh. Terlepas dari semua itu, Muslim tetap diam. Suara mereka tak terdengar,” tulis Oezil dalam foto Instagramnya.

Komentar Ozil ini membangunkan kaum muslim atas kondisi saudaranya di Uighur. Perasaan yang satu menggerakan kaum di berbagai dunia untuk melaksanakan aksi solidaritas bagi muslim Uighur. Selain menunjukan solidaritas terhadap saudara seimannya, aksi ini juga mendorong para pemimpin negeri untuk memberikan suaranya dan menyelamatkan saudara-saudara kita di Uighur.

Tindakan keras Pemerintah Cina terhadap etnis minoritas Muslim Uighur telah mendapat kecaman internasional. Namun beberapa suara yang sebenarnya signifikan, yakni dari negara-negara Muslim malah nyaris tak terdengar. Begitupun dengan Indonesia, Pemerintah Indonesia tetap diam mengenai topik ini, Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan “Tentu saja, kami menolak atau ingin mencegah pelanggaran hak asasi manusia. Namun, kami tidak ingin campur tangan dalam urusan dalam negeri negara lain,” katanya (Tempo.com).

Pernyataan di atas jelas menunjukan bagaimana nasionalisme ini telah melemahkan dan memisahkan kaum muslim. Indonesia sebagai negara muslim terbesar tidak bisa berbuat apa-apa atas alasan “negara lain”. Padahal Perumpamaan Umat Islam sebagaimana digambarkan Rasulullah Saw. bagaikan satu tubuh. Hadits Rasul yang diriwayatkan oleh Nu’man bin Basyir: “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam.” (HR. Muslim).

Umat Islam Butuh Pelindung

Fakta diamnya dunia Islam atas kekejaman Cina terhadap Muslim Uighur, juga derita Muslim Rohingya dan Palestina menegaskan bahwa saat tiada khilafah umat Islam tak punya pelindung. Bahkan tidak bisa berharap perlindungan dan pembelaan dari negeri muslim terbesar seperti Indonesia untuk menyelamatkan saudara muslim Rohingya.

Imam atau khilafah adalah Perisai. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu (laksana) perisai, dimana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya. Jika seorang imam (Khalifah) memerintahkan supaya takwa kepada Allah ’azza wajalla dan berlaku adil, maka dia (khalifah) mendapatkan pahala karenanya, dan jika dia memerintahkan selain itu, maka ia akan mendapatkan siksa.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, Abu Dawud, Ahmad).

Makna ungkapan kalimat “al-imamu junnah” adalah perumpamaan sebagai bentuk pujian terhadap imam yang memiliki tugas mulia untuk melindungi orang-orang yang ada di bawah kekuasaannya sebagaimana dijelaskan oleh al-Imam an-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim, “(Imam itu perisai) yakni seperti as-sitr (pelindung), karena imam (khalifah) menghalangi/mencegah musuh dari mencelakai kaum muslimin, dan mencegah antar manusia satu dengan yang lain untuk saling mencelakai, memelihara kemurnian ajaran Islam, dan manusia berlindung di belakangnya dan mereka tunduk di bawah kekuasaannya.” Dengan indikasi pujian, berita dalam hadits ini bermakna tuntutan (thalab), tuntutan yang pasti, dan berfaidah wajib.

Oleh karena itu dengan tegaknya khilafah umat Islam bukan hanya memiliki pelindung, namun lebih dari itu, umat ini akan menjadi umat yang kuat dan juga mulia. Wallahu ‘alam. [ry/LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis