PAUD Radikal, Tudingan Tak Masuk Akal
Oleh : Arwiyanti
LensaMediaNews – Sudah menjadi wacana umum, ketika membicarakan radikalisme, umat Islamlah yang tertuduh. Terutama untuk orang-orang dewasa, yang menyeru pada Islam atau yang tak sepaham dengan pemerintah. Namun kini tuduhan radikalisme mulai menyasar lembaga sekolah paling rendah yakni PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).
Hal itu diutarakan olah wakil presiden Ma’ruf Amin di Istana Presiden, Jakarta. “Kita ingin libatkan secara keseluruhan, terorganisasi, tersinergi, komprehensif, sehingga perkembangan radikalisme (dapat dicegah) dari hulu sampai ke hilir. Mulai pendidikan, bukan hanya SD, dari PAUD juga mulai ada gejala, dari TK tokoh-tokoh radikal itu sudah dikenalkan,”. Hal itu juga disampaikan saat di Desa Tangkilsari, Kabupaten Malang (CNN, 05/12/2019).
Padahal, pendidikan di dalam PAUD itu adalah proses belajar secara alami. Disesuaikan dengan tumbuh kembang anak. Dan pasti dengan suasana yang dibuat menyenangkan dan tanpa beban. Aktifitas pengajaran PAUD didesain sesuai dengan fitrah anak, yakni dengan bermain dan bernyanyi. Jadi sungguh tak masuk akal jika anak-anak PAUD dituding terpapar radikalisme. Radikalisme dalam arti yang sudah distigma negatifkan yakni dimakna kekerasan atau ancaman.
Tudingan itupun tak jelas, hal apa yang bisa mengarahkan anak-anak PAUD itu menjadi radikal. Apakah alat peraga semisal lego itu membuat anak radikal? atau mungkin sebuah lagu yang menegaskan kebanggaan sebagai seorang muslim dan menolak kekufuran itu radikal? maka sungguh pernyataan itu sangat melantur dan menyakiti kaum pendidik terutama pendidik Islam.
Dalam pandangan Islam, anak usia dini tidak dimasukkan ke dalam sekolah formal. Islam mewajibkan pendidikan anak sebagai tugas orangtua terutama Ibu. Sehingga seorang Ibu akan menjadi guru yang pertama dan utama (madrosatul ula).
Dalam sistem Islam, seorang Ibu akan berkonsentrasi penuh dalam peranannya mengurus keluarga. Ibu tak lagi mengejar karir, karena telah berjalannya mekanisme penafkahan. Didukung juga dengan gaya hidup Islami yang membuat Ibu tak lagi berambisi mengumpulkan harta demi eksistensi diri yang tak penting.
Namun keberadaan PAUD bukanlah hal yang terlarang dan akan diatur dikemudian hari oleh penguasa Islam, asal keberadaannya tidak melalaikan tugas utama seorang Ibu.
Sebenarnya, target utama pendidikan anak pada usia dini adalah membiasakan anak melakukan hal yang baik. Dan tentu baik di sini dalam pandangan Islam. Maka pembiasaan itu, dibentuk dengan menguatkan akidah dan mengajak mereka taat syariat. Misal dalam berpakaian, tata cara pergaulan lawan jenis dan lain sebagainya. Dan ketika menghasilkan anak-anak yang taat syariat diusia dini, akan menjadi tabungan kita untuk menyiapkan generasi yang tangguh dalam menghadapi gempuran-gempuran kehidupan saat ini.
Tanpa ada penanaman syariat sejak dini, bisa dipastikan generasi Islam tak lagi paham akan syariat bahkan mereka akan phobia terhadap ajaran Islam melebihi yang saat ini telah terjadi. Mereka juga akan bingung, seperti apa sikap yang benar untuk menjadi seorang muslim atau muslimah.
Banyak hal yang seharusnya menjadi fokus penguasa untuk menjaga generasi. Misal, maraknya situs porno yang mudah diakses oleh anak. LGBT yang semakin bertambah setiap tahun yang mampu membunuh karakter anak. Kehadiran pedophilia yang berkeliaran di sekeliling kita. Dan masih banyak ancaman nyata lainnya. Penguasa seharusnya mengatur semua itu, bukan malah sibuk dengan narasi radikalisme yang tak jelas.
Kita sebagai umat Islam pun seharusnya mendorong penguasa untuk menyiapkan sistem pendidikan dan kurikulum berbasis Islam. Karena Islam adalah agama yang sempurna, mampu mengatur semua urusan dalam kehidupan ini.
Dan kita juga harus paham bahwa stigma radikalisme yang dilekatkan oleh musuh Islam pada semua pergerakan Islam bertujuan untuk memecah belah dan menghancurkan kaum muslimin. Namun kita yakin, semua usaha musuh Islam itu akan sia-sia. Pelabelan radikal ditingkat PAUD menjadi sebuah pertanda bahwa musuh Islam sudah kalah dan depresi.
Sungguh, memfitnah Islam tak akan pernah menang. Karena memfitnah Islam berarti akan berhadapan dengan Allah, Dzat yang menguasai semesta ini. Seperti firman Allah dalam surat Al Imron ayat 54 :
” Dan mereka (orang-orang kafir) membuat tipu daya, maka Allah pun membalas tipu daya. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.”
Agama Islam akan terus dijaga oleh Allah. Sekuat-kuatnya makar orang kafir, makar Allah SWT pasti lebih kuat dan lebih hebat. Semakin banyak kebencian atas kaum muslim maka kecintaan kaum muslim terhadap Islam akan semakin tinggi. Dan semakin banyak serangan untuk kaum muslim maka akan membuat kaum muslimin semakin bangkit. Dan sungguh apapun yang dilakukan oleh musuh Islam itu hanyalah sia-sia.
Wallahu a’lam bishawab.
[ry/LM]