The True “Inspiring” untuk Cegah Stunting
Oleh: Ayu Ramadhani
(Mahasiswa Universitas Negeri Medan)
LensaMediaNews— Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu yang lama. Bahkan menurut Badan Kesehatan Dunia, Indonesia menempati posisi ke-4 penderita stunting. Bahkan angka stunting di Indonesia terus meningkat (https://news.okezone.com,21/1/19).
Permasalahan yang men-disaster pewaris bangsa ini harus segera dipangkas tuntas. Kewajiban menebas stunting tersebut, tentulah menjadi tugas rumah pemerintah dari tahun ke tahunnya. Berbagai upaya telah dijalani pemerintah sebagai “bukti” bertanggung jawab atas kesehatan warga negara. Namun pertanyaan terbesar, berhasilkah upaya tersebut terlaksana? langkah apa yang menjadi gebrakan pemerintah?
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengusulkan agar satu keluarga memelihara ayam untuk memenuhi kebutuhan gizi anak. Ia mengatakan pemenuhan gizi anak bisa dilakukan dengan memberi asupan telur dari ayam yang dipelihara tersebut (www.cnnindonesia.com ,15/11/19). Menurut beliau, gizi yang diberikan sejak usia dini dapat menekan angka stunting pada seribu hari pertama.
Usulan tersebut didukung oleh Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo dengan mengatakan bahwa hal tersebut merupakan pemikiran yang bagus, dan menganggap usulan tersebut dapat memenuhi kebutuhan gizi anak, mengingat akan ada 267 juta ayam yang dihasilkan (www.cnnindonesia.com, 24/11/19).
Usulan Moeldoko yang dianggap sebagai inspiring untuk cegah stunting, sebenarnya tidak menuntaskan masalah. Gerakan nasional mewajibkan satu ekor ayam disetiap rumah merupakan wujud lari dari tanggung jawab oleh pemerintah. Dengan menempatkan kewajiban kesehatan menjadi tanggung jawab individu.
Padahal kesehatan warga negara adalah kewajiban dari negara sepenuhnya, baik pencegahan dan pengobatannya. Gerakan ini hanya akan semakin menambah beban hidup rakyat. Gerakan tersebut juga akan menambah pengeluaran meliputi biaya beli ayam, pakan ayam, dan biaya lainnya yang akan terulang. Bukankah hal ini menambah beban yang harus dipenui rakyat? bagaimana stunting dapat teratasi dengan solusi pragmatis tersebut? mewajibkan memelihara ayam, sementara diri sendiri tidak “terpelihara”.
Kemana hadirnya negara sebagai instiusi yang mengayomi serta memastikan keberlangsungan hidup rakyatnya? adalah kewajiban pemerintah untuk menekan angka stunting yang meninggi. Namun sangat salah jika negara kembali menekan rakyat dengan gerakan nasional satu ekor ayam disetiap rumah. Bukankah ini bukti bahwa negara tengah lepas tangan?
Negara seharusnya tidak menumpukan hal tersebut kepada rakyat. Sudah seharusnya negara memiliki solusi yang mengakar guna memberantas habis stunting. Bukan sekedar solusi temporer dengan seekor ayam disetiap rumah. Tetapi, lebih dengan kebijakan radikal yang mengangkat akar kemiskinan. Dengan pengelolaan Sumber Daya Alam yang benar dan menyerahkan hasil guna memaksimalkan pemberian layanan kebutuhan kepada masyarakat secara gratis dan tentu saja berkualitas.
Di dalam Islam, masalah kesehatan rakyat merupakan tanggung jawab negara dan Khalifah (Pemimpin). Hal tersebut semata-mata karena wujud taqwa kepada Allah. Di dalam Islam sendiri sangat tidak diperkenankan adanya orang orang lemah. Maka pencegahan maupun langkah langkah untuk penyembuhan masyarakat, menjadi tanggung jawab Khilafah dan Khalifah-nya. Sudah sepantasnya dan memang seharusnya pemimpin pasang badan dan banting tulang untuk kehidupan masyarakat. Memastikan kesehatan setiap individu, fisik dan imannya.
Hal seperti itulah yang dicontohkan oleh Khalifah Umar bin Khaththab ra, saat beliau menemukan rakyatnya yang kelaparan, beliau langsung memikul sendiri sekarung makanan bagi keluarga tersebut. Dilanjutkan dengan memenuhi kebutuhan keluarga miskin itu hingga kuat dan mampu bekerja sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal tersebut dilakukan oleh Khalifah Umar semata-mata karena ketaqwaannya kepada Allah, atas amanah-amanah yang berada diatas pundaknya. Beliau begitu takut atas azab Allah, takut jika termasuk orang yang mengkhianati amanah sebagai kepala negara, dengan masih adanya rakyatnya yang kelaparan dan terzhalimi.
Begitulah Islam dengan penerapannya secara kaffah, melahirkan orang-orang yang bertanggung jawab atas amanah, dengan dasar keimanan dan ketakutan atas azab Allah. Bukan menjadikan manusia bersifat apatis terhadap sesama dan mengabaikan amanah karena sebatas kepentingan dirinya.
Sungguh aturan yang lahir dari Al-Qur’an dan As-Sunnah tidak akan pernah menzhalimi manusia. Sebab ia datang dari Dzat Yang Maha Agung dan menjaga fitrah manusia tanpa cela. Bukan hanya untuk stunting yang berawal dari kemiskinan. Tetapi, untuk setiap inchi lini kehidupan, Islam menjadi satu satunya The True Inspiring, sebab ia datang dari Sang Pencipta. Bukan dari manusia yang hanya memikirkan manfaat dan eksistensinya. Wallahu a’lam bishawab. [ry/LM]