Adakah Tandingan Bagi Alquran dan Nabi Muhammad SAW?
Oleh: Arin RM, S. Si
LensaMediaNews – Dunia maya kembali memanas dengan viralnya cuplikan orasi seseorang yang membandingkan keutamaan Alquran dan jasa Nabi Muhammad dengan selain keduanya. Protes bermunculan dari berbagai kalangan. Opini pelurusan lewat tulisan dan rekaman video pun bertebaran setelahnya.
Memang, bagi yang ghirah Islamnya masih berkobar, sentuhan mengusik elemen keimanan adalah pemantik. Pelecut kegeraman lantaran lagi dan lagi Islam “disudutkan”. Apalagi pada kasus yang dimaksud langsung menyebut sosok mulia pembawa risalah, tepat di momen peringatan hari lahirnya.
Tak menjadi soal jika penyebutannya dalam rangka memuliakan, akan tetapi menjadi ganjil ketika menyertakan kata “mulia” namun dengan tendensi sebaliknya. Justru banyak yang menilai merendahkan sebab membandingkan jasa kasat mata pada sosok yang hidup di abad ke-7 dan abad 20. Dinilai merendahkan juga lantaran membandingkan produk berisi konsep buatan manusia dengan konsep ilahiah yang bersumber dari wahyu.
Siapapun yang berfikir mendalam lagi adil tentu akan berkernyit dahi mengetahui perbandingan di atas. Dari sisi apapun wahyu Allah jelas tidak tertandingi oleh kejeniusan manusia. Jangankan di negeri yang terbentang masa berabad-abad, pada masa turunnya dulu pun tidak ada yang berhasil menandinginya dari sisi tingginya bahasa. Bahkan tantangan menghadirkan sepuluh ayat semisal hingga diturunkan jadi hanya seayat pun tak sanggup dijawab pada masa itu.
Dari sisi isi dan kelengkapan apalagi, jelas apa yang disampaikan dalam Alquran adalah kebenaran. Betapa banyak pakar di era modern yang membuktikan kebenaran kabar dalam Alquran, baik itu berkaitan dengan sains atau sejarah semisal bukti jasad Fir’aun yang pernah diteliti mengandung kadar garam tinggi. Sosok yang dikisahkan di Alquran Allah tenggelamkan di laut lantaran kepongahannya sebagai penguasa dunia kalau itu.
Di dalam Alquran tidak ada keraguan sama sekali ( QS Al-Baqarah: 2). Semua mengandung kebenaran dan kebaikan jika dipraktikkan. Perannya sebagai petunjuk orang bertakwapun mengisyaratkan betapa tingginya posisi Alquran dalam memandu langkah manusia di dunia agar tidak panen penyesalan di akhirat kelak. Dan tentunya masih banyak keutamaan lainnya yang terlalu panjang jika dituliskan. Yang jika direnungi dengan benar pastinya akan semakin menambah keimanan, bukan sebaliknya.
Sedangkan dari sosok Nabi Muhammad, sejarah mana yang tak menorehkan kebaikan beliau? Bahkan orang non-muslim sekalipun pernah menulis buku dan menempatkannya sebagai orang berpengaruh nomor satu di dunia. Dunia, bukan level lokal satu negara. Dikarenakan sosok Muhammad SAW adalah pemimpin agama sekaligus penguasa kaumnya. Tidak hanya dipatuhi di dalam masjid tapi ditaati dalam urusan sosial hingga putusan berskala kenegaraan.
Setiap menelaah kisahnya tentu tahu keutamaan akhlak beliau yang tak lain adalah manifestasi ajaran Alquran yang dipraktikkan. Tentu tahu juga bahwa beliau adalah sosok ma’shum, terjamin bebas dosa lantaran ketakwaannya yang di luar batas penginderaan manusia biasa. Dan tentu tahu juga bahwa beliau satu-satunya yang bisa diminta syafaat di hari kiamat kelak ketika yang lain tidak bisa.
Jadi masih adakah tandingan bagi Nabi Muhammad SAW? Jika saat ini masih ada yang berinisiatif menyudutkan Islam dengan sembrono mencolek kemuliaan Nabi Muhammad, maka tidak cukup dengan permintaan maaf lagi. Sebab tipe pembenci islam dan apapun yang terkait dengannya tidaklah menyerang seorang saja, tapi masal mengungkung banyak kepala. Maaf bagi seseorang tidaklah membuat yang lain merasa jera untuk melakukan hal serupa.
Banyaknya penyudutan Islam adalah buah dari masifnya program islamphobia yang dilancarkan musuh. Dengan berasas kemauan kuat memisahkan agama Islam dari urusan publik, para pembenci yang tak menginginkan Islam mewarnai kehidupan terus mengendarai liberalisme guna menjajakan ide busuknya. Tak hanya membidik generasi muda dengan hedonisme, mereka pun membidik yang tua agar berlebihan membanggakan kejayaan moyangnya.
Pada saat yang sama pengaburan sejarah masih dijumpai. Jasa-jasa Islam dan pengaruhnya bagi eksistensi negeri banyak yang dilucuti. Pun tak sedikit ceritanya yang dibelokkan sesuai kepentingan di masanya. Walhasil minimnya informasi sejarah yang benar ditambah dengan serangan pemikiran dari luar Islam menjadikan dangkalnya pengetahuan akan Islam.
Tak boleh kejahilan terus ditumbuhkan. Ia harus disemayamkan. Jalan edukasi pencerdasan umat harus dilakukan. Islam harus dibolehkan mewarnai setiap sendi kehidupan, tak hanya dalam urusan mahdah tapi juga dalam hal muamalah dan uqubat. Semuanya perlu tahu kebenaran Islam dan sempurnanya Alquran. Agar semua bisa mensyukuri karunia hadirnya Nabi Muhammad. Agar tak ada lagi yang mencari-cari tandingan baginya dan risalah yang dibawanya.
Wallahu a’ lam biashowab.
[ry/LM]